Ohh ya jangan hujat aku untuk part kali ini, jujur aja aku buatnya asal proses persidangan ini, soalnya aku nggak pernah lihat persidangan apalagi aku bukan anak hukum jadi aku buat cerita sedikit asal
Sebenarnya mau up malam, tapi karena aku lagi nggak ada kerjaan ya udah aku up sekarang
Jangan lupa vote dan coment
Kalau typo tandai aja ya😊
*****
"Ciel baik-baik aja, jangan khawatir! Setelah pulang dari sini, Ciel pasti langsung istirahat!" Ucap Aciel ketika berulang kali anggota keluarganya menanyakan keadaan dirinya, memang sebelum pergi ke tempat persidangan tadi, Aciel kembali merasakan nyeri didadanya, untuk luka operasinya itu sudah berangsur baik tapi tidak dengan tulang rusuknya.
"Gimana papa mau percaya kalau sejak tadi kamu meringis terus, kita bisa tunda sidangnya, kondisi tubuh adek lebih penting daripada sidang ini" sela Jef menatap Aciel khawatir, bahkan sejak dalam perjalanan tadi, Jef bahkan dengan yang lainnya mendengar ringisan dari bibir Aciel.
"Cuma perih aja pa, nggak sampai sesak kok! Jadi papa tenang aja, Ciel baik." Jawab Aciel kembali mengucapkan kata baik-baik saja, tapi dibalik kata baik-baik aja itu seperti sebuah kebohongan di pendengaran mereka.
"Oke, kalau sakit bilang sama papa, Jangan ditahan." Putus Jef, lalu membawa Aciel dan yang lainnya masuk ke dalam ruangan persidangan, disana sudah ada kuasa hukum Aciel dan kuasa hukum Deon, bahkan Bumi dan Brian sudah ada disana.
Arkata berjongkok didepan kursi roda Aciel, mereka memutuskan untuk Aciel menggunakan kursi roda mengingat keadaan Aciel tak baik-baik saja, "nanti kalau sakitnya nggak bisa ditahan bilang sama mas oke, jangan ditahan, bahaya!" Ucap Arkata lembut, ia tahu adiknya belum bisa mengadu sepenuhnya dengan mereka.
"Iya mas" jawab Aciel tersenyum, ia tak ingin sampai keluarganya khawatir, jika sakit itu belum membuatnya pingsan maka masih bisa ia tahan.
Ruang persidangan semakin ramai, hakim sudah duduk ditempatnya masing-masing, jaksa penuntut umum sudah berada ditempatnya, Jef melihat sekitar, ia tak melihat ada siluet Roger ataupun keluarga Deon, anak itu benar sendirian hanya ditemani oleh kuasa hukumnya saja, Jef tak tahu apa yang akan direncanakan lelaki lanjut usia itu, tidak mungkin 'kan ia melepaskan Deon begitu saja? Anak itu terlalu kecil untuk menghadapi kasus seberat ini.
Semua pasang mata menatap Deon yang memasuki ruang persidangan, remaja itu terlihat sangat kurus, bibir pucat bahkan baju putih yang ia kenakan sedikit kebesaran, sorot matanya menatap kosong.
Aciel menatap Deon iba, Aciel tahu Deon bersalah, tapi entah kenapa hati Aciel merasakan sakit, jika masih bisa berdamai, Aciel ingin berdamai! tapi sang ayah tetap tak ingin mengambil jalur damai dan Aciel hanya bisa mengikuti kehendak sang ayah.
Suasana didalam persidangan cukup hening, Deon menoleh ke belakang dimana tempat keluarga korban dan tersangka, remaja itu tak melihat satu pun anggota keluarganya disana.
'Kalian nggak datang? Kalian udah nggak perduli lagi dengan Deon? Untuk apa Deon mempertahankan ini jika kalian saja tak datang'
Jaksa penuntut umum membuka surat dakwaan.
Bahwa terdakwa Deon Sagara pada hari Xxx tanggal Xxx tahun 2024 sekitar pukul Xxx bertepatan di gudang sekolah lantai dua, telah melakukan penganiayaan terhadap Aciel kala Edbert, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut;
-bahwa terdakwa ingin membalas dendam dengan saudara Arkata akibat kematian sang sahabat Makaila
-bahwa terdakwa menyeret Aciel ke dalam gudang, dengan keadaan sadar, marah dan emosi, terdakwa memukul, menendang saudara Aciel

KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN A
Fiksi PenggemarKehilangan adalah salah satu yang sangat ingin semua orang hindari bukan? Hidup berdua dengan sang ibu sudah membuat remaja bernama Aciel begitu bahagia, tapi sayang remaja itu harus dipisahkan dengan ibunya. Terpaksa Aciel harus ikut dengan ayahnya...