•••
Pagi menyapa dengan sinar matahari yang masih malu-malu menembus celah pepohonan. Hembusan angin pagi membawa aroma embun dan daun basah, seolah menjadi pelipur singkat sebelum hari yang baru dimulai di sekolah. Namun, tak semua sudut sekolah itu dipenuhi oleh semangat pagi yang ceria.
Di lorong belakang, di mana sinar matahari hampir tak menyentuh, seorang siswa meringkuk di lantai, terpojok di antara dinding dan rak-rak tua yang berdebu. Tiga siswa berdiri di depannya, tertawa kecil sambil melemparkan cemoohan yang menusuk.
"Heh culun! lu pikir bisa lari dari kita?" salah satu dari mereka mendekat, wajahnya penuh ejekan.
"Lu yang ngaduin kita bolos kan?"
Siswa yang terpojok itu mencoba bangkit, tetapi kakinya gemetar hebat.
"Aku nggak bilang apa-apa..." gumamnya, suara bergetar.
"Alasan Tai!" salah satu lainnya menendang tas korban, membuat buku-buku berhamburan ke lantai.
Tawa mereka makin keras. Ditengah asiknya mereka mengintimidasi...
Tiba-tiba, langkah kaki berat terdengar mendekat. Sosok tinggi dengan jaket hitam muncul dari bayangan lorong. Langkahnya santai, namun aura yang memancar darinya cukup membuat udara terasa dingin. Ketiga perundung yang melihatnya langsung terdiam, wajah mereka berubah tegang. Sosok itu berhenti tepat di hadapan mereka.
"Lagi pada ngapain kalian?" tanyanya datar, tatapannya mengunci mereka di tempat.
"Bully siswa culun lagi? gak capek kalian?"
Ketiganya saling pandang, mencari-cari alasan. Salah satu mencoba berbicara.
"Nggak kok, cuma kasih pelajaran kecil aja"
"Kasih pelajaran?" Sosok itu menyipitkan matanya, mendekat dengan gerakan cepat dan menjewer telinga salah satu dari mereka.
"Pelajaran apaan yang kayak gini?" Suaranya kini lebih rendah, menakutkan,
"Aaahhhhh iya iya iya maaf" seru si perundung, meringis kesakitan.
Setelah beberapa detik, jeweran itu dilepaskan. Sosok tersebut berbalik, mendekati si culun yang masih terlihat gemetar.
"Lu nggak apa-apa, kan?" tanya sosok itu
Suaranya berubah lembut seolah penuh simpati. la menatap korban dengan mata yang tampaknya peduli.
Si culun hanya menggeleng cepat, masih terlalu takut untuk berbicara, tetapi muncul harapan di matanya, seolah akhirnya ada yang mau membelanya.
"Lu baik baik aja? Mereka nggak ngapa-ngapain lu kan?" sosok itu bertanya lagi
Kali ini lebih pelan, Si culun, yang masih tertegun, mengangguk perlahan. Dengan senyum kecil penuh harapan, ia akhirnya menjawab.
"Enggak kok, aku baik baik aja" balas nya dengan senyuman manis
Tetepi tak bertahan lama senyuman itu lenyap saat sosok tersebut mengamnbil ember berisi air pel kotor yang berada di dekat mereka.Tanpa ragu, ia menyiramkan air itu ke tubuh si culun. Seragam basah kuyup, aroma busuk menyebar di udara, Sosok itu tertawa ringan, meletakkan ember kosong dengan santai.