12

35 17 8
                                    

Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote kalian yah, makasih dan selamat membaca✨💗

*
*
*

Di antara seluruh kegagalanku, kegagalan dalam melindungimu adalah yang paling membuatku muak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di antara seluruh kegagalanku, kegagalan dalam melindungimu adalah yang paling membuatku muak. Aku membenci diriku yang lemah dan selalu saja terlambat.

****

Hujan yang menyapa kota Bandung sore itu, membuat banyak orang tampak begitu lesu. Rintiknya yang cukup deras kadang kala tanpa sengaja memberi percikan noda pada pakaian seseorang yang mungkin saja telah dipersiapkan dengan baik untuk segala jenis momennya. Termasuk Sera.

"Astaga! Gue udah ngucek setengah mati, loh, ini! Kemarin kena saos, sekarang kena air kotor gini. Gue harus interview hari ini. Bumi kenapa nggak mendukung banget, sih?" omel Sera sesaat setelah satu-satunya kemeja putih miliknya, terkena percikan air saat ia tengah berdiri di tepi trotoar.

Ia melangkah menuju sebuah minimarket yang tidak jauh dari posisinya. Berharap sebuah tisu basah bisa sedikit membantu. "Gue udah nggak ada waktu. Tapi ini kenapa nggak bisa hilang, sih?" Sera kembali mengeluh saat melihat noda pada kemejanya hanya memudar.

"Udah, tutupin pakai rambut aja."

Wanita itu gegas melepas ikatan kuncir kudanya secara perlahan. Membiarkan rambut cokelat tebal dan bergelombang itu terurai dengan indah. Ia terus merapikan tampilannya lalu menatap ke arah sebuah cafe bernuansa klasik di ujung jalan. Segaris senyum menggantikan wajah muramnya. Tentu saja ia harus terlihat ramah dan meyakinkan, agar pekerjaan itu bisa menjadi miliknya.


"Selamat sore, Kak," sapanya pada seorang barista yang ada di sana.

"Sore, Kak, mau pesan apa?"

"Ah, nggak, Kak. Saya mau interview hari ini."

Pemuda itu mengerutkan kening. "Interview? Perasaan kita nggak buka lowongan, Kak."

"Ha? Tapi, saya dapat pesannya, kok, kemarin. Bentar, ya." Sera merogoh ponsel pada sakunya. Jemarinya bergerak menggulir aplikasi pesan yang ada di sana, lalu berhenti pada sebuah pesan yang dikirim oleh nomor tidak dikenal.

"Ini, Kak. Saya dapat pesan ini kemarin," tutur Sera.

"Saya lihat dulu, ya, Kak." Barista itu meraih ponsel milik Sera, lalu membaca dengan teliti pesan yang dimaksud wanita itu. Namun, tepat ketika netranya tertuju pada nomor pengirim pesan, ia mulai tersenyum tipis.

His Paper PlanesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang