Awal Dari Semua

3 0 0
                                    

Di bawah langit biru yang luas, kota Ansura berdiri dengan megah, terletak di lembah subur di negara Jousei. Kota ini terkenal karena keindahan alamnya, dengan pegunungan hijau yang menjulang di latar belakang dan sungai-sungai yang mengalir jernih di tengah kota. Masyarakat Ansura hidup dalam kedamaian dan keharmonisan, dengan tata kota yang teratur dan arsitektur tradisional yang menyatu dengan alam sekitar. Namun, di balik keindahan itu, ada sebuah cerita yang jauh lebih tua, yang terpatri dalam tanah dan sejarah kota ini. Salah satu cerita itu adalah cerita keluarga Kurogane.

Keluarga Kurogane telah ada selama berabad-abad, dan mereka dikenal luas bukan hanya sebagai bangsawan, tetapi juga sebagai penjaga kehormatan dan pelindung rakyat Ansura. Mereka adalah keturunan ksatria yang telah melayani kerajaan dengan setia sejak zaman kuno. Masing-masing anggota keluarga, sejak usia muda, dilatih untuk menjadi seorang prajurit terhormat yang menjaga kedamaian dan kehormatan tanah air. Di kota ini, kata "Kurogane" diucapkan dengan rasa hormat yang mendalam, dan sejarah mereka hampir setara dengan sejarah kota itu sendiri.

Keluarga Kurogane tinggal di sebuah rumah besar yang megah, sebuah istana kecil yang terletak di bukit yang menghadap ke kota. Rumah ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga sebuah benteng, dengan dinding tebal dan gerbang yang kuat, melambangkan posisi mereka sebagai pelindung kota. Dikenal karena keindahan taman-tamannya, rumah ini juga memiliki ruang pertemuan besar di mana keluarga dan para pengikut mereka berkumpul untuk merayakan kemenangan atau membahas strategi perang. Namun, di balik kemewahan dan kekuasaan keluarga Kurogane, ada sebuah kehidupan sederhana yang mereka jalani, jauh dari gemerlapnya istana kerajaan.

Masaru Kurogane, kepala keluarga yang sangat dihormati, adalah sosok yang rendah hati meskipun statusnya tinggi. Ia lebih memilih untuk bekerja di ladang bersama orang-orang desa daripada duduk di singgasana yang gemerlap. Setiap pagi, sebelum memulai pelatihan para ksatria muda, Masaru akan memeriksa tanaman di kebun dan memastikan bahwa ladang-ladang mereka tetap subur. Ia percaya bahwa setiap anggota keluarga, meskipun berkedudukan tinggi, harus merasakan kerasnya bekerja di lapangan. Ia ingin agar anaknya belajar tentang kesederhanaan, menghargai tanah dan kerja keras, serta menjaga kehormatan mereka.

Masaru memiliki seorang istri yang sangat ia cintai, Hana Kurogane. Hana adalah seorang wanita yang penuh kasih, bijaksana, dan lembut. Meskipun berasal dari keluarga bangsawan, ia tidak pernah menunjukkan sikap sombong atau merendahkan orang lain. Ia dikenal di seluruh Ansura karena sifatnya yang baik hati dan perhatian terhadap orang-orang miskin di sekitar kota. Hana juga merupakan ibu yang sangat penyayang, selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti kepada putri mereka, Rea.

Rea, yang baru berusia 12 tahun, adalah satu-satunya anak dari keluarga Kurogane. Sejak kecil, ia sudah diperkenalkan dengan dunia pedang dan tradisi keluarga mereka. Dengan rambut hitam yang panjang, mata merah menyala yang diwariskan dari leluhur mereka, dan wajah yang cerah, Rea selalu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Namun, meskipun ia dikenal karena penampilannya yang anggun, Rea adalah gadis yang sederhana dan pemalu, jauh dari kesombongan atau keangkuhan. Ia lebih suka menghabiskan waktu di taman atau di ruang pelatihan keluarga daripada tampil di depan umum.

Pagi itu, seperti biasa, Rea sedang bersama ibunya di kebun. Mereka bekerja sama merawat bunga-bunga sakura yang mekar di sepanjang jalan setapak yang menuju ke rumah besar mereka. Hana mengajarkan Rea dengan sabar bagaimana cara memangkas ranting yang tidak perlu, memberi ruang bagi bunga-bunga untuk tumbuh dengan sempurna.

"Rea, bunga sakura ini sangat istimewa. Meskipun tampak rapuh, mereka adalah simbol kekuatan. Mereka bertahan meskipun diterpa angin dan hujan," kata Hana dengan lembut, meraih secarik ranting untuk dipangkas.

Rea mengangguk pelan, memperhatikan cara ibunya bekerja dengan teliti. "Apakah aku juga harus kuat seperti bunga sakura, Ibu?"

Hana tersenyum. "Ya, sayang. Kekuatanmu tidak terlihat dari tubuh atau senjata yang kau bawa, tetapi dari keteguhan hatimu untuk melindungi dan menjaga apa yang kau cintai. Seperti bunga sakura, meskipun sulit, kita harus terus berkembang."

A Nightmare Dreams Of Yujumei: KITSUNEWhere stories live. Discover now