4

119 18 4
                                    

Di sudut ibu kota, tempat di mana sebuah bangunan kosong yang diubah menjadi markas abal-abal oleh sekelompok muda mudi kini ramai, mereka berbincang santai dengan tawa menggelegar, umpatan tak jarang terdengar dari mulut mulut itu.

Septa, salah satu dari mereka yang sedari tadi tak henti mengeluarkan erangan kesal, tampak berwajah masam.

Dia merengut sepanjang hari, sampai ketika Anindya datang dengan kabar bahwa Bahdai mengeroyok salah satu teman mereka, wajah Septa tambah menggelap, dia menendang meja di depannya dan berjalan keluar dari bangunan itu.

"Ayo, kita keroyok balik," ucapnya dengan wajah pongah.

Yang lain segera menyusul.

Jalanan malam itu tampak lenggang, deru mesin mengudara di jalanan ibu kota.

Septa memimpin di depan, hanya dengan kaos hitam pendek dan celana panjang, tak merasa dingin sama sekali.

"Bahdai anj*ng."

Septa mengumpat, bibir tipisnya yang tertutup helm mengeluarkan segala unek-unek.

Manik abu-abunya mengedar ke segala arah, mencari seseorang yang dikabarkan melewati jalan ini.

Hingga maniknya menemukan sosok pemuda yang mengendarai motor dengan kecepatan sedang tengah merekam video, seperti sedang membuat sebuah vlog.

Septa mengejar motor itu, berusaha mengimbangi dan akhirnya tanpa halangan apapun berhasil melaju di depan motor itu.

Si pemuda yang disalip tampak kebingungan, dia menoleh ke belakang dan membulatkan mata. Sekitar delapan motor mengejarnya dari belakang.

"Anjir.. Apa-apaan nih?" monolog pemuda itu yang masih terdengar di telinga tajam Septa.

Septa berkali-kali menoleh ke belakang, memastikan plat nomor yang terpasang apik di bagian depan motor itu.

"Kepung woi! Hajar sampe teler!"

Belum sempat Septa melihat dengan benar, teman yang ikut menyalip bersamanya tadi berseru keras, mengundang sahutan lantang dari arah belakang.

Tanpa diduga, salah satu dari mereka sengaja menambah kamu kecepatan dan menyenggol motor dari seseorang yang tengah mereka kepung.

Motor itu oleng dan segera pemuda itu berhenti di tengah jalanan yang sepi.

Yang lain ikut berhenti, membuat lingkaran di sekitar pemuda itu.

Yang tubuhnya paling bongsor turun dari motor dan mendekat, "Widih, berani juga lu abis ngeroyok temen gua lanjut kelayapan di wilayah Enigma."

"Enigma apaan sat?" dijawab dengan geraman penuh emosi dari pemuda itu.

Satria —si pemuda bongsor, mengangkat alis bingung. "Lu kenal gua, yakali kaga tau Enigma," Satria balas mengerang tidak suka.

"Alah! Langsung hajar aja, Sat!"

"Pumpung doi sendiri, gampang buat ditumbangin."

"Hajar, Sat! Sampe teler!"

Provokasi itu tampaknya berhasil buat api dalam diri Satria menyala, dia menyeringai dengan wajah seram dan langsung menerjang motor di depannya. Menendang motor itu dan menarik pemuda yang ada di atasnya menjauh.

"Abis lu sama gua," bisik Satria sebelum dia benar-benar melayangkan tinju di perut pemuda itu.

Erangan sakit terdengar, buat suasana makin ricuh. Tawa dan ejekan terus mengudara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 15 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rajendra's New Life -on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang