Duduk di depan sebuah cermin dengan pantulan wajahnya, kulit putih halus dengan hidung mancung serta tatapan mata sendu, hingga tidak akan ada yang menyangka bahwa dia adalah seorang mafia kejam.
Alvindy Lukmanul Hakim seorang pria 28 tahun memperhatikan foto keluarga David Santoso, pria yang telah membunuh semua keluarganya dan mengambil hartanya.
Foto -foto itu dicorat-coret menggunakan lipstik merah berbentuk silang, foto yang belum dicoret artinya masih belum terbunuh oleh tangannya.
Pandangan mata Alvin beralih pada sosok gadis cantik berjilbab biru, ada perasaan aneh menggelitik dalam hati melihat wajah polos dan lugu tersebut.
"Firanda Firdaus, kenapa kamu memiliki wajah begitu polos? Tapi ..." Alvin menyeringai kecil kemudian melanjutkan ucapannya,"Keluarga mu harus musnah di tangan ku. Tapi aku tidak bisa melakukan itu tanpa bantuan mu, kamu harus membantu ku." Tatapan mata Alvin menajam saat menatap paras cantik Fira.
Beberapa anak buah Alvin berdiri menatap Bosnya seakan tidak percaya, pandangan mata sendu itu bisa menjadi seorang mafia kejam.
"Aku berangkat sekarang..."Alvin kembali tersenyum manis bak Dewa kayangan.
Di tempat lain, seorang gadis cantik berjilbab biru duduk di teman kampus, di pangkuannya terdapat sebuah buku berjudul Suami Terbaik.
Firanda Firdaus gadis cantik berusia 18 tahun Prodi PGMI semester 1, pandangan mata memperhatikan sekeliling tempat itu.
Banyak Mahasiswa dan Mahasiswi berdatangan dari berbagai Prodi atau Program Studi."Rupanya seperti ini rasanya menjadi Mahasiswi, di sini banyak pria tampan hehehe."
Tak lama kemudian seorang pria cepak dengan tubuh jangkung duduk di samping Fira, menaruh tas di atas pangkuannya lalu mengeluarkan kotak makanan.
"Dek, kamu itu jangan suka lupa. Kakak mau ada janji sama teman harus menemui mu dulu." Alfiansyah Firdaus, saudara laki-laki Fira kesal sendiri dengan sikap Adiknya, selalu saja lupa membawa makanan.
Fira nyengir sambil mengambil kotak makanan di tangan Alfian."Makasih, Kak."
Alfian segera membereskan kembali tas miliknya lalu bangkit dari tempat duduknya, berdiri menundukkan pandangan memandang Adik perempuannya itu."Dek, Kakak pergi dulu ya? Kamu hati-hati, kalau ada yang coba ganggu kamu, kamu cari Kakak saja, biar Kakak hajar."
Fira mendongakkan kepala tersenyum manis melihat sikap posesif Kakaknya itu."Iya, ya sudah Kakak pergi saja."
Alfiansyah mengangguk, setelah itu memutar tubuh meninggalkan Fira sendiri di taman belakang.
Memakai motor metik dengan gaya cupu, kemeja dimasukkan ke dalam celana saat Alvindy Lukmanul Hakim datang ke STAI Gardan, ia memarkirkan motor metik itu di tempat parkir roda dua.
Setelah melepas helm, netra kecoklatan itu memperhatikan sekeliling tempat dirinya berpura-pura menimba ilmu.
Alvindy menyipitkan mata saat melihat sosok gadis yang diincar duduk di taman sendiri, ia menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk seringai licik.
"Aku tidak perlu mencari mu kemana-mana, honey. Aku hanya perlu mendekati mu lalu mendapatkan hatimu, setelah itu masuk ke dalam keluarga mu dan menghabisi mereka semua. Maafkan aku gadis kecil, kamu harus menjadi korban karena ulah Kakak dan Ayahmu."
Alvindy menarik nafas lalu menghembuskan perlahan, ekspresi wajah bengisnya berubah menjadi ramah dalam seperkian detik.
Dengan langkah kaki panjang dan kepala tertunduk, Alvindy berjalan menghampiri Fira, berdiri di depan gadis itu dengan wajah polos dan kebingungan.
"Permisi."
Fira mengangkat kepala saat mendengar suara seseorang, kulit putih bersih dan hidung mancung, terlihat sekali kalau bukan dari kasta rendah.
"Ya."
