"Percayakah kamu kalau takdir yang semesta berikan lebih indah dari apapun?"
Rumpin, 15 juni 2012.
"Apa?! Kenapa tiba-tiba?! Bukankah bapak dan ibu harus meminta perizinan dahulu dariku?" Ucap seorang laki-laki dengan nada yang sedikit terkejut.
"Nak, mohon dipertimbangkan lagi. Ayah dan ibu sudah tidak punya uang lagi untuk membayar hutang-hutang tersebut."
Nama nya Mahesa, seorang laki-laki berumur 19 tahun yang baru saja lulus SMA. Selama beberapa saat dia hanya terdiam, kepala nya tertunduk lesu. Baru tiga minggu ia lulus tapi tiba-tiba saja dirinya sudah di jodohkan dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal.
"Bapak, ibu. Keputusan Mahesa sudah bulat. Aku tidak mau di jodohkan seperti ini, aku belum siap untuk menikah. Sebagai ganti nya aku akan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan dan melunaskan hutang milik ibu dan bapak," Ucapnya.
Kedua orang tua nya langsung berpandangan dan menatap anak semata wayang nya itu dengan tatapan tidak percaya, bukan tanpa alasan tapi kini keadaan keluarga mereka sedang di teror oleh debt collector yang di suruh oleh keluarga Atmaja. keluarga tamak, serakah, rakus dan tidak berkemanusiaan itu telah memberikan bebanan bunga yang besar bagi keluarga mereka.
"Bukankah mencari pekerjaan di kota itu lumayan sulit? Ibu tidak mau kamu kenapa-kenapa, nak." Ucap sang ibu dengan penuh perhatian berusaha membujuk putra nya itu.
Sang bapak juga ikut menghela nafas dan duduk di sebelah anak nya, berusaha meyakinkan bahwa hanya perjodohan itulah satu-satunya cara supaya keluarga mereka bisa terbebas dari lilitan hutang yang menyiksa.
"Bukan berarti bapak dan ibu egois, tapi kamu tahu bukan kalau keluarga Atmaja itu seperti apa?" Ucapnya.
Kekuasaan bahkan mengalahkan moralitas, asalkan punya uang apapun bisa dilakukan dengan mudah. Namun apalah arti semua kekayaan itu jika tidak berguna bagi sesama? Apalagi untuk seukuran keluarga Atmaja yang memiliki berbagai koneksi dalam pemerintahan, semua hal itu semudah menjentikkan jari.
"Bapak dan ibu tidak perlu khawatir, Mahesa pasti akan menepati janji dan membawa uang yang banyak untuk melunasi hutang-hutang yang ada." Ucapnya dengan tegas.
"Lalu bagaimana cara kamu pergi ke kota, nak? Bapak dan ibu sudah tidak mempunyai uang lagi, semua itu hanya tersisa untuk makan sehari-hari."
"Aku telah memikirkan itu matang-matang, aku sudah meminta izin tinggal dengan paman untuk sementara waktu di kota. beliau mengizinkan aku untuk tinggal sampai aku mendapat pekerjaan, bapak dan ibu tidak perlu khawatir lagi. "
Untuk kesekian kali nya kedua orang tua Mahesa menghela nafas berat, dan akhirnya sebuah anggukan tanda setuju resmi di berikan sebagai bentuk perizinan atas pilihan yang telah di pilih olehnya.
"Bapak akan meminta penambahan waktu pada pak Atmaja. Tapi ingat, jika selama tenggat waktu yang di berikan kamu belum bisa mendapatkan penghasilan maka kamu harus kembali ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPOTONG SENJA
أدب المراهقين"Apa?! Perjodohan apa ini?! Aku tidak setuju!" Itulah kata-kata yang diucapkan Mahesa ketika kedua orang tua nya memilih untuk menjodohkan dirinya pada anak seorang rentenir di desa nya, bukan tanpa alasan tapi itu semua dilakukan untuk melunasi hut...