34

1.9K 188 7
                                    

"Kau akan tetap kembali padaku, Haechan," batin Jaemin, ia membalikkan badannya dan kembali ke mobilnya.



Haechan menghela nafasnya, ini memang bukan kali pertama Haechan menghadapi orang suruhan, namun yang membuatnya malas adalah orang yang menyuruh para pria ini untuk menangkapnya. Dan ini sudah satu minggu lamanya Haechan selalu disergap oleh pria-pria yang ia tidak tahu siapa mereka.

"Sialan, dia pasti mengadakan sayembara," Haechan mengumpat, dia tidak mengerti dengan isi kepala Jaemin. Apa kehilangan Jeno membuat Jaemin gila?

Ah, dia lupa kalau Tuan-nya itu memang sudah gila sejak awal. Haechan melayangkan satu tendangan terakhirnya sebelum ia melompat untuk memanjat dinding gang.

Kalau begini terus, Haechan bisa membuat Renjun dan Jaeno terluka. Lelaki itu merogoh ponsel dari sakunya, ia mencari nomor yang selama tiga tahun terakhir ini ia blokir lalu menelfonnya.

"Aku akan pulang," ucap Haechan begitu orang disebrang mengangkat telfonnya,

"Good boy, I will pick you up in 10 minutes," setelah itu panggilan terputus, Haechan mendengus, ia berjanji akan menampar wajah tampan itu saat sudah berhadapan dengannya.

Sementara itu, Jaemin langsung menghentikan rapatnya, berjalan keluar meninggalkan perusahaan dan menyerahkan sisa pekerjaannya kepada asisten barunya yang tidak lain tidak bukan adalah Mark.

Jaemin bergegas menuju ke parkiran bawah tanah, menuju mobilnya yang akan dia gunakan untuk menjemput Haechan hari ini. Diantara tiga mobilnya yang berjejer di parkiran bawah tanah, Jaemin memilih untuk menggunakan tesla yang lebih nyaman untuk tiga orang termasuk Jaeno nanti.

Mobil tesla model 3 berwarna putih itu meninggalkan area perusahaan milik Jaemin, menuju ke lokasi dimana Haechan kini berada, yaitu di apartemennya.

Sebuah bantal dilempar oleh Renjun dan berhasil dihindari oleh Haechan yang kini sedang mengemasi barang milik Jaeno.

"Dan kau akan kembali tinggal dengan orang yang sudah mengusirmu itu? Psikopat gila itu?" Tanya Renjun, ia tak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut sahabatnya itu, bisa-bisanya dia akan kembali kepada pria itu?

"Aku tidak akan membiarkan kau dan Jaeno terluka," ucap Haechan.

"Kau yang akan terluka Haechan," Renjun berjalan menghampiri Haechan, berusaha untuk membujuk sahabatnya itu namun sayangnya keputusan Haechan sudah bulat.

"Tuan Jaemin bisa lebih nekat dari mengadakan sayembara menangkapku, kau tahu bagaimana dia membunuh orang," ucapan Haechan tidak bisa lagi dibantah oleh Renjun.

"Kapanpun kau mau kau bisa kembali kesini," ucap Renjun.

"Ini memang apartemen milikku dasar bodoh," balas Haechan, sementara Renjun hanya menunjukkan cengirannya. Bagaimana bisa Renjun bisa membeli apartemen semewah ini hanya dengan gaji sebagai pelayan di cafe?

"Kau tidak akan mengusirku kan?" Tanya Renjun,

"Tentu saja tidak, anggap saja kau merawat rumahku. Dan juga semoga beruntung dengan Mark," Haechan tertawa setelahnya,

"Dia manusia paling brengsek dan menyebalkan yang pernah aku temui," ucap Renjun.

"Meski begitu, dia tampan kan?" Pertanyaan itu hanya dibalas decakan oleh Renjun, sahabatnya itu kemudian pergi ke ruang tamu dimana Jaeno sedang bermain, anak yang kini sudah berusia 3,5 tahun itu sudah bisa berbicara meskipun belum lancar.

"Papi where?" Tanya Jaeno.

"Papi sedang membereskan baju, sebentar lagi akan ada yang menjemput Papi dan Eno," ucap Renjun. Dan benar saja, tidak ada lima menit bel apartemen mereka berbunyi berkali-kali dan itu tentu saja membuat Renjun kesal bukan main.

Rendezvous (Nahyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang