Episode 3

0 0 0
                                    

Kelas filsafat telah selesai, Alvindy meninggalkan kelas tanpa mengatakan apapun pada Fira, tidak seperti orang pacaran pada umumnya ketika seorang pria sangat perhatian pada wanitanya, nyatanya Alvindy sangat dingin.

Fira merasa aneh dengan Alvindy, pandangan matanya tidak sedikitpun beralih dari punggung tegap pria itu, semua harapan dan khayalan tentang kekasih romantis nyatanya hancur dengan sikap dingin Alvindy padanya.

Mencoba untuk berfikir positif bahwa Alvindy memang tipe pria dingin meski dengan siapapun, gadis itu tidak tahu bahwa Alvindy sebenarnya tidak pernah mencintai dirinya.

Dengan perasaan kecewa, Fira memasukkan buku ke dalam tas miliknya lalu bangkit dari tempat duduknya.

Gadis itu bangkit lalu melangkahkan kaki meninggalkan kelas, di depan pintu kelas, netra kecoklatan itu melihat Alvindy ngobrol dengan beberapa gadis, mereka terlihat sangat akrab tidak seperti dengan dirinya.

Fira menarik nafa mencoba membesarkan hati, kaki kecilnya berjalan mendekati Alvindy dan memanggilnya dengan lembut,"Mas."

Alvindy pura-pura tidak mendengar panggilan Fira hingga beberapa kali gadis itu memanggil namanya, barulah ia menoleh pada gadis itu.

"Ya, ada apa?"

Fira bingung sendiri harus menjawab apa dengan pertanyaan itu, bukankah seharusnya kalau orang pacaran itu saat dipanggil akan memberikan jawaban lembut dengan kata Sayang seperti,"Ya, Sayang."

Tapi nyatanya justru ditanya seakan dirinya memanggil pria itu hanya karena ada keperluan saja.

"Tidak apa-apa, hanya ingin memanggil saja." Dengan perasaan kecewa, Fira memberikan balasan seperti itu pada Alvindy.

"Oh, gitu? Ku pikir ada apa." Alvindy sama sekali tidak tertarik bicara dengan Fira, ia bahkan tidak menganggap gadis itu sebagai kekasihnya Karena tujuan awal pacaran hanya karena dendam.

Fira memandang Alvindy dengan harapan pria itu akan lebih memperhatikan dirinya namun ternyata lagi-lagi hanya kecewa yang didapat.

Alvindy memutar tubuh meninggalkan Fira tanpa mengatakan apapun lagi pada gadis itu, Fira tertunduk dengan perasaan kecelakaan, mereka baru saja jadian tapi sikap Alvindy tidak menunjukkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Di perpustakaan, Alvindy sedang menggoda beberapa wanita bahkan tanpa segan meminta nomer ponsel mereka.

Alvindy juga tidak memiliki perasaan apapun terhadap para wanita itu, dia hanya ingin bermain untuk melampiaskan kekesalan.

"Nanti malam kalian ada waktu tidak?" Alvindy berbicara dengan senyuman menawan, hingga para gadis itu terpesona dan tidak memiliki perasaan buruk.

"Kenapa?" tanya Cantika Putri seorang gadis prodi TIK dengan genit, gadis itu bahkan menurunkan sedikit lengan bajunya hingga menunjukkan bahu putihnya.

"Kita kencan yuk?" Alvindy tersenyum menggoda saat menawarkan kencan.

"Memangnya kamu tidak punya pacar?" tanya Cantika Putri tidak percaya kalau seorang pria seperti Alvindy tidak memiliki seorang kekasih.

"Tidak, aku belum punya pacar. Karena itu, bagaimana kalau kita kencan? Siapa tahu kita cocok?" Saat Alvindy menggoda Cantika, tak sengaja matanya menangkap sosok Fira baru masuk ke dalam perpustakaan.

Ada perasaan aneh dalam dirinya saat melihat ekspresi sedih dari gadis itu, ia pun segera meninggalkan Cantika dan berjalan mendekati Fira kemudian berbisik di telinga gadis itu,"Aku sangat sayang padamu."

Fira terkejut dengan ucapan Alvindy tiba-tiba, tadi pria itu sangat dingin dan sekarang tiba-tiba mengatakan cinta, persis seperti orang yang selingkuh namun tidak ketahuan.

Netra kecoklatan itu terangkat menatap sosok pria tinggi tegap di depannya, ia harus mendongak untuk bisa melihat paras tampan Alvindy karena perbedaan tinggi tubuhnya yang sangat jauh.

"Kenapa tadi Mas cuek sekali padaku?"

Alvindy mengarahkan bola mata ke semua tempat kecuali pada Fira, ia sangat malas harus menjawab pertanyaan tidak penting itu, tapi jika tidak dijawab maka gadis itu akan kecewa dan dirinya gagal masuk ke dalam keluarga David Santoso.

Fira kesal sendiri dengan sikap Alvindy, pria itu terlihat sangat lama untuk menjawab pertanyaan yang begitu mudah, seakan itu adalah jawaban yang sangat sulit.

"Mas."

Fira kembali memanggil Alvindy, berharap pria itu segera memberikan jawaban dan membuat dirinya lebih tenang.

Alvindy mengalihkan perhatian pada Fira dengan terpaksa, ia memaksa bibirnya untuk tersenyum lalu menjawab,"Iya, Sayang. Mas tidak cuek kok, Mas memang seperti ini orangnya."

Alvindy sengaja mengarang tentang kepribadiannya, sekali lagi dirinya pacaran dengan Fira bukan karena cinta melainkan ingin memanfaatkan gadis itu saja.

Fira merengut kesal, dari semua pria yang pernah bersamanya, hanya Alvindy yang mampu menjungkir balikkan pikiran dan hatinya.

"Sayang, kamu lagi apa di sini?"

Alvindy mengalihkan pembicaraan agar Fira melupakan kekesalannya.

"Mau pinjam buku, Mas," jawab Fira jujur. Fira penasaran dengan kalimat Alvindy selanjutnya.

"Oh gitu Sayang?" Alvindy sebenarnya malas terus bicara dengan Fira, ia lebih suka bicara dengan Cantika atau yang lain, setidaknya mereka bisa diajak ke hotel.

Fira malas sekali setiap kali Alvindy mengeluarkan kata andalannya, setiap dipanggil selalu bertanya, kalau tidak ada apa ya kenapa.

Jika dirinya bicara panjang lebar, Alvindy hanya akan jawab,"Oh gitu?"

"Mas tadi lagi bicara apa sama mereka?" Fira mulai curiga dengan sikap Alvindy, tidak mungkin dalam sehari seorang yang awalnya terlihat culun tiba-tiba bisa mudah akrab dengan lawan jenis.

Alvindy tidak segera menjawab, sebenarnya ia ingin membungkam mulut gadis itu agar tidak banyak bicara, telinganya rasanya panas setiap kali mendengar suara gadis itu.

"Mas selingkuh dariku ya?" Fira semakin curiga dengan Alvindy.

"Gak, Yang." Alvindy mengelak membohongi Fira, padahal jelas dirinya mengaku belum punya pacar dan mengajak Cantika untuk kencan.

Fira menghela nafas berat kemudian berkata,"Ya Sudah, Mas."

Alvindy mengangguk, ia tidak sabar ingin kembali menghampiri Cantika dan berharap Fira akan segera keluar dari perpustakaan.

"Mas temani aku ya?" Fira tersenyum manja saat meminta Alvindy menemaninya, jemari mungil gadis itu bahkan sudah memeluk lengan Alvindy.

Alvindy ingin menolak tapi kalau ia lakukan itu, maka Fira akan kembali meragukan kata sayang yang diucapkan atau kesetiaan penuh dusta yang dimainkan.

Dengan berat hati Alvindy mengangguk, ia membiarkan gadis itu memeluk lengannya dengan manja di depan Cantikan seakan ingin mengatakan bahwa Alvindy hanya miliknya.

Cantika menoleh sejenak pada tangan Fira yang memeluk Alvindy, kemudian kembali ngobrol bersama teman -temanya dan pura -pura tidak peduli, nyatanya dia sangat peduli dengan ajakan kencan Alvindy.

"Mas, Alvin. Nanti sepulang sekolah, kita makan mie ayam dulu ya?" Fira mengalihkan perhatian pada Alvindy, pria itu berdiri dengan malas menunggu Fira mencari buku.

Ia tahu bahwa Fira hanya ingin semua orang tahu bahwa mereka sedang pacaran, memikirkan sikap Fira membuat Alvindy tersenyum sendiri, baru kali ini ada seorang gadis yang begitu sangat ingin semua orang tahu hubungan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My beautiful little girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang