Can We Make It? | HeeHoon

72 12 0
                                    

Satu kali ketemu namanya kebetulan.

Pertemuan kedua nyatanya tak sengaja.

Dipertemuan ketiga sepertinya semesta punya agenda untuk mereka berdua.

"Makasih ya kak." Sunghoon terima sodoran tisu itu untuk usap pipinya yang basah sebab air mata.

"Heeseung."

"Hah?"

"Nama gue Heeseung."

"Makasih ya Kak Heeseung."

Hari itu jika kepala Sunghoon tak ruwet nyatanya dia tak mungkin diberi tisu. Terlalu banyak agenda buat Sunghoon lelah sendiri hingga tumpahkan tangis dalam perjalanan pulang.

"Di urutin aja mana yang paling penting. Tapi yang paling penting sih lu istirahat dulu habis ini." Satu kotak susu diletakan di atas pangkuan dan lelaki yang perkenalkan dirinya sebagai Heeseung itu beranjak pergi.

Oh lelaki itu sudah sampai stasiun tujuannya.

Eh.

Pipi Sunghoon menghangat. Entah sebab senja yang soroti wajahnya atau karena ia dapati ada sticky note bersama kotak susu dalam pangkuannya.

'jangan nangis sendirian, takutnya keblabasan'.

---

Selepas hari itu rasanya Sunghoon jadi mudah jalani hari-harinya. Presensi Heeseung selalu ada dan Sunghoon sungguh berterimakasih pada semesta karena pertemukan mereka.

Sunghoon jatuh cinta dan dia tak menyangkalnya sebab Heeseung juga rasakan hal yang sama.

Jatuh cinta sama yang lebih muda tak ada dalam agenda lelaki Lee. Jantungnya berdetak tak normal sebab senyum milik Sunghoon. Pipinya ingin Heeseung kecupi jika ia sedang mengeluh sebab dosen pembimbingnya tak jawab pesannya.

Katanya mau nikah aja. Iya, nanti dinikahin kalau udah wisuda.

Heeseung punya teman berbagi. Heeseung punya teman untuk jadi tempat keluh kesahnya jalani hari di kantornya. Mereka berdua akan duduk di taman sembari nikmati hidangan ringan. Ceritakan apa yang dirasakan sambil tertawa soalnya semesta ada-ada aja sama hidup mereka.

"Besok aku sidang."

"Maaf ya gabisa sempetin datang."

"Gapapa kakak, kan kakak kerja." Manis sekali senyumnya.

"Mau hadiah apa?"

"Mau dipeluk semalaman boleh ga?" Begitu pinta Sunghoon.

"Iya nanti nginep di tempat kakak ya."

Senyum ringan terpoles di wajah lelaki Lee.

Mereka sudah sedekat ini. Sunghoon ada dalam peluknya. Heeseung peluk erat raganya. Dipeluk hangat, dipeluk sampai Sunghoon tau kalau presensinya selalu ada di sini. Temani Sunghoon lagi dan lagi.

"Habis wisuda kakak datang ke rumah mau?"

"Mau sayang. Kakak harus bawa apa?"

"Bawa diri aja cukup."

Sunghoon kenalkan Heeseung sebagai kekasih hatinya. Semua masih aman saja sampai pertanyaan Mamanya perihal keluarga diangkat di antara obrolan mereka.

"Mumpung masih belum jauh sama Sunghoon baiknya kalian udahan aja ya. Saya gabisa bayangin anak saya nanti sama kamu yang masih nanggung semua kebutuhan adik-adikmu. Saya ga mau anak saya diduakan kebutuhannya."

Malam itu air mata Sunghoon luruh banyak sekali pasalnya Mamanya sungguh tak punya hati. Permintaan maafnya diulang buat Heeseung yang udah pamitan jadi hentikan langkahnya.

Minuman Sekali TenggakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang