_AWAL_

3 3 0
                                    

Seorang laki-laki muda tengah duduk dengan santainya, sambil menjawab pertanyaan dari polisi yang sedang menginterogasinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang laki-laki muda tengah duduk dengan santainya, sambil menjawab pertanyaan dari polisi yang sedang menginterogasinya. Wajah itu sama sekali tak menunjukkan ketakutan, mata cokelat tuanya justru menatap wajah petugas polisi di depannya dengan ogah-ogahan.

Helaan napas panjang kembali terlontar keluar dari mulutnya. Sekarang ia benar-benar jenuh dan bosan. Suasana saat ini semakin mencekik pernapasannya. Pertanyaan yang sama terus-terusan ia dengar, hingga membuat telinganya panas. Sesekali ia akan mengorek telinganya dengan telunjuk karna gatal.

"Apa kau akan terus menjawab pertanyaan ini dengan jawaban yang sama?!" Sang polisi mulai geram dengan sikap tak acuh laki-laki muda ini. "Jika kau tak mau mengaku dan memberikkan keterangan, maka kau akan menginap di sini untuk malam ini!" imbuhnya mengancam sang pemuda tak kenal takut itu.

"Hahh ..." Hanya helaan napas itu yang diberikkan sang pemuda sebagai jawaban. Yang artinya ia sama sekali tak takut dan tak peduli.

"Kau!" Sang petugas polisi mulai naik pitam. Namun ia segera sadar dan menahan emosinya. "Kita akan tunggu sampai walimu datang."

"Kau kira aku anak kecil yang membutuhkan seorang wali?! Jika kau mau memenjarakanku, maka silakan penjarakan saja. Aku tidak takut," sahut sang pemuda menantang.

Sang polisi mengeratkan tinjunya. Pasalnya, pemuda Asia mix Amerika ini benar-benar tak mengenal rasa takut. Tak berselang lama terdengar suara langkah kaki memasuki gedung kepolisian itu.

"All ..." panggil seorang pria berusia paruh baya dengan suara baritonnya. Meski usia pria itu sudah sampai setengah baya namun ia masih terlihat awet muda, dengan wajah Amerikanya. Pria itu tidak datang sendiri, di sampingnya ada seorang wanita yang usianya juga hampir sama, dengan wajah oriental serta tubuhnya yang sedikit mungil.

Si pemuda yang baru saja dipanggil dengan nama All itu memutar bola matanya malas. Pria dan wanita paruh baya tadi mendekat pada All. Si pria menatap pemuda itu dengan tatapan tajam, ada semburat marah di wajahnya yang tidak bisa disembunyikan.

"Maafkan anak kami," kata si pria meminta maaf kepada sang polisi. "Kali ini masalah apalagi yang dibuat oleh anak ini?" tanyanya kemudian.

Sang polisi menghela napas cepat. "Kami menemukkan beberapa obat-obatan terlarang, dan lebih parahnya lagi dia telah membuat seorang pemuda lain terbaring koma di rumah sakit," terang sang polisi.

Pria dewasa berwajah Amerika itu hampir saja kehilangan kesabaran, emosinya benar-benar memuncak. Untungnya, wanita yang datang bersamanya berhasil menenangkannya. Ia menggegam tangan lebar milik pria tersebut.

"Sekali lagi kami minta maaf," ujar si wanita. "Kami yakin obat-obatan itu bukan milik putra kami. Saya bisa menjaminnya." Si wanita tersebut memberikkan tatapan penuh keyakinan.

All mendecak, "putra katanya?" gumamnya dalam hati.

Entah bagaimana caranya pria dan wanita itu mengambil alih semua masalah yang menimpa All, yang jelas saat ini pemuda tersebut bebas dengan syarat. Mungkin kedua orang dewasa itu sudah memberikkan uang dengan jumlah luar biasa gila hanya untuk membebaskannya dari masalah ini.

Lagi pula All memang tidak bersalah. Obat-obatan terlarang itu bukanlah miliknya, salah satu musuhnya menyuruh orang lain untuk menjebaknya. Untuk masalah seseorang yang ia buat koma itu memang benar ulahnya. Tapi itu semua tentu ada alasannya. Setelah pulang dari kantor polisi, kini All harus mendapat seribu pertanyaan lain dari pria dewasa berwajah Amerika yang tadi datang sebagai walinya.

"Sekarang katakan dengan jujur, apa  benar kau yang telah membuat pemuda itu koma?!" tanya si pria penuh amarah.

All hanya menghela napas bosan. "Ya, memang aku yang membuatnya koma. Kenapa? ada masalah?"

"Kau! kau benar-benar sudah melewati batas Albir Danadyaksa!"

All bangkit dari duduknya, menatap tajam sang pria berwajah yang mirip dengannya itu. "Kalau begitu bunuh saja aku! kau tahu, aku benci padamu, pada diriku sendiri, dan pada kehidupan ini!" All memekik hebat. Dadanya naik turun menahan amarah. "Aku muak dengan semua ini!"

All berlalu pergi begitu saja, tidak berminat untuk menyelesaikan percakapan yang tidak ada gunanya. Ia naik ke lantai dua menuju kamarnya. Dengan gerakkan cepat All menutup pintu kamar dengan keras. Pria yang barusan dilawannya hanya diam di tempat, wanita yang datang bersama ke kantor polisi tadi mendekat, lalu mengelus punggungnya lembut. Ia menyandarkan kepalanya ke bahu pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Aku akan mengirimnya ke Indonesia," kata si pria berwajah Amerika lirih.

"Duìbùqǐ (maaf)," kata si wanita lirih.

Pria itu menggeleng pelan. "Ini bukan salahmu, ini adalah salahku, maafkan aku." Kemudian Ia memeluk wanita itu dengan penuh kasih sayang.

To be continued ...

BIANG MASALAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang