2

23 5 0
                                    

Jake terburu - buru membuka sabuk pengamannya ketika mobil Sunghoon yang mengantarnya pulang sudah sampai di depan rumahnya. Tetapi tubuhnya mendadak menghentikan semua gerakan ketika pintu dikunci oleh Sunghoon.

Jake menolehkan kepala, menatap dengan tatapan tajam kearah Sunghoon, “Buka pintunya…”

“Akan aku buka kalau kau memberiku ciuman dulu,” balas Sunghoon dengan senyuman lebar pada Jake.

Jake mendengus kesal, “Tidak mau… buka…”

Jake menggerakkan kenop pintu dengan cukup keras tapi tentu saja tidak akan terbuka sama sekali. Setelah beberapa saat mencoba Jake akhirnya merasa lelah dan menatap kembali pada Sunghoon.

“Aku tahu kau tidak mencintaiku… kenapa kau sampai melakukan hal ini padaku?” tanya Jake.

“Karena kau menolakku dan mempermalukanku di depan semua orang ketika Festival Budaya sebulan lalu,” jawab Sunghoon.

Jake mengacak rambutnya dengan kesal, “Bukankah sudah jelas aku menolakmu karena sikapmu yang seperti ini. Karena sikapmu yang seenaknya ini. Pantas saja kau seperti memiliki dunia seisinya ya, ternyata anak keluarga Bang.”

“Benar, aku memanfaatkan privilege yang aku miliki dengan baik. Saat ini kau tidak akan bisa menolak permintaanku apalagi yang meminta adalah ayahku langsung, ayah dan ibumu jelas tidak akan berani membantah,” kata Sunghoon, “Tapi tenang saja kalau kau menurut, aku akan cepat bosan dan melepaskanmu.”

Jake yang tidak bisa menahan diri dengan sikap menyebalkan Sunghoon, menggerakkan tubuhnya dengan tangan mengepal. Di mobil yang tidak seberapa luas ini Jake berusaha memukul Sunghoon, tapi tangannya yang sudah mengepal di pegangi erat oleh Sunghoon. Dan justru tubuhnya didorong balik oleh Sunhoon ke tempat duduknya. Tangan Sunghoon yang tidak memegangi tangannya yang lain kemudian menurunkan punggung kursi hingga posisi Jake menjadi berbaring tepat di bawah tubuh Sunghoon.

“Ya!! Bajingan!! Lepas!!” Jake masih berusaha memukul pada Sunghoon.

Sunghoon menangkap dua tangan Jake, menariknya ke atas kepala Jake sendiri. Dengan senyuman lebar Sunghoon mendekatkan tubuhnya pada Jake. Adrenalin Sunghoon naik dengan cepat ketika melihat wajah ketakutan dari Jake, ini dia yang sudah dia tunggu, wajah ketakutan dan akhirnya memilih pasrah dari laki - laki bernama Jake yang sudah berani menolaknya.

“Hentikan… aku mohon,” ucap Jake lirih.

Sunghoon terus mendekatkan wajahnya, ia menempelkan bibirnya pada Jake dan memberikan beberapa kali lumatan pada bibir Jake tetapi tidak ada balasan sama sekali dari Jake.

Sunghoon menarik ciumannya, matanya menatap nyalang penuh kemarahan pada Jake. Ia menggunakan tangan kirinya yang tidak memegangi tangan Jake untuk menampar keras pada wajah Jake.

Jake memekik kesakitan dan juga karena terkejut dengan tamparan yang diberikan Sunghoon padanya.

Tidak hanya sampai disana saja, tangan Sunghoon mencengkeram pada wajah Jake, menekan dua pipi Jake dengan cukup kencang.

“Bukankah tadi aku sudah bilang dengan cukup jelas. Beri aku ciuman baru aku akan melepasmu,” kata Sunghoon yang kembali mendekatkan wajahnya pada Jake.

Untuk kedua kalinya Sunghoon melumat pada bibir Jake. Dan kali ini dia tersenyum di sela - sela lumatannya karena Jake akhirnya membalas melumat pada bibirnya.

Bibir Sunghoon dan Jake bergerak, saling melumat, saling menghisap, meski dalam kondisi dan keadaan yang berbeda. Sunghoon yang bersuka cita sementara Jake yang bersedih dan tertekan.

Sunghoon yang terbawa arus karena nikmat dari bibir kenyal Jake, kemudian melesakkan lidahnya ke dalam rongga mulut Jake dengan tangan yang mulai menelusup masuk kedalam pakaian Jake.

Love Is BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang