2. Arrested

5 1 0
                                    


Masih dalam pertarungan sengit, Elara dan serigala besar itu saling mengejar, menyerang, dan menghindar. Elara tidak tahu dari mana datangnya serigala sebesar ini, tapi ukurannya hampir tidak normal. Serigala ini ... seperti siluman.

Gerakannya ganas dan cepat. Elara yang sudah terlatih dengan gesit begitu mudahnya ditangkap oleh serigala itu. Dia berulang kali melepaskan tembakan, namun pelurunya tidak terlalu berpengaruh. Mungkin, kulit dan bulu serigala itu sangat tebal, melebihi serigala pada umumnya.

Cakar serigala itu juga besar dan kuat. Elara sempat menghindar ketika cakar itu hampir mengenainya. Cakar itu menabrak batang pohon besar. Seketika, pohon itu terkoyak dan tumbang. Sangat mengerikan.

Mental Elara yang sudah ditempa dalam berbagai pertarungan hidup dan mati hampir ditekan hingga batasnya. Tubuhnya tidak sanggup bertarung lagi. Ketika Ela sedikit melambat, cakar dari serigala itu mengenainya. Goresan muncul di punggung Elara.

Sakit ... sangat sakit.

Apakah dia akan mati di sini?

Namun anehnya, serigala dengan cakar besar dan kuat itu tidak melukainya terlalu dalam. Seolah-olah ditahan atau dikendalikan oleh sesuatu. Jika cakar sekuat itu benar-benar mengenainya dengan kekuatan penuh, tubuh manusia yang rapuh ini sudah tercabik-cabik tak berbentuk.

Meski begitu, luka yang ditimbulkannya tetap serius bagi Elara. Selain wajahnya, sekujur tubuhnya ternoda darah. Serigala itu menggeram dan mengayunkan cakarnya lagi, Elara terlempar ke pohon dan menyebabkan suara berdebum keras.

Bum!

Elara merasa tulang di sekujur tubuhnya remuk. Tubuhnya sangat sakit dan sulit bergerak. Dia benar-benar akan mati di sini.

Elara menyerah. Saat ini, dia sudah hampir pingsan.

Serigala itu perlahan berjalan ke arahnya sambil menggeram. Saat berada di depannya, dia mengangkat cakarnya lagi, siap untuk membunuhnya.

Elara tiba-tiba menyadari sesuatu. Sejak dia bertemu serigala ini, binatang itu tidak menyerangnya dengan serius. Seolah-olah hanya bermain dengannya. Bayangkan saja, jika serigala itu memutuskan untuk membunuhnya sejak awal, dia tidak akan bisa melawan.

Mungkinkah sekarang setelah bosan, serigala besar itu akan membunuhnya?

Elara memejamkan matanya. Siap menanggung rasa sakit terakhir.

Namun saat dia menunggu, rasa sakit itu tidak kunjung datang.

Elara mengernyit dan membuka matanya dengan susah payah. Bulan bersinar terang, cukup untuk melihat pemandangan di sekitar.

Serigala itu tiba-tiba mundur dari Elara dan duduk dengan patuh di samping. Kepalanya bahkan menunduk. Sebelum Elara heran tentang apa yang terjadi, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki.

Seorang pria muncul dari kejauhan, perlahan mendekat ke arahnya. Tubuhnya tinggi dan kuat. Dia bertelanjang dada dan memakai rok kulit hewan yang menutupi pahanya. Rambutnya panjang berwarna perak. Sosoknya benar-benar bagus, seperti dewa yang turun ke bumi.

Elara berpikir, bagaimana bisa ada orang berpakaian seperti ini di abad sekarang? Apakah dia sedang berhalusinasi?

Juga, dari mana datangnya pria tampan hingga hampir terlihat tidak nyata ini?

Pria itu tiba di hadapannya dan melihatnya dari atas. Auranya begitu kuat dan dingin sehingga membuat Ela yang sedang duduk bersandar di pepohonan merasa terintimidasi.

Pria itu berbicara padanya dengan bahasa yang tidak dimengerti. Elara bingung. Tapi jika menerka-nerka menurut situasi dan kondisi, mungkin pria itu sedang bertanya tentang siapa dirinya.

Suara pria itu rendah dan bagus, bisa dengan mudah membuat Elara bingung.

Karena tidak mendapatkan tanggapan, pria itu maju untuk menangkap Elara. Alarm bawah sadar Elara langsung siaga dan menghindari pria itu secara agresif. Dia menopang dirinya di pohon dan mengeluarkan pistol, mengancam pria itu..

Elara masih waras. Tidak peduli seberapa tampan pria ini, dia hanyalah orang asing yang tidak jelas. Tidak tahu apa yang akan dilakukan pria ini setelah menangkapnya.

"Jangan mendekat!" teriak Elara waspada.

Pria itu mengerutkan kening. Wajahnya yang indah itu sedikit serius. Aura di sekitarnya mulai menindas.

Elara menggertakkan gigi dan melihat sekitar. Dia harus melarikan diri!

Dengan sisa-sisa tenaganya, Elara melesat pergi dari hadapan pria itu. Pria berambut perak itu terkejut dan tanpa sadar ingin meraihnya. Tapi Elara mengelak dan terus berlari. Tak disangka, pria itu akan mengejarnya!

Sial, apa yang diinginkan pria aneh ini darinya!

Elara berbalik dan menembakkan peluru. Sama sekali tak diharapkan, pria itu bergerak bagaikan kilat, menghindari peluru sekaligus meraih tangannya.

Elara terkejut dan mencoba melepaskan tangannya. Tapi tangan pria itu begitu kuat - seperti baja yang memborgol pergelangan tangannya. Elara menggertakkan gigi dan dengan satu tangan yang bebas, dia mengambil sebilah pisau dari saku lalu menusukkannya pada pria itu.

Untuk menghindari pisau, pria di hadapannya terpaksa melepaskan tangannya. Seolah-olah mendapat kesempatan, Elara menusukkan pisau ke arah pria itu berkali-kali dengan niat membunuh. Gerakannya sangat ganas, tidak memberi kesempatan pada pria di hadapannya untuk membalas sama sekali.

Seolah-olah, seluruh sisa energinya dia curahkan untuk melawan pria ini hingga akhir.

Pria berambut perak itu mengangkat alis. Dia terlihat sangat tertegun dengan gadis di hadapannya.

Ekspresinya seakan mengatakan, baru kali ini aku menemukan gadis seagresif ini.

"Pergi! Menjauh dariku!" Elara berteriak dengan marah. Jika kamu tidak melepaskanku, maka kita akan bertarung sampai akhir. Entah kamu yang akan mati atau aku yang mati!

Pria itu masih bertahan hingga pisau Elara hampir menggores lehernya dan menusuk perutnya. Merasakan krisis, pria itu akhirnya bergerak seperti kilat dan memukul bagian belakang leher Elara dengan telapak tangan.

Elara tersentak. Di saat-saat terakhirpun, dia masih tidak menyerah dan menusukkan pisaunya ke dada pria itu. Hampir saja lengah, pria berambut perak itu segera menahan tangan Elara hingga telapak tangannya sendiri tergores pisau.

Darah berwarna merah cerah menetes telapak tangan pria itu.

Elara tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Tubuhnya goyah dan tangannya yang memegang pisau mengendur.

"Lepaskan aku..."

Tubuh Elara ambruk ke depan dan langsung menabrak dada pria itu. Pria berambut perak itu mengernyit dan tanpa sadar menahan tubuh Elara. Dia menghela napas.

Sangat sulit untuk diatasi. Raut wajah pria itu tampak kesal.

Di hutan yang tak dikenal, seorang pria tinggi, tampan, dan kuat membawa seorang gadis dengan kedua tangannya. Ekspresi wajahnya datar. Dia menoleh ke arah serigala besar yang sejak tadi berada di sana. Iris matanya yang semula berwarna coklat tiba-tiba bersinar perak.

Serigala besar itu segera menundukkan kepalanya dan menggeram rendah. Tidak cukup, binatang itu masih menurunkan tubuhnya seperti sedang bersujud. Seolah-olah takluk pada pria di hadapannya.

Pria itu memandangnya dengan acuh. Kemudian, dia melompat dengan kuat di antara pepohonan, lalu menghilang dalam kegelapan malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silver Wolf's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang