The Rules

3.7K 344 56
                                    

Hermione's POV

Aku mengeratkan mantel musim dinginku, mencegah angin musim dingin yang menusuk kulit. Setelah Harry memberitahu bahwa Professor McGonagall ingin menemuiku, lantas aku bergegas menuju ruang kelas Transfigurasi secepat yang aku bisa.

Koridor terlihat sangat sepi dan lengang karena para murid masih menyantap makan malam mereka di aula utama, membuat ruang gerakku menjadi lebih bebas. Tidak kudapati satu orang pun yang berada dikoridor sampai aku melihat Luna tengah melompat-lompat kecil, tersenyum kearahku.

Luna mendekatiku dengan lompatannya yang membuatku sedikit ngeri karena- biar kujelaskan, gadis dengan mantel musim dingin memakai kalung berbentuk wortel besar, dengan rok yang dia ubah warnanya menjadi biru terang, ditambah senyum lebar terbentuk diwajahnya yang diciprati cahaya dari obor merah yang meliuk-liuk rendah dari dinding didekatnya. Menghampiriku.

Yeah, sounds creepy.

Aku bergidik tanpa sadar Luna sudah berdiri tepat dihadapanku tanpa menghapus senyumnya sedikitpun. Kuharap, ia berubah lebih normal setelah perang satu tahun silam.

"Hai, Hermione. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku bertemu denganmu." Sapanya ramah.

"Eh- Hai Luna."

Aku berusaha untuk sedikit lebih terdengar menyenangkan, walaupun aku sadar bahwa usahaku percuma. Suaraku lebih terdengar seperti cicitan tikus.

Luna melirik sekilas kebelakangku, "Kau sendirian, Hermione?"

"Yeah, seperti yang kau lihat."

Luna hanya manggut-manggut lalu terdiam. Situasi canggung yang memang selalu terjadi diantara Luna dan aku, membuatku tidak nyaman. Aku tidak selalu mengerti Luna. Topik pembicaraannya yang tidak pernah kumengerti karena jujur saja- gadis ini sedikit aneh. Ia mempercayai hal-hal yang menurutku tidak masuk akal, sementara aku tidak mempercayainya. Seperti mitos tentang pelangi yang akan menunjukkan orang yang spesial dimasa depan, atau melukis nama seseorang yang kau sukai dilangit yang penuh bintang dan seseorang itu akan menjadi jodohmu- Demi celana dalam Merlin, yang benar saja.

"Kau hendak kemana? Jam makan malam kan belum selesai." Tanyanya memecah keheningan diantara kami.

Aku membersihkan tenggorokanku, "McGonagall mencariku, jadi aku akan-"

Crap.

"Akan apa?"

Bagaimana aku bisa lupa kalau aku harus segera keruangan McGonagall?!

Aku menggelengkan kepalaku cepat, tidak berniat menjawab pertanyaan Luna yang membuatnya semakin bingung.

"Aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa, Luna!"

Aku berlari meninggalkan Luna yang kebingungan dengan sikapku. Aku mengutuk diriku yang bodohnya bisa melupakan McGonagall dan malah mengobrol tidak jelas dengan Luna.

Aku terus berlari ketika mendengar Luna berseru dari belakang,

"Hati-hati! Peeves sering muncul dan tambah iseng akhir-akhir ini, Jadi waspadalah dan selamat tinggal juga, Hermione!"

Aku terus berlari tanpa melirik. Aku tidak peduli. Aku dalam masalah.

•••

Tarik nafas.

Buang.

Tarik nafas.

Buang.

Pintu kantor Professor McGonagall sudah berdiri tepat dihadapanku. Dan aku hanya berdiri mematung tanpa melakukan pergerakan sedikitpun. Professor McGonagall seharusnya menempati ruangan kepala sekolah karena sekarang posisinya sudah naik menjadi kepala sekolah. Namun, ia tidak ingin pindah ke ruangan bekas Professor Dumbledore entah karena alasan apa. Isi ruangan tersebut tidak berubah sedikitpun semenjak Dumbledore meninggal, sedikitpun. Seakan McGonagall menganggapnya masih hidup, duduk tenang dibalik meja kerjanya.

Alohomora [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang