"Sebelum kita mulai perjalanan di dalam halaman-halaman cerita ini, penting untuk diingat bahwa segala sesuatu yang kamu temukan di sini hanyalah hasil imajinasi dan kreasi penulis. Setiap karakter, tempat, dan peristiwa adalah produk dari fiksi dan karangan belaka."
■□■□■□■□■
Di sebuah paviliun kecil di tepi kota, Bai Jiu duduk santai di meja makan, ditemani dua wanita yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Paviliun itu cukup ramai dengan suara obrolan pengunjung dan denting mangkuk beradu. Lampu lentera memancarkan cahaya hangat yang menerangi suasana malam.
Salah satu wanita di meja itu, Wen Xiao, memancarkan aura anggun. Ia mengenakan pakaian serba merah muda dengan pola bunga sakura yang disulam indah. Senyumannya lembut, namun matanya memancarkan rasa ingin tahu. Wanita satunya lagi, Pei Shijing, tampil sangat berbeda. Dengan pakaian ala pria berwarna gelap, ia tampak lebih praktis dan siap tempur. Sebuah tas berisi anak panah tersampir di punggungnya, membuatnya terlihat seperti pemburu yang tidak kenal takut.
Bai Jiu mengambil sepotong daging dari mangkuknya dan mengunyah perlahan, namun pikirannya melayang. Ia teringat wajah galak Zhuo Yichen saat pulang dari sungai Tianjin.
“Yichen sudah berhasil menangani siluman Ran Yi, bukankah dia seharusnya ada di sini untuk makan malam bersama kita?” tanya Wen Xiao sambil menuang teh ke cangkirnya.
Bai Jiu mengangkat bahu sambil meneguk air putihnya. “Kak Wen Xiao, saat pulang tadi, wajah Tuan Zhuo sangat tidak bersahabat. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.”
Wen Xiao meletakkan cangkirnya dengan hati-hati. Ia melirik ke arah Pei Shijing yang sedang sibuk mengiris daging. “Tuan Zhuo memang sering seperti itu. Tapi kali ini, ada yang berbeda, bukan?”
Pei Shijing, yang dari tadi diam saja, akhirnya berbicara. “Tuan Zhuo punya siluman di sampingnya sekarang.”
Bai Jiu nyaris tersedak mendengar itu. “Apa? Maksudnya Zhu Yan? Bukankah dia hanya teman baru Tuan Zhuo?”
“Teman baru?” Wen Xiao menyipitkan mata, mencoba mencari makna di balik kata-kata itu.
“Kak Wen Xiao, apakah Tuan Zhuo benar-benar menerima Zhu Yan sebagai anggota biro? Kudengar dia diterima langsung oleh Tuan Zhuo, tanpa prosedur apapun. Bukankah itu aneh?” ucap Bai Jiu.
Wen Xiao terdiam ia mencoba mengingat detail. “Aku tidak tahu banyak. Tapi kalau ada sesuatu yang mencurigakan, Kak Pei pasti tahu, kan?”
Pei Shijing mendongak, menatap Bai Jiu dengan tatapan tajam yang membuat anak itu sedikit bergidik. “Aku tidak tahu apa-apa,” jawabnya singkat.
Kebisuan menggantung di antara mereka. Bai Jiu dan Wen Xiao saling berpandangan, mencoba mencari jawaban di mata satu sama lain, namun yang mereka temukan hanya kebingungan. Akhirnya, mereka melanjutkan makan, meskipun rasa penasaran masih menggelayuti pikiran mereka.
Sebuah suara tiba-tiba memecah suasana.
“Pei Shijing!” seru seorang pria dari arah pintu.
Ketiganya menoleh bersamaan. Seorang pria berseragam biro penangkapan siluman berdiri di ambang pintu. Ia membawa pesan mendesak. “Ada operasi perburuan siluman malam ini. Kami butuh bantuanmu.”
Pei Shijing segera bangkit tanpa berkata banyak. Ia mengambil tas berisi anak panahnya dan menatap kedua rekannya. “Aku harus pergi. Jangan tunggu aku.”
Bai Jiu mengangkat tangannya, setengah bercanda. “Hati-hati, Kak Pei. Jangan sampai kau menangkap siluman yang salah!”
Pei Shijing hanya mendengus, lalu menghilang ke dalam gelap malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Price Of Life
Spiritual[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA ] Zhu Yan, seorang siluman besar dari Dahuang, hidup dalam keabadian yang menyiksa karena kutukan yang tak terputus. Satu-satunya harapannya adalah keturunan klan Bing Yi, yang dipercaya mampu memutuskan kutukan...