"Apa kau sudah dengar? Vila nomor 4 di Distrik Winter sudah laku terjual!""Benarkah kabar itu? Siapa yang mau membeli rumah berhantu itu? Apa dia tidak takut mati di dalamnya?"
"Itu benar, positif! Aku bahkan sampai bertanya ke pemilik properti, tapi sepertinya pemilik barunya belum mulai pindah. Aku tidak tahu siapa yang membelinya, tapi aku yakin orang itu tidak tahu apa yang terjadi di rumah itu sebelumnya! Pakai logika saja, siapa yang mau hidup dicekam nasib buruk dan ketakutan?!"
........
............Di penghujung musim semi menjelang musim panas, langit kota Rongcheng dipenuhi oleh bulu dedalu willow yang berterbangan, seperti salju, memang indah, tapi juga sangat mengganggu. Saat Qiáo Yùān turun dari mobil setelah pulang dari rumah sakit, segumpal bulu dedalu willow mengenai wajahnya. Ia bersin dua kali dan dengan cepat menarik masker yang menggantung di di dagunya, lantas berjalan menuju Distrik Winter.
Saat ini sudah sore hari, jalan di depan area vila dipenuhi bibi asisten rumah tangga yang sudah sibuk bekerja sepanjang pagi. Waktu sore adalah kesempatan untuk mereka bergosip. Qiáo Yùān yang kebetulan lewat mau tak mau mendengar obrolan mereka, ia sama sekali tidak menduga akan mendengar kabar terkait vila nomor 4.
Ia tidak tahu bagaimana reaksi kakak perempuannya, Jiang Cheng, kalau mengetahui hal ini.
"Paman kecil, tolong aku!" Begitu melewati pintu, Qiáo Yùān langsung mendengar teriakan frustasi dari Jiang Xiaomi. Ia mendongak dan melihat Jiang Cheng memangku paksa Jiang Xiaomi, untuk membuatnya memakan sayuran hijau yang dibencinya.
"Oops, kau salah memanggil orang." sahut Qiao Yuan sambil mengganti sepatunya dengan sandal, tidak menggubris ibu dan anak itu, "Saat aku masih kecil, aku bahkan dipukuli ibumu supaya makan sayur. Patuhlah, makan sayur bagus untuk kesehatanmu. Ini adalah saran dari Pamanmu yang juga dokter anak. Jadilah anak yang patuh dan tumbuh sehat, oke?"
Jiang Cheng adalah saudara se-ibu dengannya, enam tahun lebih tua darinya. Qiao Yuan dibesarkan olehnya, dan memang benar dipukuli.
"Paman kecil, kalau kau tidak menyelamatkanku, aku akan memberitahu Kakek dan Nenek, kalau kau putus dengan Paman Yin!"
Langkah Qiao Yuan menuju kamar mandi sontak berhenti, ia menoleh, membelalak tak percaya pada Jiang Cheng.
"Apa yang kau ceritakan pada anak kecil ini?"
"Ia menceritakan semuanya, Paman kecil. Kalau kau tidak menyelamatkanku, aku akan menelepon -----' sebelum Jiang Xiaomi selesai bicara, Jiang Cheng menyumpalkan sayur hijau ke mulutnya, "Jiang Xiaomi, kau terlalu banyak bicara." ucapnya.
Qiao Yuan: "....Aku ingin menyelamatkanmu, tapi aku terlambat."
Jiang Xiaomi merosot turun dari pangkuan Jiang Cheng, memelototin Qiao Yuan lalu lari ke lantai atas. Qiao Yuan harus mengingatkannya;
"Jangan beritahu Kakek dan Nenek, kalau sampai kau melakukannya, saat ibumu pergi, aku akan memaksamu makan sayuran hijau setiap hari."
Jiang Cheng tersenyum mendengar ucapannya, "Ia tidak akan melakukannya, ia sangat menyayangimu."
Dan memang benar, Jiang Xiaomi sangat menyayanginya. Gadis kecil itu kehilangan ayahnya saat berusia empat tahun, dan Qiao Yuan seperti ayah untuknya. Meski ia sering bersikap tidak sopan pada orang tua, tapi ia tak pernah ragu untuk melindunginya.
"Berapa hari perjalanan bisnis kali ini?" Qiao Yuan duduk di sofa dan bertanya pada Jiang Cheng, setelah sebelumnya mencuci tangan di kamar mandi.
Ia tidak tinggal di kawasan vila elit ini, karena terlalu mahal untuknya. Meski Jiang Cheng adalah wanita mandiri yang serba berkecukupan, yang sanggup membeli tiga unit vila sekaligus, dimana salah satunya diberikan langsung untuknya dan atas namanya, tapi Qiao Yuan tidak punya muka meminta saudara perempuan itu untuk membelikannya rumah lagi.