1 Minggu berlalu begitu cepat. Selama itu, hubungan Hazle dan Kiboy baik-baik saja, mungkin?
Entah bagaimana ia harus menyebutkan hubungan mereka saat ini, ia merasa seperti pohon rindang sebelum terhantam badai.
Dalam 1 Minggu itu, hubungan mereka tak berjalan cukup mulus. Ego dari masing-masing mulai muncul, membuat perdebatan sesaat diantara mereka, namun selalu terulang berkali-kali.
Lelah? Tentu saja.
Hazle tak tahu apa yang salah dari permintaannya. Seperti pada hari Selasa, ia hanya minta ditemani ke perpustakaan kota. Bahkan, banyak sekelompok teman pria yang datang bersama-sama ke perpustakaan tanpa di curigai oleh orang-orang sekitar. Namun, Kiboy menolak tegas dengan alasan takut orang-orang berpikiran yang tidak-tidak tentang mereka.
Pada saat itu, hatinya seperti tercubit. Ia menyadari, Kiboy tak sepenuhnya senang menjalani hubungan ini. Ada keraguan disaat Kiboy merasa ketakutan akan di pergok oleh orang yang ia kenal.
Hazle terus berfikir, mungkin, Kiboy dan Anya telah kembali bersama?
Jika itu benar, kenapa Hazle hanya diam? Jawabannya adalah, Hazle sedang mengulur waktunya sampai lelah dengan hubungan mereka.
Jika mereka berakhir tanpa rasa benci yang ia punya, maka akan sangat sulit untuknya melupakan Kiboy. Namun, jika hubungan mereka berakhir dengan rasa benci dan lelah, maka Hazle akan dengan mudah melupakan Kiboy. Itu pikirnya.
Setelah masalah pertama mereka adalah komunikasi, dan masalah yang sekarang adalah waktu. Hazle hanya ingin meminta waktu dari pria itu sebentar saja, dimana ia sudah mengetahui ending dari cerita mereka. Maka dari itu, setidaknya Hazle hanya ingin diberi waktu.
Komunikasi mereka kali ini cukup bagus, Kiboy selalu cepat mengabarinya kali ini. Namun, Kiboy selalu ada alasan untuk menolak ajakannya untuk keluar. Bahkan sampai Hazle memohon pun, Kiboy akan selalu bisa menolaknya dengan alasan sibuk scrim dan sebagainya.
Karena muak dengan pesannya yang tak kunjung dibalas, Hazle memaksakan dirinya untuk mendatangi apartment Kiboy sepulang sekolah. Ia yakin pria itu sedang berada di apartment-nya.
Dengan jarak yang cukup jauh, Hazle terlalu nekat untuk mendatangi Kiboy. Ia tak tahu apa nanti yang akan matanya itu lihat di dalam sana, sudah siapkah hatinya menerima apabila segala pikirannya benar saat ini?
Dengan tangan yang sedikit bergetar, Hazle menekan tombol bel di bagian kanan. Hazle menunggu beberapa saat, hingga pintu itupun terbuka, memperlihatkan perawakan seorang wanita, yang menatapnya penuh tanda tanya.
Wanita itu tentu saja adalah Anya. Ia menatap terkejut melihat Hazle ada didepan apartment Kiboy, dimana saat ini mereka sedang menghabiskan waktu bersama. Namun, reflek Anya begitu cepat membaca situasi saat ini.
" Eh maaf, kamu pacarnya Kiboy, ya? "
" Please, jangan salah paham dulu. Kiboy ada di dalem kok, masuk aja. " Kiboy yang dari dalam mendengar pembicaraan itu, dengan panik ia berlari ke arah pintu.
" Sayang? "
Suaranya bergetar panik, matanya tak bisa berbohong.
" Masuk dulu, ya? Biar aku jelasin. "
" Aku kesini cuma mau kasih undangan pernikahan aku ke Kiboy, sekalian kasih kain buat jadi Groomsmen. "
Bahkan mereka masih bisa berbohong setelah ketahuan seperti ini olehnya. Lebih bodohnya, Hazle bahkan tak tahu harus melakukan apa. Emosinya seolah labil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Love Wins All pt.² | Kiboy-Hazle
FanficSeseorang yang bijak pernah berkata, " 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙨𝙚𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙨𝙚𝙡𝙚𝙨𝙖𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪𝙣𝙮𝙖, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙡𝙪𝙠𝙖 " Mungkin...