"Kelas PGMI semester 1 dimana?" Alvindy bertanya dengan nada seramah mungkin.
Fira bangkit dari tempat duduknya lalu mengulurkan tangan pada Alvindy."Kenalkan, mamaku Firanda Firdaus, kamu bisa panggil aku Fira. Kita satu kelas nantinya."
Alvindy tersenyum ramah menerima uluran tangan Fira, dalam hati ia tertawa penuh kemenangan ketika melihat cela betapa mudah Fira untuk didekati, bahkan gadis itu mendekat dengan sendirinya.
"Gadis bodoh! Belum di dekati sudah mendekat dulu, dengan begini semakin mudah aku mendekati keluarga mu dan mengambil semua harta milik keluarga ku kemudian menghabis kalian." Alvindy berkata dalam hati, tanpa disadari kilatan kebencian serta aura pembunuhan terpancar dari mata Alvindy.
Fira mengerjapkan matanya beberapa kali kala melihat netra kecoklatan milik Alvindy seperti ingin membunuh orang, meski tinggi mereka beda karena tinggi Alvindy diperkirakan mencapai 190 cm sedangkan dirinya hanya 155 cm, namun pancaran mata itu begitu nyata.
"Mas, apakah aku melakukan kesalahan?"
Alvindy tersentak dari lamunannya, ia segera melepaskan tangan Fira dan kembali tersenyum ramah.
"Kenapa Mas terlihat sangat dendam pada ku? Apakah aku pernah buat salah pada Mas?" Fira sama sekali tidak mengerti dan kebingungan sendiri, ia selalu khawatir kalau dirinya menyakiti orang lain tanpa sengaja.
"Oh, tidak. Tentu saja kamu tidak melakukan kesalahan apapun padaku, kamu gadis yang baik, mana mungkin melakukan kesalahan." Alvindy panik sendiri melihat ekspresi bersalah pada Fira, 28 tahun menjalani hidup dalam dunia kegelapan semenjak kedua orang tuanya dan seluruh keluarganya hancur serta musnah, ini pertama kalinya ia merasa panik.
"Syukurlah, aku sangat takut kalau membuat orang lain sakit hati." Fira tersenyum lega.
Alvindy menaikkan sebelah alis, heran melihat sikap Fira, ketika biasanya orang akan dengan bangga menyakiti hati orang lain atau melukai orang lain, gadis itu justru takut.
Alvindy mulai ragu untuk menggunakan Fira sebagai alat balas dendam, namun saat ingat betapa kejamnya keluarga David Santoso, keinginan untuk balas dendam pun kembali berjalan.
"Bagaimana kalau kita ke kelas saja? Aku ingin tahu banyak tentang mu, kamu cantik sekali." Alvindy mulai menggoda gadis itu, ia tidak ingin berlama-lama menyamar menjadi Mahasiswa.
"Tapi Mas belum memberi tahu nama Mas." Fira mengingatkan pada Alvindy, meski ia tidak ingin memaksa tapi tetap saja penasaran.
"Alvindy Lukmanul Hakim, kamu bisa panggil aku apa saja." Alvindy dengan ramah menyebutkan nama lengkapnya.
Fira mengangguk."Baiklah, mari Mas Alvin ke kelas."
Alvindy mengangguk, ia mengikuti langkah kaki gadis itu, dalam pikiran memikirkan cara membuat Fira cepat jatuh cinta padanya lalu masuk ke dalam keluarga Fira lalu balas dendam, namun dirinya juga tidak ingin menyakiti Fira.
Di dalam kelas rupanya telah banyak Mahasiswa dan Mahasiswi telah datang, mereka mulai ngobrol dan mencari teman, seketika tatapan Alvin berkilat pada sosok pria yang duduk di kursi pojok belakang.
Pria itu adalah orang yang telah memperkosa Adiknya 5 tahun sampai sang Adik hamil dan depresi kemudian bunuh diri, meski tidak ada dalam daftar hitam namun ia juga tidak akan membiarkan manusia manapun hidup dengan baik-baik saja di dunia setelah menyakiti keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My beautiful little girl
Roman d'amourAlvindy LH seorang ketua mafia kejam, menyamar sebagai seorang Mahasiswa universitas Gunadarma demi menemukan anak dari pembunuh keluarganya. Alvindy jatuh hati pada gadis cantik bernama Fira, namun siapa sangka ternyata Fira adalah anak dari musuh...