── .♡ Song Among the Mist

7 1 0
                                    

Kabut selalu turun dengan cara yang sama di desa Vayra—tebal, sunyi, dan seolah menyembunyikan dunia lain di baliknya. Pagi itu, Alena berdiri di jendela kamarnya, memperhatikan gumpalan putih keperakan yang merayap pelan di atas rerumputan. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Kabutnya terasa... hidup.

Dan kemudian dia mendengarnya lagi.

Nyanyian itu.

Lembut, seperti bisikan, namun penuh emosi. Suaranya melayang di udara, mengalun seolah mengundang, menyapa, dan... merindukan. Itu bukan pertama kalinya Alena mendengar nyanyian tersebut, tapi setiap kali dia mencoba mencari asal suaranya, selalu berakhir tanpa hasil. Tidak ada seorang pun di desa yang mendengarnya, kecuali dia.

"Alena! Kau akan terlambat!" Suara ibunya membuyarkan lamunannya.

"Ya, Bu! Sebentar!" jawab Alena sambil meraih ranselnya. Namun, sebelum meninggalkan kamar, ia melirik sekali lagi ke luar jendela. Kabut itu terlihat aneh hari ini, lebih tebal dari biasanya, hampir seperti dinding putih yang tidak bisa ditembus.

Di perjalanan menuju sekolah, Alena merasa gelisah. Desa kecil tempat tinggalnya memang sering tertutup kabut, tapi tidak seperti ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang menunggu di baliknya.

"Kenapa wajahmu seperti melihat hantu?" tanya Lira, sahabatnya, sambil menyenggol bahunya.

"Tidak ada," jawab Alena cepat.

"Tentu saja tidak ada. Itu ekspresi standar Alena: misterius dan penuh rahasia," balas Lira sambil terkekeh.

Alena memutar matanya. Lira memang selalu seperti itu—terlalu banyak bicara, tapi Alena menyukai kejujurannya.

"Tapi serius, ada apa? Kau terlihat aneh sejak beberapa hari terakhir," tanya Lira lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius.

Alena ragu sejenak. Haruskah dia bercerita? Tapi siapa yang akan percaya kalau dia mendengar suara nyanyian di kabut? Bahkan dirinya sendiri merasa itu gila.

"Tidak apa-apa. Mungkin aku hanya kurang tidur," jawab Alena akhirnya.

Hari berlalu tanpa kejadian berarti, sampai sore menjelang dan kabut kembali turun. Kali ini lebih tebal dari pagi tadi, seperti lautan putih yang menyelimuti desa. Saat berjalan pulang sendirian melewati hutan kecil di pinggir desa, Alena mendengar nyanyian itu lagi.

"Tidak, ini bukan kebetulan," gumamnya.

Suara itu semakin jelas, seolah memanggilnya untuk mendekat. Jantungnya berdegup kencang. Kali ini, dia tidak akan mengabaikannya.

Melawan rasa takut yang merayap di hatinya, Alena melangkah lebih dalam ke hutan, mengikuti suara nyanyian itu. Setiap langkah membuat kabut semakin tebal, dan di antara bayangan pohon, ia melihat sesuatu yang membuatnya tertegun.

Sebuah pintu besar berdiri di tengah-tengah hutan. Pintu itu tidak terbuat dari kayu biasa. Permukaannya berkilauan seperti perak, dihiasi ukiran-ukiran rumit yang tampak bercahaya dalam kabut.

"Ini... apa?" bisik Alena.

Saat ia mendekat, nyanyian itu berhenti, digantikan oleh suara lembut seorang pria.

"Alena..."

Ia terkejut. "Siapa kau? Bagaimana kau tahu namaku?"

Namun, tidak ada jawaban. Hanya kesunyian yang menggantung di udara.

Dengan tangan gemetar, Alena mengulurkan tangannya ke pintu. Saat ujung jarinya menyentuh permukaan dingin itu, sebuah kilatan cahaya menyilaukan matanya, dan tiba-tiba, dunia di sekitarnya berubah.

Hutan menghilang, kabut memudar, dan ia berdiri di tempat yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah dunia lain, penuh dengan cahaya redup dan warna-warna magis, menyambutnya.

Dan di sana, di kejauhan, berdiri seorang pria muda dengan mata abu-abu yang dalam seperti kabut.

"Selamat datang di Aetherial," katanya dengan suara yang sama seperti dalam nyanyian itu.

Lagu di Balik KabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang