The Veil Of Eldoria

Bab 1 : Bayang-Bayang di Pengasingan

Hutan Gelap, Pinggiran Vyrhall

Lyssara Vel'Kael memandangi bayangannya di permukaan danau yang tenang, wajahnya tampak seperti hantu yang kehilangan tempatnya di dunia ini. Kulitnya pucat karena kurangnya sinar matahari, sementara mata hijau cemerlangnya mengingatkan dirinya pada masa lalu—masa ketika ia adalah pewaris takhta Vyrhall, tanah pegunungan yang liar namun indah. Namun, kini ia hanya seorang pelarian, dituduh melakukan pembunuhan terhadap ayahnya, Raja Veynar.

Sebuah tuduhan palsu, tentu saja. Namun, di Eldoria, kebenaran sering kali dikubur di bawah keinginan mereka yang haus kekuasaan.

Angin dingin menyapu rambut hitam panjangnya. Ia menarik jubah lusuhnya lebih erat ke tubuhnya, berusaha melawan dingin yang merayap ke tulang. Di kejauhan, suara burung gagak terdengar, seperti peringatan akan sesuatu yang akan datang. Ia tahu bahwa pengasingannya tidak akan berlangsung damai selamanya. Pemburu bayaran, ksatria kerajaan, dan bahkan saudara tirinya sendiri, Kynvar, tidak akan membiarkannya hidup lebih lama lagi.

Tetapi Lyssara memiliki tujuan. Ia akan membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Ia akan mengungkap konspirasi yang menjatuhkannya, bahkan jika itu berarti harus menghadapi iblis yang mengintai di dalam The Veil.

Gurun Panas, Kerajaan Solmira

Kael Durnwind melangkah perlahan di bawah terik matahari Solmira. Setiap langkah terasa seperti hukuman; pasir panas menyelinap ke dalam sepatu bot kulitnya, sementara peluh membasahi baju zirahnya yang usang. Di sekelilingnya hanya ada kekosongan, padang pasir yang seolah tidak memiliki ujung.

Ia mengutuk keberuntungannya. Dulu, ia adalah seorang komandan pasukan elite, dihormati oleh para bangsawan dan ditakuti oleh musuh-musuhnya. Namun, satu keputusan salah telah menghancurkan segalanya. Tuduhan pengkhianatan yang dilontarkan tanpa bukti telah membuatnya kehilangan segalanya—gelar, kehormatan, dan masa depan.

"Berhenti mengeluh," gumamnya pada dirinya sendiri, mencoba mengusir rasa frustasi yang menggerogoti pikirannya.

Dalam perjalanannya, Kael tidak hanya menghindari para pemburu yang mengincar kepalanya, tetapi juga bayang-bayang gelap yang mulai muncul di Solmira. Desas-desus tentang The Veil telah mencapai telinganya. Banyak yang mengatakan bahwa portal magis kuno itu telah ditemukan kembali, dan kekuatannya dapat mengubah nasib dunia.

Kael tidak percaya pada sihir. Tetapi jika The Veil dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki hidupnya, ia siap mengambil risiko.

Istana Dainvalle

Di aula utama istana Dainvalle, Pangeran Elion Falthorne berdiri dengan elegan di hadapan dewan penasihatnya. Matanya tajam seperti elang, mengawasi setiap reaksi yang muncul dari para bangsawan yang duduk di sekelilingnya.

"Kita tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut," katanya dengan suara tenang namun penuh otoritas. "Kerajaan Solmira sudah mulai mengerahkan pasukan mereka di perbatasan selatan. Jika mereka berhasil menguasai The Veil, kita semua akan hancur."

Seorang penasihat tua mengangkat tangannya dengan ragu. "Tapi, Yang Mulia, bukankah hanya mitos? Tidak ada bukti nyata bahwa The Veil benar-benar ada."

Elion tersenyum tipis. "Mitos sering kali menjadi kenyataan, Tuan Veyn. Dan ketika kenyataan itu tiba, kita harus siap."

Namun, Elion tidak mengatakan yang sebenarnya. Ia tahu lebih banyak tentang The Veil daripada yang ia biarkan terlihat. Ia telah mengirim mata-mata ke Qelyssia, berharap mendapatkan informasi dari Ratu Seraphine, yang dikabarkan memiliki koneksi langsung dengan kekuatan itu.

Jika The Veil benar-benar ditemukan, Elion tidak akan membiarkan siapapun—baik dari Solmira, Vyrhall, atau Qelyssia—mengklaimnya. Eldoria harus bersatu, dan ia bertekad untuk menjadi penguasa yang membawa persatuan itu.

Pulau Qelyssia

Di bawah langit berbintang, Ratu Seraphine berdiri di atas balkon istananya, memandang laut yang gelap. Angin malam meniup rambut peraknya, membuatnya terlihat seperti sosok dari legenda kuno.

Ia memejamkan mata dan merasakan getaran aneh di udara. The Veil semakin dekat, kekuatannya memanggil-manggil dirinya seperti suara hantu dari masa lalu.

Sejak ia masih kecil, ia telah diberkati—atau dikutuk—dengan kemampuan untuk merasakan energi magis. Kemampuan itu telah membuatnya menjadi pemimpin yang kuat, tetapi juga menarik kecurigaan dari banyak pihak.

"Apa yang kau lihat, Yang Mulia?" tanya seorang pria tua yang berdiri di belakangnya. Ia adalah Kaedric, penasihat setia yang telah melayani kerajaan selama puluhan tahun.

Seraphine membuka matanya perlahan. "Bayang-bayang di cakrawala, Kaedric. Perang sedang mendekat. Dan Eldoria tidak akan pernah sama lagi."

Kaedric mengangguk dengan raut wajah serius. "Apakah kau akan mengungkapkan semuanya pada mereka?"

Seraphine menggeleng. "Tidak. Belum saatnya. Jika mereka tahu kebenarannya, dunia akan runtuh."

Jalan yang Tak Terelakkan

Saat malam tiba di seluruh Eldoria, nasib kelima kerajaan mulai saling bertautan.

Lyssara memulai perjalanannya menuju Hutan Gelap, tempat legenda mengatakan bahwa pecahan artefak kuno yang menghubungkan dengan The Veil disembunyikan. Dalam pencariannya, ia bertemu dengan Kael, seorang prajurit yang awalnya hanya ingin bertahan hidup, tetapi akhirnya melihat dalam diri Lyssara sebuah harapan baru.
Elion mempersiapkan konspirasi besar untuk mengguncang kerajaan lain, menggunakan pedagang dari Dainvalle sebagai mata-mata dan informan. Ia menyadari bahwa untuk memenangkan perebutan kekuasaan, ia harus lebih kejam daripada lawan-lawannya.
Seraphine, yang mengetahui bahaya sebenarnya dari The Veil, mulai membuat rencana untuk mencegah dunia terjerumus dalam kehancuran. Tetapi ia harus memilih antara melindungi rakyatnya atau mengungkap kebenaran yang bisa menghancurkan segalanya.
Di atas semua itu, bayangan perang semakin mendekat. Eldoria berada di ujung kehancuran, dan hanya mereka yang memiliki keberanian, kecerdasan, dan kekuatan akan bertahan.