Alena terbangun di tempat tidurnya dengan napas memburu. Mimpi tentang Aetherial terasa terlalu nyata, tetapi saat tangannya menyentuh kain selimut, ia tahu itu bukan mimpi. Kael, makhluk bayangan, dan ancaman dari Lord Morvyn semuanya benar-benar nyata.
Di luar jendelanya, kabut tipis menyelimuti desa. Namun, tidak seperti biasanya, kabut ini terasa dingin, hampir seperti ada sesuatu yang hidup di dalamnya.
Di sekolah, Alena mencoba menjalani harinya seperti biasa. Tapi pikirannya terus-menerus terganggu. Ia merasa diawasi, meskipun tidak ada siapa pun di sekitarnya yang tampak aneh. Lira, yang duduk di sebelahnya, menyadari kegelisahan Alena.
"Kau kenapa? Kau kelihatan seperti baru saja melihat hantu," tanya Lira.
Alena menggigit bibirnya, ragu apakah harus menceritakan semuanya. Tapi setelah mempertimbangkan, ia memutuskan bahwa Lira adalah satu-satunya orang yang bisa ia percaya.
"Aku masuk ke Aetherial lagi," bisiknya.
Lira menatapnya kaget, tapi tidak mengatakan apa-apa sampai mereka berdua keluar dari ruang kelas saat istirahat.
"Apa yang kau temukan?" tanya Lira saat mereka duduk di sudut taman sekolah.
"Kael," jawab Alena. "Dia seorang pangeran di dunia itu. Dia dikutuk menjadi penjaga kabut oleh Lord Morvyn, dan sekarang makhluk bayangan mulai muncul. Aku rasa aku sedang diawasi."
Lira tampak tegang mendengar penjelasan itu. "Makhluk bayangan? Apa mereka bisa masuk ke sini?"
Alena mengangguk pelan. "Aku tidak yakin, tapi... kabut di desa ini terasa berbeda akhir-akhir ini. Mungkin mereka sudah mulai menyusup."
Malam itu, ketika kabut semakin tebal di desanya, Alena mendengar suara aneh di luar rumahnya. Suara langkah kaki terdengar di jalan tanah, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Ia mengintip dari balik tirai, dan untuk sesaat, ia melihat sosok hitam tinggi dengan mata merah menyala di ujung jalan.
Alena menarik napas dalam-dalam, merasa tubuhnya gemetar. Ia ingat tentang gelang milik kakeknya yang ia temukan beberapa waktu lalu. Gelang itu terasa hangat saat disentuh, seolah memiliki kekuatan yang tidak terlihat.
Menguatkan hatinya, Alena memutuskan untuk keluar dan menghadapi makhluk itu. Saat ia melangkah ke jalan, sosok hitam itu berbalik, memperlihatkan wujudnya yang menyeramkan. Tubuhnya seperti kabut pekat, tetapi matanya memancarkan kebencian murni.
"Pergilah dari sini!" teriak Alena, mencoba terdengar lebih berani daripada yang ia rasakan.
Makhluk itu tidak menjawab, tetapi mulai mendekatinya dengan gerakan lambat yang menyeramkan. Alena merasakan tangannya gemetar, tetapi ia mengepalkan tangan, mengingat pesan Kael untuk melindungi dirinya dengan sihir kuno.
Saat makhluk itu semakin dekat, gelang di tangannya mulai bercahaya. Alena mengangkatnya tanpa berpikir, dan sinar terang melesat keluar, menghantam makhluk itu. Sosoknya berteriak kesakitan sebelum menghilang menjadi serpihan kabut.
Ketika Alena kembali ke dalam rumah, jantungnya masih berdegup kencang. Ia tahu bahwa ini baru permulaan. Lord Morvyn tahu keberadaannya, dan ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang ia inginkan.
Di tengah malam, nyanyian Kael terdengar lagi, tetapi kali ini, suara itu terdengar seperti peringatan.
"Jangan takut, Alena," bisik suara itu dalam pikirannya. "Kita akan melawan ini bersama."
Alena menatap gelang di tangannya dan memutuskan, apa pun yang terjadi, ia tidak akan mundur. Ia sudah menjadi bagian dari cerita ini, dan ia akan memastikan akhir cerita adalah miliknya untuk ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu di Balik Kabut
RomanceSetiap kali kabut turun di desanya, Alena mendengar nyanyian misterius yang tidak dapat dijelaskan asalnya. Suara itu indah, magis, dan terasa seperti panggilan untuknya. Suatu hari, ia menemukan portal tersembunyi di hutan yang membawanya ke dunia...