Alena mencontohkan matanya, mencoba menyesuaikan pemandangan dengan cahaya yang aneh di sekitarnya. Dunia tempatnya berada terasa begitu nyata, namun berbeda dari apa pun yang pernah ia lihat sebelumnya. Langit berwarna ungu muda dengan kilauan keemasan, pohon-pohon menjulang tinggi dengan daun berwarna perak, dan di kejauhan, air terjun mengalir seperti benang sutra bercahaya.
Ia berdiri di tepi hutan yang tenang, tapi ada sesuatu yang terasa... hidup di udara. Setiap helaan napas seolah membawa kehangatan dan ketenangan yang tak biasa.
"Alena."
Ia berbalik dengan cepat. Pria itu ada di sana—sosok yang sebelumnya hanya samar-samar terlihat di kabut. Kini, dia berdiri dengan jelas di depannya. Tingginya menjulang, dengan rambut hitam legam yang kontras dengan matanya yang berwarna abu-abu pucat. Wajahnya tampak tegas, namun ada kelembutan dalam sorot matanya yang membuat Alena tidak bisa berubah.
"Siapa... kau?" tanya Alena pelan.
"Aku Kael. Penjaga kabut," jawab pria itu dengan suara lembut.
"Penjaga kabut?" Alena mengerutkan kening. "Apa maksudnya? Dan kenapa aku ada di sini?"
Kael menatapnya beberapa detik sebelum menjawab. "Kau memasuki dunia Aetherial . Hanya sedikit manusia yang bisa menemukan jalan ke sini, dan lebih banyak lagi yang masuk."
"Aetherial?" Alena mengulangi kata itu dengan bingung.
Kael berjalan mendekat, tapi berhenti beberapa langkah darinya. "Dunia ini adalah cerminan dari duniamu, tapi juga menjadi tempat di mana segala yang hilang dari dunia manusia tersimpan. Aku ditugaskan menjaga batas antara dunia kalian dan dunia ini. Kabut adalah pintu yang menghubungkan keduanya."
Alena menjawab, mencoba memahami kata-katanya. "Tapi... kenapa aku? Kenapa aku bisa mendengar nyanyianmu?"
Kael tampak ragu sesaat sebelum menjawab, "Itu pertanyaan yang bahkan aku tak tahu jawabannya. Namun, suaraku seharusnya tidak terdengar oleh manusia... kecuali seseorang yang memiliki hati yang terhubung dengan dunia ini."
Alena ingin bertanya lebih jauh, tapi suara gemerisik di sekitar mereka membuatnya mengerti. Kael langsung berubah waspada, matanya menatap tajam ke arah hutan.
"Kita harus pergi. Tempat ini tidak aman bagimu," sambil merentangkan tangan, seolah-olah berusaha melindungi Alena.
"Apa maksudmu? Apa yang berbahaya?" Alena bertanya panik.
"Terlalu banyak mata yang mengawasi di sini," jawab Kael singkat. Ia mengarahkan tangan ke udara, dan cahaya biru lembut muncul dari telapak tangan, membentuk semacam lingkaran bercahaya di tanah. "Kau harus kembali ke duniamu sekarang."
"Tunggu!" Alena mencoba menahan Kael. "Aku punya banyak pertanyaan! Apa hubungan dunia ini dengan desaku? Dan bagaimana dengan kutukan yang kau sebutkan tadi?"
Kael menatapnya dengan ekspresi penuh penyesalan. "Kau akan tahu pada waktunya, Alena. Tapi untuk saat ini, kamu harus aman."
Sebelum Alena sempat memprotes, cahaya biru itu menyelamatkannya, dan dunia Aetherial perlahan memudar dari tempatnya.
Ketika Alena membuka mata, ia mendapati dirinya kembali berada di tepi hutan dekat desanya. Langit telah berubah menjadi jingga, tanda senja mulai turun. Namun, rasa hangat dari dunia Aetherial masih tersisa di tubuhnya, seperti mimpi yang terlalu nyata untuk dilupakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/385067114-288-k853772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu di Balik Kabut
Storie d'amoreSetiap kali kabut turun di desanya, Alena mendengar nyanyian misterius yang tidak dapat dijelaskan asalnya. Suara itu indah, magis, dan terasa seperti panggilan untuknya. Suatu hari, ia menemukan portal tersembunyi di hutan yang membawanya ke dunia...