Prolog

929 129 5
                                    

Dahulu kala, di sebuah masa ketika dunia masih tenang dan damai, semua makhluk hidup—baik manusia maupun siluman—hidup berdampingan tanpa rasa takut atau kebencian. Harmoni antara keduanya menciptakan keseimbangan yang sempurna, seperti irama alam yang tak pernah salah memainkan nada. Para manusia bergantung pada kekuatan siluman untuk melindungi alam, sementara siluman bergantung pada kebijaksanaan manusia untuk menjaga tatanan. 

Namun, keindahan ini tidak bertahan selamanya. 

Dua siluman naga yang terkuat, Bing Yi dan Ying Long, terlibat dalam perseteruan hebat yang mengguncang dunia. Tidak ada yang tahu pasti apa yang memicu pertarungan itu, tetapi kekuatan mereka membuat bumi retak, langit gelap, dan laut bergejolak. 

Dalam hatinya, Bing Yi menyadari bahwa pertempuran ini telah membawa bencana bagi semua makhluk. Dengan kesadaran penuh, ia memutuskan untuk mengakhiri kehancuran ini. Menggunakan kekuatan terakhirnya, Bing Yi membawa Ying Long ke dunia ilusinya—sebuah tempat di mana mereka dapat bertarung tanpa merusak dunia nyata. 

Namun, kehancuran sudah terjadi. Bing Yi tidak bisa membawa Ying Long ke dunia ilusinya melainkan menjauhkan Ying Long dari tempat ramai kehidupan. Pertarungan mereka memecah dunia menjadi dua kubu: kubu siluman yang mendukung Ying Long dan menyerang manusia untuk mencari kekuatan, serta kubu manusia yang berusaha melawan dan bertahan hidup. Pertumpahan darah pun tak terhindarkan. 

Di tengah kekacauan, seorang dewa turun dari langit. Dengan satu ayunan tangannya, ia menggiring para siluman ke sebuah tempat terpencil di ujung selatan bumi—Dahuang, sebuah tanah terkutuk yang dipenuhi pengasingan dan kehampaan. 

Dewa itu berdiri di atas awan, suaranya bergema seperti guntur. "Mulai hari ini, semua siluman akan dikurung di Dahuang. Barang siapa yang melanggar aturan dan keluar paksa, akan menerima hukuman mati atau mempercepat kematian hingga seribu tahun." 

Para siluman yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa gemetar dalam diam. Mereka gentar saat melihat gerbang besar yang menjulang tinggi berdiri di depan mereka, gerbang itu adalah perbatasan dunia manusia dan Dahuang.

Ying Long, yang telah mendengar tentang pengasingan ini, menjadi murka. Baginya, tindakan dewa adalah penghinaan terhadap para siluman. Dengan penuh amarah, ia memimpin perlawanan, mengumpulkan sisa-sisa kekuatan untuk menantang dewa. Bing Yi mencoba menghentikannya. 

"Ying Long, hentikan kegilaanmu!" seru Bing Yi, matanya memancarkan kesedihan. 

Namun, Ying Long yang telah diselimuti kebencian tidak mendengarkan. "Diam! Jika kau tidak memihakku, kau adalah pengkhianat!" 

Tubuh Ying Long mulai diselimuti asap merah, auranya semakin berbahaya. Bing Yi menghunus kekuatannya, mengeluarkan jurus Es Keabadian, serangan pamungkasnya yang mampu membekukan apa saja. 

Pertarungan keduanya mengguncang langit dan bumi. Pohon-pohon di sekitar mereka runtuh, gunung-gunung meledak menjadi debu, dan tanah retak hingga memperlihatkan magma di bawahnya. 

"Ying Long, sadarlah! Kau hanya akan menghancurkan segalanya!" teriak Bing Yi, suaranya tenggelam dalam gemuruh ledakan kekuatan. 

Tetapi Ying Long tak lagi peduli. Kekuatannya terus meningkat, tubuhnya berubah semakin menyerupai naga sejati, dan aura merah itu semakin pekat. 

Melihat situasi yang kian memburuk, dewa kembali turun. Dengan tenang namun penuh wibawa, ia mengangkat tangannya, mengeluarkan mantra yang menciptakan sebuah lonceng raksasa yang memerangkap Ying Long. 

"Bing Yi, mundur!" perintah dewa itu. 

Namun, Bing Yi melangkah maju, memohon dengan suara yang penuh rasa sakit. "Dewa, biarkan aku menyelesaikannya. Jangan ambil nyawanya!" 

Dewa menggeleng, suaranya penuh ketegasan. "Aturan adalah aturan. Ying Long telah melanggar batas. Dan kau… kau yang membantunya bertahan hidup terlalu lama juga tidak bebas dari dosa." 

Sebuah cahaya biru terang muncul dari telapak tangan sang dewa, membentuk benang panjang yang melilit Ying Long dan Bing Yi. Keduanya tidak dapat bergerak, hanya bisa saling memandang. 

"Kalian berdua akan dihukum mati atas nama langit," ujar dewa itu tanpa ragu. 

Bing Yi melirik Ying Long yang kini terlihat lemah, kesadarannya hampir sepenuhnya hilang di balik pengaruh amarah. Ia tahu tidak ada jalan keluar, tetapi ia juga tahu bahwa ini bukanlah akhir. 

Dalam suara yang hampir tidak terdengar, Bing Yi berbisik, "Kuharap keturunan kita tidak akan menanggung nasib yang sama." 

Tubuh Bing Yi mulai berubah menjadi serpihan-serpihan cahaya yang terbang ke udara. Ying Long hanya bisa menatapnya dengan pandangan kosong sebelum dirinya juga menghilang di bawah mantra sang dewa. 

Dan dunia pun kembali tenang, tetapi luka yang ditinggalkan oleh pertarungan itu tidak pernah benar-benar hilang. 

— PROLOG —

Price Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang