O2 | Haidar

33 16 19
                                    

"Bu, Haidar pergi cari kerja dulu ya. Ibu istirahat aja di rumah," pamit seorang laki-laki bernama lengkap Haidar Chandra Daniswara, seraya mencium punggung tangan ibunya.

Sang ibu yang kini duduk di kursi roda pun mengangguk mengizinkan. "Hati-hati ya, Dar. jangan pulang terlalu malam," pesan beliau.

Haidar mengangguk dan hendak melangkah pergi. Namun, suara melengking milik kembaran perempuannya tiba-tiba memasuki indra pendengar dan menghentikan langkah miliknya.

"Hati-hati, Dar! Sekarang rawan penculikan loh!" seru Hailda—kembaran Haidar—memperingati.

Haidar menatap datar saudara kembarnya itu. "Lo kira gue anak kecil yang gampang diculik hah?!" katanya kesal.

"Ngasih tau doang elah, sensi bener lo kek anak perawan."

Sang ibu yang sudah hafal dengan pertengkaran anak kembarnya ini hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Udah, kalian ini kerjaannya berantem terus. Haidar kamu cari kerja yang benar dan buat Hailda, cepat selesaikan tugas kuliahmu."

"Siap bu bos, laksanakan!"

—•—

Mencari kerja ternyata tidaklah mudah. Sudah enam jam berlalu sejak Haidar berkeliling kota untuk mencari pekerjaan. Namun hingga saat ini, ia belum juga menemukan pekerjaan yang pas.

Kini, Haidar sedang beristirahat di bawah pohon rindang, sambil mengipasi wajahnya yang gerah akibat cuaca panas dengan menggunakan tangan, walau sebenarnya tak berefek apapun.

Manik matanya lantas menatap langit siang ini yang tampak cerah karena teriknya sinar matahari, kemudian menghela napas panjang.

"Bener kata bapak, cari kerja itu susah. Apalagi buat anak lulusan SMA kayak Haidar ini," monolognya sambil menatap langit biru dengan pandangan sendu, seakan tengah berbincang dengan sang ayah di atas sana.

"Apa itu alasan bapak pengen Haidar sekolah tinggi-tinggi? Kalau iya, maaf, Haidar gak bisa. Haidar harus cari uang buat menghidupi keluarga kita yang lagi krisis ekonomi."

Menghela napas sekali lagi, Haidar kemudian melanjutkan perkataannya. "Sebagai gantinya, Haidar akan berusaha menjadi pengganti bapak sebagai kepala keluarga dan melindungi ibu serta adik-adik Haidar. Haidar juga akan menyekolahkan Hailda dan Haira setinggi mungkin, sesuai keinginan bapak. Haidar janji."

Dan pada siang hari itu, Haidar membuat janjinya dengan sang langit yang menjadi saksi.

—•—

Mengelap keringat yang membasahi wajah serta tubuhnya, Haidar kini beristirahat setelah berjam-jam bekerja menjadi waiter salah satu cafe terkenal yang selalu ramai tiap harinya.

Ya. Haidar akhirnya menemukan pekerjaan setelah seminggu penuh berkeliling kota. Entah keberuntungan darimana, setelah kemarin bersusah payah mencari pekerjaan hingga ditolak di sana-sini. Haidar sekarang diterima bekerja di sebuah cafe famous di tengah-tengah kota Jakarta. Memang, hadiah dari rencana Tuhan itu gak bisa disangka-sangka.

Walau sebelumnya Haidar sempat dikejar anjing hingga tersesat di hutan belantara, itu tak jadi masalah lagi karena bayaran yang setimpal. Untungnya saat itu, ia tidak bertemu hewan buas seperti macan atau serigala dan dapat keluar dari hutan tersebut sebelum malam tiba.

"Yo, Dar, rokok?" tawar salah seorang rekan kerja Haidar—Haidan Jibril Sulthana—seraya menyodorkan sebungkus rokok kepadanya.

Haidar menggeleng. "Gue gak ngerokok, lo aja," tolaknya yang lantas Haidan angguki, memaklumi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

7 Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang