"Cinta terbesar ku adalah kamu, Nayanika."
-Agares
***
Anala masih memikirkan kasus apa yang di lakukan Akara. Ia merasa ada yang janggal dengan kasus itu. Narkoba? Mustahil penerus jaya group mengonsumsi hal semacam itu.
"Nal! Lo dari tadi gue cerita juga, malah di kacangin!" Ya malam ini teman cerewetnya menginap di rumahnya. Bukan haknya adiran, namun Gisel bahkan Feli.
"Mikirin apa sih nal?" Tanya Feli merasa penasaran dengan Anala yang hanya diam saja. Kemudian Feli menatap satu persatu teman nya itu.
"Kenapwa nwal?" Gisel bertanya dengan mulut yang penuh dengan makanan. Adiran memutar bola matanya malas.
"Abisin dulu anjing! Baru ngebacot." Sarkas nya.
Anala bangkit lalu mengambil sebuah flashdisk pemberian adiran. Ia penasaran dengan rekaman CCTV dimana kedua orang tua nya kecelakaan.
Ia memasukan flashdisk itu ke laptop nya. Kemudian memencet tombol star.
Sebuah rekaman menunjukkan mobil hitam yang di kendarai orang tua nya Melaju seperti biasanya. Kemudian ia melihat orang tua nya turun untuk mengambil sesuatu di tengah jalan. Keduanya masuk lagi ke dalam mobil. Hingga saat laju mobilnya sedikit kencang, sebuah motor melintas di depan mobil orang tua nya. Motor CBR Berpolet merah.
Deg.
Ketiga gadis itu menatap anala. Semuanya terkejut dengan pengemudi yang memakai motor itu pergi begitu saja saat mobil milik kedua orang tua anala meledak akibat membelokkan setir mobil nya ke pembatas jalan. Yang lebih membuat terkejut adalah, pengemudi itu adalah Akara.
"Nal!? Lo mau kemana!" Ketiganya mengikuti langkah anala yang terburu-buru menuruni anak tangga.
"AKARA!" Akara yang sedang mengobrol dengan sepupunya dan juga teman temannya yang lain segera menoleh.
PLAK!
"Brengsek! Bisa bisanya Lo kabur setelah bikin nyokap Bokap gue kecelakaan!" Emosi anala seakan meledak begitu saja. Tidak ada air mata, hanya kemarahan yang begitu mengejutkan Sekarang.
Semuanya terdiam membisu. Ya mereka semua tau bahwa akara lah yang tidak sengaja membuat kedua orang tua anala kehilangan nyawanya. Kecuali Ares dan adiran yang tidak mengetahui apa-apa.
Ares mendekati gadis itu. Mengusap pelan punggung anala yang bergetar hebat.
"Hei. Tenang ya." Nada bicara nya begitu halus. Membuat anala sedikit tenang.
Anala menarik kerah baju sepupunya itu. "Jawab bangsat!" Akara menatap sendu wajah anala.
"Gue minta maaf nal." Ujar nya lirih.
"Apa kata Lo, hm? Maaf?" Anala menggelengkan kepalanya, tidak menyangka sepupunya sepecundang ini.
"Hei, yang nyokap bokap gue butuhin waktu itu bukan maaf! TAPI BANTUAN LO BANGSAT!"
Bugh.
Anala memukul wajah tampan Akara. "Kenapa! Kenapa Lo nggak bantu bunda sama ayah waktu itu kara! Apa Lo takut harta warisan nya jatuh Ketangan bunda gue? IYA? JAWAB! PUNYA MULUT KAN?" Anala yang semula hanya meluap kan emosi nya, kini sudah menangis.
"
Apa kasus lo di sekolah sebenernya ini kar? Bukan narkoba?" Tanya adiran. Ia juga kecewa dengan sahabatnya itu.
"Beda. Yang di sekolah kasus pembunuhan Jenggala. Gue, Deran, asgar dan juga.." Devan menjeda ucapan nya.
"Akara ya?" Tanya Dika.
Berharap jawaban nya salah. Namun, fakta nya berbeda. Ketiga laki-laki itu menggangguk samar. Hati anala seakan di cabik-cabik. Sejak kapan sepupunya menjadi pembunuh.
"Setelah Aruna yang Lo buat mati? Abang nya juga ya kar?" Ares berucap santai. Padahal hati nya terpukul mendengar fakta bahwa teman nya terlibat.
"Res, gue gak terima anala di kasih teror terus terusan sama dia."
"TAPI GAK CARA INI KARA!" Anala benar benar seperti tidak melihat Akara. Anala tidak melihat jiwa pelindung di diri itu. Yang anala lihat, hanya seorang laki-laki jahat yang berlindung dalam sebuah pembelaan.
"Lo semua." Tunjuk anala kepada keempat Kakak sepupunya. "Bajingan!" Kemudian anala pergi meninggalkan semua orang yang hanya terdiam menatap Akara. Adiran juga sangat kecewa. Pasalnya Natan dan Sania adalah orang tua kedua bagi adiran. Tapi semua teman nya. Termasuk kekasih nya menutupi kesalahannya Akara.
***
Ares menghampiri anala yang terisak di depan makam mendiang ibu dan ayahnya. Ia meraung-raung seakan tidak peduli sekitarnya.
"Bunda.. ayok balik lagi. Nala kangen masakan bunda." Ares menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang ingin keluar begitu saja. Sesak kembali ia rasakan saat melihat sang wanita yang ia cintai sedang menangis pilu.
"Nal. Gue bukan manusia sempurna dan juga manusia pembuat bahagia. Tapi gue adalah alasan orang lain merasakan luka. " Anala mendongakkan kepalanya. Matanya terpejam. Membiarkan angin menyapa wajah nya.
Ares duduk, lalu menatap wajah cantik anala yang kini masih terpejam.
"Tante Sania.. Om Natan.. izinin Ares buat bikin anak nya bahagia ya? Ares janji untuk terus sama Nala. Forever." Ujar nya, membuat anala membuka kedua matanya. Ia menatap wajah tampan Ares dari sisi.
"Ares juga janji. Kalo anala adalah cinta terakhir untuk Ares." Kemudian Ares menatap anala yang sedari tadi menatapnya.
"Kamu adalah bentuk cinta yang paling besar di hidup aku Nala." Anala terdiam seribu bahasa.
"Can I make you my lover?" Anala bungkam dengan ungkapan hati Ares. Pipi nya memanas.
"Y-yes.. I want to." Ares melongo, seakan nyawa nya melayang. Anala tersenyum malu dengan tingkah laku Ares.
"Seriusan kan nal? Bukan prank?" Tanya nya. Anala menggagukan kepalanya. Ares tentu saja langsung memeluk anala erat.
"Cinta itu adalah kamu. Pemilik nama Nayanika yang di hiasi kesempurnaannya." Ares terdiam. Ia sangat senang. Jantung nya berpacu dua kali lebih cepat.
Anala menyadari hal itu. Kemudian terkekeh. "Cinta terbesar ku juga kamu res. Pemilik mata elang yang selalu membuat ku candu ingin terus menatapnya." Ares menggigit bibir bawahnya menahan gemas dengan salah satu mahluk yang ia cintai di bumi ini.
Anala terus menerus berdoa untuk hidup lebih lama dengan seseorang yang kini telah menjadi kekasih nya.
"Janji nal." Anala mengerutkan keningnya.
"Janji apa?"
"Jangan nangis di depan aku lagi. Hati aku sakit." Anala tersenyum geli dengan sikap Ares.
"Kalo di belakang kamu boleh dong?" Tanya anala asal.
"Nggak gitu juga sayang!" Kemudian keduanya tertawa lepas. Di depan makam ayah dan bunda anala. Gadis cantik milik Ares.
***
AKU NGUANTUK PARAH SEBENER NYA.CUMA DEMI KALIAN AKU UP.
VOTE YA.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANARES
Roman pour Adolescents"NAL, MAU JADI CEWEK GUE GAK?" Teriak nya begitu lantang membuat sang empu menggerling kan mata nya malas. "Gak Mau." Tekan nya. lalu gadis itu melenggang pergi meninggalkan remaja laki-laki yang dari tadi hanya cengengesan. "NAL, GUE PASTIIN SUATU...