Setelah beberapa saat berada di toilet, Rose akhirnya kembali ke meja mereka. Namun, yang ia bingungkan ia tidak melihat adanya Bimo dan Tania, disana hanya ada Vincent
"Oh, kemana mereka berdua? Apakah di dance floor?" tanyanya sambil celingak celinguk melihat kearah lantai dansa barangkali ada 2 onggok manusia yang ia kenal sebagai Bimo dan Tania
"Tidak, mereka balik duluan tadi, biasalah mau berduaan butuh privasi."
"Terus gue? Ditinggalin sama Tania gitu aja ceritanya? Sialan." Umpatnya"Sama gue aja, gue tadi suruh nganter lo." bohongnya, padahal perginya Tania dan Bimo adalah idenya dan ia sendiri yang menawarkan untuk mengantar Rose
"Ehh, gausah deh, gue naik ojol aja. Thanks buat tawarannya."
"Lo yakin mo naik ojol ditengah kondisi lo yang mabok gitu? Kalo lo yakin sih yaudah."'mending gue naik ojol daripada semobil sama dia, ga ga ga, gua ga kebayang malu dan canggungnya semobil sama ni orang setelah kejadian tadi' batinnya
"Iya gapap......"
Belum sempat selesai Rose berkata ada telepon dari Tania(Rose, sorry banget gue balik duluan sama Bimohhh, ahhh bentar sayang. Lo balik aja ama Vincent yahhh ahhh Bimoohhh. Udah gue tutup duluhhh yahh)
Sialan Tania, bisa-bisanya dia telpon saat sedang bercinta seperti itu. Rose itu bukan gadis polos dan ia masih sangat normal. Kedongkolannya bertambah karena suara-suara yang barusan ia dengar sedikit membangkitkan sisi liarnya.
"Siapa?" tanya Vincent
"Tania, nyuruh gue bareng lo. Tapi gapapa gue pake ojol aja. Gaenak ngerepotin lo." Jawabnya, perihal merepotkan itu hanya alibi saja karena ia memang benar-benar tidak siap untuk semobil dengan Vincent, ditambah kondisinya saat ini membuat ia mengingat tonjolan yang sempat mengenai pantatnya tadi.Sialan, pikiran macam apa ini, tidak tidak, bisa-bisanya ia membayangkan betapa besarnya milik Vincent
"Gue duluan vin, thanks." Ucapnya bergegas pergi keluar sambil sedikit sempoyongan
Melihat itu, Vincent tak tinggal diam. Ia pergi menyusul Rose. Tidak, ia tidak bisa membiarkan rencananya untuk menarik gadis itu keranjangnya gagal karena gadis itu memilih pulang sendiri. Bagaimanapun caranya ia harus bisa mebawa Rose bersamanya, gadis itu harus bertanggung jawab. Ia tak akan membiarkan gadis itu lolos begitu saja dan akhirnya ia harus bermain solo.
*****
Vincent menarik Rose paksa kedalam mobilnya sesaat setelah mereka sampai diparkiran depan
"Lo apa-apaan sih?"
"Lo harus pulang sama gue! Gaada penolakan."
"Ga, gue gamau, terserah gue dong mau balik sama siapa dan naik apa, kenapa lo yang ribet sih."
"Tania udah nitipin lo ke gue, jadi lo harus sama gue."
"Stop Vin, gue bukan bocil, gue udah gede dan gue bisa balik sendiri, nanti gue yang ngomong ke Tania."Tidak menggubris ucapan Rose, Vincent menggendong Rose ala bridal dan membawa gadis itu masuk kedalam mobilnya
"Vincent, lo maksa banget sih, dibilang engga ya engga gue mau balik sendiri, buka ga pintunya!"
"Gaakan, jadi mending lo diem atau gue..."
"Lo apa? Lo mau apa ha?"Menatap Rose tajam, Vincent menarik tengkuk Rose, melumat bibir pulm itu dengan sedikit brutal dan kasar, menikmati rasa wishkey yang masih tersisa di indra perasa milik gadis itu.
Rose membulatkan matanya, bergerak memberontak meminta dilepaskan karena ia mulai kehabisan napas
"Sekali lo ngomong, gue bakalan lakuin yang lebih dari itu disini!"
Pada akhirnya Rose mengalah, ia hanya diam ketika Vincent mulai melajukan mobilnya meninggalkan parkiran club. Ia tidak tahu saja bahwa setelah ini hidupnya taakan setenang dulu lagi.
*****
To be continued
Jangan lupa votement 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY TAEROSÈ
Short StoryHay hayy Akhirnya setelah lama tidak menyapa, aku datang dengan cerita ke dua ku Semoga aja si kalian suka dan excited ya Ini ceritanya tu kek One, Two, Three atau beberapa part story gitu deh Gatau bakalan membosankan atau engga dan bakal seru atau...