Enam

2.3K 15 1
                                    

Ayah dan bunda Aruna tiba-tiba saja ingin meminta putri nya untuk hidup mandiri entah kenapa alesannya, sekarang Aruna sedang berhadapan dengan kedua orang tuanya.

" Ayah sama bunda gak salah Runa harus tinggal di kos sendiri " Tanya Aruna menatap kedua orang tuanya.

Kedua orang yang telah melahirkannya saling melirik satu sama lain " Ini sudah keputusan ayah bunda dek " Ucap Ayah nya dengan menghembuskan nafas seperti mempunyai masalah lain.

Aruna tidak habis fikir emang nya dia buat salah apa harus tinggal mandiri " Tapi yah bund, tahu kan ka- "

" Kamu udah dewasa "

" Bunda percaya sama kamu kalau hidup mandiri sikap kamu akan lebih dewasa lagi " Menatap anak nya dengan pandangan lain.

" Tapi Aruna belum dewasa , kalian tahu kan kalau runa gak bisa apa-apa sendiri, Aruna juga belum terbiasa sama tempat baru "

" Justru itu hilangin sikap manja kamu biasain hidup mandiri agar kamu bisa mencontoh seperti mbak mu yang pinter dalam segala hal termasuk karir nya yang sukses"

Perkataan Ayah nya membuat Aruna tidak suka dalam hatinya apalagi membanding-bandingkan dirinya dengan saudara perempuannya, apa-apa pasti Zella yang di banggakan.

Ingin marah saja namun apa boleh buat , dia harus menahan nya apalagi yang berbicara adalah kedua orang tuanya.

" Yah Bund runa masih belum lulus kuliah jadi wajar kalau belum seperti mbak "

" Mbak mu lagi kuliah juga sudah pandai merintis usaha nya dan memanfaatkan waktu luang jadi bisa sampai sekarang ini jadi designer terkenal " Ucapan Ayah nya terus saja seakan dirinya tidak bisa menjadi apa-apa.

Aruna menahan rasa kesal di dalam hatinya tangannya mengepal kuat " Ayah runa juga lagi berusaha biar kayak mbak, tapi proses nya masih lama harus sabar " Tanpa sengaja menaikan nada bicara di depan kedua orang tuanya.

" Ayah selalu saja membanding-bandingkan Aruna sama mbak Zella, memang yah di sini Aruna hanya anak manja, gak becus jadi apapun, dari kecil selalu nyusahin, padahal jalannya mungkin berbeda, Ayah selalu nuntut Aruna untuk jadi ini itu, Aruna cape yah, Aruna bukan kayak mbak Zella yang selalu ayah banggain " Aruna tak tahan lagi mengeluarkan unek-unek nya dengan intonasi yang sangat tinggi.

" ARUNA " Bentak nya membuat Aruna tersentak kaget seumur-umur baru kali ini Ayah nya membentak nya, air matanya seketika jatuh hati nya sesak.

" Ayah udah , udah yah sabar jangan di marahin "
Bunda Aruna menengahi mereka dengan menenangkan suaminya.

Tangis Aruna pecah seketika di sana, hatinya semakin sesak dan perih ketika matanya tak sengaja menangkap kedua pasangan suami istri yang baru saja turun dari tangga, itu Erlan dan Zella, rasa benci Aruna seketika hinggap di hatinya menatap mbak nya rasanya ingin menghancurkan segalanya, Zella selalu menang dalam hal apapun termasuk memiliki suami yang seperti Erlan.

" Lhoh kenapa ini Ayah bunda, Dek kenapa nangis " Zella berkata bingung dengan melihat Aruna yang matanya sembab dan sesenggukan.

Erlan menatap Aruna dengan rasa iba dia tidak tahu permasalahannya apa, matanya tak lepas dari wanita yang sudah merebut hatinya, andai tidak ada semua orang pasti akan langsung menenangkan Aruna.

" Besok ayah antar kamu dan sekarang bereskan semua barang yang akan di bawa " Final Ayahnya tanpa ingin di tolak dan di bantah, membuat Erlan semakin bingung ada apa dengan Aruna.

Aruna berdiri dari duduk nya matanya bertatapan dengan Zella yang sedang menatapnya bingung seolah tidak tahu apa yang terjadi.

" Dek kenapa " Aruna tidak menjawab sama sekali, ketika sampai di hadapan tangannya mendorong keras tubuh Zella sehingga wanita itu menjadi linglung untung saja Erlan menahan istrinya.

Aruna ( Tamat Di Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang