Pagi hari, harusnya menjadi pagi yang tenang dengan suara kicauan burung yang hanya akan bergema di telinga Yuya.
Yudhistira Yasen Darialam adalah nama lengkap Yuya. Lelaki tinggi semampai nan berparas sedikit cantik itu hanya akan mendengar suara ricuh riuh dari kedua orang tuanya. Setiap hari.
Setiap pagi dan malam. Hanya kecuali ketika ia di sekolah.
Terkadang bagi Yuya, suara ricuh murid-murid saat jamkos lebih baik daripada suara ricuh di rumah.
Jika kalian bertanya-tanya, masalah apa yang diperdebatkan sampai membuat telinga Yuya ingin pecah rasanya.
19 tahun yang lalu. Lebih tepatnya saat hari kelahiran Yuya, Hasandra sang ayah sangat berbahagia. Segera ia menggendong Yuya kecil seraya mendekap Yuya kecil supaya Yuya kecil merasa hangat.
Senyum kebahagiaan yang merekah itu diiringi air mata haru yang mengalir dari kelopak mata Hasandra.
Namun, bukan istri sah Hasandra yang melahirkan Yuya, melainkan selingkuhannya.
Dan soal kelahiran Yuya tersebut, Hasandra masih merahasiakannya dari Shadika, istri sah nya.
Sampai saat Yuya mulai beranjak ke usia 6 tahun. Hasandra sudah tidak kuat untuk menyembunyikan semuanya lebih lama.
Bayangkan sendiri betapa marah dan kecewanya Shadika saat Hasandra pulang membawa anak kecil,yang tentu bukan darah daging Shadika.
"Hasil 8 taun kamu merantau ini mas?" Tanya Shadika dengan nada yang bergetar.
"Maaf."
Semenjak hari itulah, hadirnya Yuya ke dalam rumah itu bukan berujung baik dan membawa kebahagiaan melainkan menimbulkan perpecahan di antara keluarga kecil itu.
Yuya memiliki kakak perempuan, Shasaliu Anantadikra.
Dan mungkin, salah satu yang patut Yuya syukuri adalah kebaikan hati Shasa yang masih mau menganggapnya sebagai adik kandung. Bahkan tak segan, Shasa akan marah jika ada yang bilang Yuya bukan adik kandungnya.
"Oyy cill."
"Berisik!"
"Bocil sok keras!"
"Biarin. Daripada bucin tak terbalas. Haha." Ledek Yuya yang membuat kakaknya itu langsung mengerucutkan bibirnya.
"Kit ati. Minta maaf gak lu!"
"Bye. Mau berangkat sekolah. Btw piring di bawah pecah lagi. Biarin aja nanti gue yang beresin kak."
"Alahh. Biar bibi aja tuh yg beresin."
"Gausah.. Kasihan nanti kena tangannya."
"Ya sama aja. Kalo tangan lo yang kena gimana?"
"Gapapa. Lukanya udah banyak. Gaakan kerasa."
Shasa terdiam. Dalam hatinya. Ia tidak tega Yuya selalu mendapat perlakuan buruk dari Shadika, mamahnya. Tapi bagaimana lagi, Shasa tidak bisa melawan mamahnya itu.
"Bareng yuk dek? Gue sekalian mau ke toko."
"Gausah elah. Bisa berangkat sendiri kok gue. Santai kak. Lo berangkat aja dulu sana."
"Pasti udah janjian sama si Vie."
"Sok tau."
Yuya lantas pergi mendahului Shasa. Namun, saat hendak keluar, atensi Yuya teralihkan pada kondisi dapur yang tidak pernah bersih. Ada saja barang yang rusak di sana. Bukan hanya di dapur, terkadang di ruang tamu, terkadang di kamar. Bagi Yuya, rumah ini tidak pernah bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Silent Hill_
Fiksi PenggemarApakah rumah memang seramai ini? Apakah rumah tiap orang juga penuh dengan kericuhan seperti ini? Aku ingin tau seberapa ricuh rumah orang lain dibanding rumahku. Apakah bukit lebih sunyi? Daripada rumahku sendiri. Yuya-2020