── .𝜗𝜚 Kael and His Curse

1 0 0
                                    

Sore itu, Alena dan Lira duduk di sebuah bangku kayu tua di tepi hutan, jauh dari pendengaran siapa pun. Lira terlihat gelisah, matanya terus mengawasi sekeliling seolah khawatir akan ada sesuatu yang muncul dari dalam kabut.

"Jadi, kamu tahu tentang Aetherial ?" Alena membuka percakapan, suara pelan namun mendesak.

Lira menghela napas panjang sebelum menjawab. "Kakekku sering bercerita tentang dunia itu. Katanya, Aetherial adalah dunia yang dulunya bersatu dengan dunia kita. Tapi karena keserakahan manusia dan konflik dengan makhluk di sana, dua dunia itu akhirnya disingkirkan oleh kabut."

Alena mendengarkan dengan saksama, semakin yakin bahwa cerita ini lebih dari sekadar dongeng.

"Kakek juga bilang," lanjut Lira, "ada penjaga kabut yang bertugas menjaga perbatasan antara dua dunia itu. Tapi... katanya tidak semua penjaga kabut itu mau menembusnya. Ada yang dipaksakan karena kutukan."

Kata terakhir itu membuat Alena tersentak. "Kutukan?"

Lira mengangguk. "Kakek tidak pernah memberi tahu detailnya, tapi janji itu diberikan oleh penguasa kegelapan di Aetherial . Penjaga kabut yang dikutuk itu tidak bisa meninggalkannya, dan hanya orang tertentu yang bisa menyelamatkannya. Tapi aku tidak tahu siapa atau bagaimana caranya."

Alena teringat, pikiran kembali ke Kael dan cerita yang ia dengar langsung dari pria itu. Apakah ini berarti dia... adalah orang yang disebutkan dalam legenda?

Malamnya, Alena kembali ke hutan, tidak peduli dengan rasa takut yang mulai meragukan hatinya. Kabut tebal telah turun, dan nyanyian Kael terdengar lagi, lembut namun penuh kesedihan.

"Aku tahu kau ada di sini, Kael," katanya, hampir tenggelam dalam kenyamanan.

Dari balik kabut, Kael muncul, matanya memancarkan cahaya yang aneh dalam kegelapan. "Aku sudah memperingatkanmu, Alena. Jangan kembali ke sini."

"Aku harus tahu kebenarannya," jawab Alena tegas. "Apa sebenarnya kutukan itu? Kenapa kamu terikat dengan dunia ini?"

Kael menatap lama, seperti menimbang apakah ia bisa mempercayai gadis ini. Akhirnya, ia menghela napas dan mulai bercerita.

"Aku adalah putra mahkota Aetherial ," katanya dengan suara pelan. "Beberapa tahun yang lalu, seorang penguasa kegelapan bernama Lord Morvyn Pemberontak dan ingin mengambil alih takhta. Ayahku menolak persetujuannya, dan aku menjadi sasaran balas dendamnya."

Alena mendengarkan dengan saksama, merasa simpati terhadap penderitaan yang jelas terlihat di wajah Kael.

"Dia mengutukku," lanjut Kael. "Kutukan itu memaksaku menjadi penjaga kabut—penjaga perbatasan antara dunia manusia dan Aetherial. Aku terperangkap di sini, tidak bisa kembali ke dunia asalku, dan tidak bisa menyentuh apa pun dari dunia manusia. Hanya kabut ini yang menjadi rumahku."

Alena merasa sesak sesak mendengar cerita itu. "Bukankah ada cara untuk menghentikan kutukan itu?"

Kael tersenyum pahit. "Ada, menurut legenda. Tapi itu terlalu besar, Alena. Aku tidak ingin melibatkanmu lebih jauh."

"Tapi aku sudah terlibat," bantah Alena. "Kael, aku mendengar nyanyianmu. Saya menemukan jalan ke sini. Aku tidak bisa pura-pura ini tidak pernah terjadi."

Kael menatapnya, dan untuk pertama kalinya, Alena melihat kilasan harapan di matanya. Namun, sebelum Kael sempat menjawab, suara gemuruh terdengar dari arah hutan.

"Cepat! Kamu harus pergi!" Kael berbisik tajam, matanya waspada.

"Apa itu?" tanya Alena panik.

"Makhluk bayangan. Mereka bekerja untuk Lord Morvyn. Mereka tidak akan membiarkanmu pergi jika menemukanmu di sini."

Kael merentangkan tangannya, dan lingkaran bercahaya muncul di tanah di sekitar Alena. "Kembali ke dunia manusia sekarang. Jangan kembali sampai aku memanggilmu lagi."

"Tapi, Kael—"

"Pergilah!" Kael memotongnya dengan tegas, sebelum Alena sempat memprotes.

Cahaya biru itu melingkupi tubuh Alena, dan ia kembali ke desanya dalam sekejap. Namun, kali ini, ia tahu bahwa bahaya semakin dekat, dan ia tidak bisa membiarkan Kael sendirian menghadapi semuanya.

Lagu di Balik KabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang