Bab 1: Malam yang Mengubah Segalanya

1 0 0
                                    

Hujan baru saja reda, meninggalkan jalanan basah dan licin. Di bawah langit malam yang masih tertutup awan gelap, suara raungan motor memecah keheningan kota. Chen Zheyuan memacu motornya dengan kecepatan penuh, diiringi tawa liar teman-temannya di belakang.

"Zheyuan, awas tikungan!" teriak salah satu temannya, tetapi Zheyuan hanya tertawa, menggenggam erat stang motornya.

"Kita lihat siapa yang bisa bertahan, ya!" jawab Zheyuan dengan suara lantang.

Sementara itu, Zhou Lusi, yang baru saja selesai mengantar buku untuk temannya, mengayuh sepedanya di jalan kecil yang sepi. Ia menyukai suasana setelah hujan—sejuk dan menenangkan, meski malam itu terasa lebih dingin dari biasanya.

Namun, ketenangannya terusik oleh suara mesin motor yang mendekat dengan cepat. Lusi menoleh ke belakang, matanya menyipit karena cahaya lampu motor yang menyilaukan.

"Siapa yang balapan di sini malam-malam begini?" gumam Lusi, mencoba menenangkan dirinya. Ia mengayuh lebih cepat untuk segera keluar dari jalan kecil itu.

Di tikungan tajam, Zheyuan kehilangan kendali. Ban motornya tergelincir di atas aspal basah, membuatnya meluncur tanpa arah. Di saat bersamaan, Lusi berbelok di ujung jalan yang sama.

DENTUM!

Tabrakan itu terjadi begitu cepat. Lusi terlempar dari sepedanya, jatuh ke atas jalanan keras. Kepalanya terbentur trotoar, dan semuanya menjadi gelap seketika.

Zheyuan, yang tersungkur di samping motornya, terpaku. Napasnya terengah-engah, jantungnya berdetak kencang. Saat pandangannya fokus, ia melihat sosok gadis terbaring tak bergerak beberapa meter darinya.

"Astaga... apa yang aku lakukan?" Zheyuan bergumam, lututnya lemas.

Salah satu temannya, Riley, mendekatinya dengan panik. "Zheyuan, kita harus pergi! Ada orang yang datang!"

"Tapi... dia—" Zheyuan menunjuk ke arah Lusi, suaranya gemetar.

"Kalau kita ketahuan, tamat sudah! Cepat naik motormu!" Riley menarik lengan Zheyuan, memaksanya berdiri.

Di kejauhan, suara langkah kaki warga yang berlari mendekat mulai terdengar. Zheyuan hanya bisa menatap Lusi untuk terakhir kalinya sebelum ia melarikan diri bersama teman-temannya, meninggalkan gadis itu dalam kegelapan.


Di Rumah Sakit.
Ruangan itu dipenuhi cahaya terang dan bau antiseptik yang tajam. Lusi membuka matanya perlahan, tetapi yang ia lihat hanyalah kegelapan.

"Dimana aku?" suaranya serak, hampir tak terdengar.

Ibunya, yang duduk di samping tempat tidur, langsung menggenggam tangan Lusi dengan erat. "Lusi! Syukurlah kamu sadar!"

Lusi mencoba menggerakkan kepalanya, tetapi rasa sakit di dahinya membuatnya meringis. "Kenapa... aku tidak bisa melihat?"

Sebuah keheningan yang berat menyelimuti ruangan itu. Dokter yang berada di sana menundukkan kepala sebelum menjawab dengan hati-hati.

"Kepalamu mengalami benturan yang sangat keras. Saraf penglihatanmu terganggu. Kami masih mencoba yang terbaik, tapi... untuk sementara waktu, kamu tidak bisa melihat."

Air mata mengalir di pipi Lusi. Ia menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya, mencoba menahan isak tangis.


Di Tempat Lain
Zheyuan duduk di kamarnya, lampu dimatikan, dan hanya ditemani ponselnya yang berkedip. Ia melihat berita lokal yang melaporkan kecelakaan itu.

"Seorang remaja perempuan bernama Zhou Lusi mengalami kecelakaan saat menaiki sepedanya tadi malam. Akibat kecelakaan itu, korban dinyatakan kehilangan penglihatannya. Polisi masih mencari pelaku tabrak lari tersebut."

Zheyuan mematikan ponselnya dan mengubur wajahnya di tangannya. Rasa bersalah menghantui pikirannya, membuatnya sulit bernapas.

"Aku... aku menghancurkan hidupnya," bisiknya pelan.

Temannya, Riley, mencoba menghiburnya. "Zheyuan, itu cuma kecelakaan. Kau tidak sengaja melakukannya. Kau juga tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi."

"Tapi aku bisa menebusnya." Zheyuan mengangkat wajahnya, matanya dipenuhi tekad. "Aku akan membantu dia. Entah bagaimana caranya, aku akan memastikan dia tidak merasa sendirian."

Riley hanya menghela napas panjang. "Itu tidak akan mengubah fakta bahwa kamu yang membuatnya seperti ini."

Zheyuan memejamkan matanya, menyadari bahwa kata-kata Riley benar. Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu ia tidak bisa berdiam diri.

Malam itu menjadi awal dari perjalanan panjang Zheyuan—sebuah perjalanan untuk menebus dosa dan menghadapi kenyataan pahit yang ia ciptakan sendiri.



Di sekolah Zheyuan, suasana terasa sedikit aneh. Teman-temannya yang biasanya ramai, kali ini terlihat cemas dan bingung. Mereka tidak mengerti mengapa Zheyuan tiba-tiba berubah diam sejak pagi, berbeda dengan kebiasaannya yang ceria dan penuh semangat. Ada sesuatu yang tak biasa, tapi tak ada yang berani bertanya. Semua masih terfokus pada kejadian malam itu—kejadian yang hanya diketahui oleh dua orang.

Zheyuan duduk di bangkunya, menatap kosong ke luar jendela kelas. Pikiran-pikirannya terus kembali ke malam itu. Kejadian yang tak mungkin dilupakan. Ketika ia menabrak Lusi di jalan sepi. Ia masih bisa merasakan detak jantungnya yang memompa cepat saat itu. Teriakan Lusi yang tiba-tiba, suara tubuhnya yang terjatuh, dan kemudian keheningan yang menghampiri.

Tapi yang paling jelas di benaknya adalah Riley. Sahabatnya yang datang tiba-tiba, membantu menenangkan keadaan, dan kemudian membuat Zheyuan berjanji—janji yang sulit untuk diucapkan, tapi harus dipatuhi.

"Malam itu... Kita tidak bisa memberitahukan siapapun, Zheyuan," kata Riley saat itu, memegang kedua bahu Zheyuan dengan tegas, "Kita hanya berdua yang tahu. Kalau ini sampai tersebar, semuanya bisa hancur."ucap Riley pelan.

Zheyuan mengangguk pelan, masih dalam kebingungan dan ketakutan. Dia tidak bisa mengingkari janji itu. Bahkan meski hatinya merasa berat. Lusi pasti merasa sakit, dan Zheyuan tahu, meskipun tak ada yang tahu, ia akan membawa rasa bersalah itu selamanya.

Namun, di sekolah, Riley tidak bisa ikut membantunya untuk menanggung beban ini. Riley sibuk dengan teman-temannya sendiri, dan Zheyuan harus menanggung semua perasaan itu seorang diri.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Mia, teman sekelas Zheyuan, yang duduk di sebelahnya. Mia selalu penasaran dengan sikap Zheyuan yang tiba-tiba berubah.

Zheyuan hanya tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan perasaannya yang kacau. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan suara datar.

Tapi dalam hatinya, Zheyuan tahu bahwa malam itu telah mengubah segalanya. Segala yang ia kenal tentang dirinya, tentang persahabatannya dengan Riley, dan mungkin juga hubungannya dengan Lusi. Semua akan terasa berbeda sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Light In The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang