Part. 52

1 0 0
                                    

🪐🪐🪐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🪐🪐🪐

Mood naik turun seperti roller coaster. Kemarin tertawa, sekarang murung, lusa entah apa. Dua sejoli yang hari ini akrab mendiamkan teman-temannya. Ketua Gavilan dengan perangkonya, Aretha sejak masuk hingga jam istirahat pertama begitu menguji kesabaran anggota Gavilan.

"Tadi gue papasan sama Alovaa sok iye banget." Kevan memandang langit-langit lalu menghendikan bahu dengan ekspresi geli.

"Lah memang anaknya sok iye." Timpal Rhei lalu menyuapi Kevan siomay. Biar emosinya ga keluar.

"Lebih parah sok akrabnya sambil senyum genit. Najis banget!"

"Senyum dia memang begitu kali." Bela Ferdilan seraya memeriksa Erlangga yang hanya diam.

"Iya sih."

"Mungkin karena lo dari awal udah males duluan sama anaknya, jadi apapun tingkahnya bakalan di cap aneh." Penjelasan Raja dibenarkan. Gadis itu kelewat menyebalkan memang.

"Lo bahas gini di depan Erlangga. Kalau pulangnya dicegat. Mampus!" Raden berharap ucapannya di balas sesuatu yang seru malah didiamkan Erlangga.

"Lo kenapa dah?" Arga mengalihkan topik. Tanyanya dihadiahi gelengan seakan tak perlu ada yang dikhawatirkan.

"Sakit gigi?" Raja bersuara.

"Sariawan?" Disusul Ferdilan.

"Kebelet boker?" Diakhiri Kevan.

Rhei tertawa dengan memukul paha Raden disebelahnya. "Memangnya lo? Kebelet boker ditahan sampai keringat dingin."

"Ntar tiba-tiba asap hijau menyebar." Ferdilan mengompori.

"Bau bacin lagi."

"Gue anti ya begituan! Lo kali Lan! Gue masih ingat ya waktu mapel bahasa inggris lagi diskusi lo-"

"HUSH! NYEBAR AIB DOSA!" Ferdilan membekap Kevan digigit keras telapak tangannya. Adu mulut dimulai mereka tertawa termasuk Erlangga.

"Lagi ada orang makan gak sopan bahas begituan." Tegur Arga membuat mereka berhenti tertawa.

"Lo juga kelihatan gak selera banget makannya, kenapa?" Arga pindah posisi persis di sebelah Aretha yang asik dengan salad buah yang sama sekali belum dicicipinya.

"Kenyang."

"Lo sarapan tadi pagi ditambah kita baru kelar mapel fisika. Lo bilang kenyang?"

Sesuatu yang sangat menguras tenaga bagi para siswa termasuk Arga. Namun, dalam keadaan sadar Aretha bilang kenyang? Yang benar saja!

"Lagi gak selera."

"Lo sakit?" Raja sigap memeriksa dahinya. Posisi lelaki itu duduk di depan Aretha memudahkan akses.

"Normal kok suhunya."

"Gue gak sakit." Gadis itu menghindar ketika Raja hendak memastikan ulang.

"Kalian ini kenapa sih?" Arga dengan keputusasaan-nya.

ERLANTHA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang