Two days later
Dinginnya suhu pagi di kota Bandung adalah kenikmatan yang Audrey idam-idamkan setiap saat. Memulai kehidupan di rentang suhu seperti itu justru malah meningkatkan semangat Audrey menjalani harinya meski selalu berjalan biasa-biasa saja. Tak kurang dan tak lebih. Tidak ada sesuatu yang membuat Audrey semangat untuk menikmati hari, tetapi tak ada juga hal yang mengganggu hari Audrey.
Ia sangat menyukai ritme kehidupan seperti itu sebelum semuanya berubah ketika Audrey mendapat tugas untuk menjadi talent dari projek dirinya bersama teman-temannya.
Mengenyam pendidikan di salah satu universitas berperingkat tinggi di Indonesia kenyataannya seperti pisau bermata dua. Terkadang kamu akan menemukan sebagian orang yang berambisi untuk menjadi salah satu yang terbaik, atau terkadang justru kamu yang tertinggal jauh mengikuti fase kehidupan yang serba cepat ini.
Berawal dari ide perubahan khas anak muda dan dicampur dengan rasa tak mau tertinggal, membuat Audrey lantas mengiyakan tawaran untuk bergabung membentuk agensi media sosial yang bertujuan membantu pihak-pihak usaha kecil melakukan promosi di media sosial, terutama bagi pihak yang tak pernah terpapar dengan materi periklanan seperti yang selalu Audrey temukan di bangku perkuliahannya.
Dan karena projek ini dimulai dari langkah awal, maka satu-satunya hal yang harus mereka lakukan terlebih dahulu adalah membangun citra bisnis mereka sendiri atau mungkin istilah lainnya adalah membangun branding.
Salah satu tahap yang terkadang membuat Audrey mual mendengar namanya karena terus diucapkan berulang-ulang di berbagai topik obrolan entah oleh siapapun itu. Seolah ia harus hidup dengan membangun branding demi memikat orang-orang.
Tapi kita bicara bisnis di sini. Dan membangun branding adalah langkah penting yang tak bisa Audrey hindari sebagaimana pun Audrey membencinya.
Oleh karena itu, tak heran bila hari Audrey kali ini dibuka dengan gerutuan tak kasat mata sejak Audrey menerima pesan dari grup tersebut yang memintanya untuk bersiap melakukan branding itu sendiri.
sudut.creative
Aurelll: morning guys! nanti sblm lunch kita take konten pertama yuk? anak writer udh bikin scriptnya kan ya?
Syifa: done done! udah gue kasih ke @Ody juga kok semalem
Aurelll: yey okee semangat apalin scriptnya DYYY @Ody! guys nanti gue kabarin lagi take vidnya dimana yaaa
Ayumi: sipsipp kakk!
----
Aurelll: gaisseu kita jadinya di kafe belakang ya? Pondok Cerita tau gak? ngesot juga nyampe kok hehehe soalnya di kampus penuh bangett :(
Audrey menarik napas panjang. Kedua matanya terpaku pada nama sebuah kafe yang terpampang di atas kepalanya. Pondok Cerita. Tempat apa ini?
Maksudnya, Audrey paham bahwa tempat di hadapannya ini adalah sebuah kafe yang terletak tak jauh dari kampusnya. Tapi satu hal yang menarik perhatian Audrey adalah nuansa kafe ini cukup berbeda atau mungkin berbanding terbalik dengan nuansa kafe lainnya yang terobsesi dengan tema industrial.
Pondok Cerita.
Kafe ini justru memperlihatkan gaya kafe yang hangat seperti ketika berkunjung ke rumah nenek di pedesaan. Seluruh bangunan kafe didominasi dengan warna kayu kecoklatan dan dihiasi banyak jenis tanaman bahkan di dalam ruangan sekalipun.
Namun, seberapa besar Audrey terkesima dengan gaya kafe yang baru saja ia temukan, Audrey tak bisa melupakan fakta bahwa ia harus kembali bertemu dengan orang-orang di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Beautiful Blur
FanfictionMereka bertemu begitu saja, seperti warna senja yang berbaur tanpa batas jelas. Hubungan itu tumbuh pelan-pelan, tanpa rencana atau ekspektasi-hanya ada rasa nyaman yang muncul alami. Setiap senyum, tawa, dan pandangan diam-diam menciptakan momen ya...