"Hah..."
Hinata menarik nafas mencoba menenangkan dirinya. Menutup mata mencoba merasakan udara dingin yang menyusup masuk dari pori-pori nya sampai ke tulang.
"Mmm.. mmm... mmm.. mmm" untuk mengembalikan mood nya yang sedang berantakan Hinata akhirnya hanya bisa bersenandung dengan suara pelan. Untung halte bus malam ini sepi, selain karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi juga karena malam ini hujan awet dan sangat deras.
"Kak Neji dimana sih? Hinata sudah menunggu 2 jam loh, mana hujan gede gini kak."
"Hinata maaf, kakak lupa bilang, kakak sama yang lainnya sedang nemenin Sakura dirumah sakit, dia habis dipukuli pacarnya lagi."
"Ada kak Sasuke juga kak?"
"Hmm, ia ada sama Naruto, Shikamaru juga."
"Mmm.. baiklah kak."
"Kamu gpp kan pulang naik taxi? Kakak pesanin ya?"
"Tidak usah kak, biar Hinata aja yang nyari taxi nya. Bye."
Hinata kembali menarik nafas menahan kekesalan nya. Sakura lagi Sakura lagi, kesal nya dalam hati saat mengingat obrolannya tadi dengan Neji via telepon.
"Cihh... jadi karena lagi nemenin Sakura, kak Sasuke jadi mengabaikan panggilan dan pesan ku." Batin Hinata lagi, tadi dia pertama menghubungi Sasuke untuk menanyakan apakah bisa menjemputnya atau tidak, dikarenakan hari ini banyak tugas Hinata jadi tidak sadar sudah menghabiskan banyak waktu di perpustakaan kampus bahkan sudah jam 8 malam tadi dia baru sadar.
"Persetan dengan kak Neji, persetan dengan kak Sasuke." Hinata memaki pelan pada dirinya sendiri. Dia sangat ingin menangis saat ini.
Hinata dengan kekesalannya berniat akan sedikit menghukum kak Nejinya atau mungkin Sasuke juga? Itupun kalau Sasuke masih peduli padanya, jadi Hinata tidak terlalu berharap.
Hinata tidak akan pulang kerumah, dia akan menginap di hotel malam ini. Dia kepikiran ide kekanakan ini saat melihat hotel didepan halte. Kebetulan juga ibunya sedang jalan-jalan dengan teman-teman sosialitanya, jadi dia tidak akan membuat ibunya khawatir. Dan besok juga hari libur, jadinya dia bisa seharian di kamar hotel, kalau perlu dia akan menginap 2 malam di hotel.
Dengan senyum kecutnya Hinata menon aktifkan ponselnya, mengambil payung kecil dari tasnya dan berjalan kearah hotel yang dekat dari sana.
"Masih ada kamar kosong?"
"Masih kak. Tapi tinggal yang deluxe room"
"Tidak apa kak, 1 kamar untuk 2 hari ya." Ucap Hinata sambil tersenyum.
"Cash atau debet kak?"
"Cash ya." Jawab Hinata sambil membayar, untung tadi dia dapat banyak uang cash untuk belanja bulanan mereka.
Setelah mendapat nomor dan kunci kamar Hinata keluar lagi untuk mencari toko serbaguna 24 jam, dia sangat menikmati suara hujan yang menemani setiap langkahnya.
Ini lah keuntungan kalau berkuliah dikampus yang berlokasi di pusat kota, tidak akan takut tidur dimana, makan apa, pakaian ganti, semua tersedia, asal ada uang tidak perlu ada yang dikhawatirkan, banyak toko yang buka 24 jam.
Hinata membeli 2 pasang pakaian dan tentu saja daleman, mencari loundry mandiri yang masih buka.
Hinata terkekeh, ternyata seru juga sesekali menjadi kekanakan begini dan hidup sendirian seperti orang yang sedang merantau.
Hinata juga memberi beberapa cemilan dan minuman beralkohol rendah. Jangan judge Hinata, dia hanya ingin merasakan menjadi seseorang yang bukan dirinya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make me believe
FanfictionMengagumi hingga akhirnya menyukai. Menyukai hingga akhirnya mencintai. Mencintai dalam kecewa hingga akhirnya lelah dan menyerah. Diberi harapan tapi hanya sebatas harapan tanpa kepastian. Hanya menunjukkan rasa cinta tanpa merasakan rasa cinta yan...