Episode 2

7 1 0
                                    

Duduk di kursi paling belakang samping Fira, perhatian Alvindy tidak sedikitpun lepas dari pria yang dulu telah menodai Adik kesayangannya.

Fira mengikuti arah pandang Alvindy, ia merasa heran dengan teman barunya tersebut, timbul kecurigaan dalam hati bahwa Alvindy pecinta sesama jenis.

"Mas Alvin."

"Hm." Alvindy belum menyadari dirinya sedang menyamar sebagai seorang murid cupu, perasaan benci dan dendam perlahan menguasai dirinya, ia mengepalkan tangan menahan gejolak emosi dalam hati.

Alvindy bahkan mengeraskan rahang saat rasa ingin melenyapkan sosok pria yang telah mengambil kesucian Adiknya tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya.

"Mas Alvin suka Roni ya?" Fira bertanya dengan hati -hati, meski ia juga merasa jijik dengan pria tidak lurus namun dirinya tetap harus menghargai perasaan orang dan menghargai setiap perbedaan.

Alis Alvindy menukik tajam mendengar pertanyaan gadis itu, ia memutar kepala perlahan menatap Fira dengan seringai tipis.

"Gunakan otakmu saat berbicara, Nona. Kau pikir aku buta harus menyukai pria brengsek itu?!"

Nada bicara Alvindy penuh penakan dalam setiap kata, dendam dan benci mendominasi dalam pancaran mata teduh itu.

Fira terkejut dan takut melihat perubahan ekspresi wajah Alvindy, ia ingat betul bahwa tadi Alvindy orang yang sangat ramah dan pemalu bukan kasar dan penuh dendam seperti ini.

" M-Mas Alvin, maaf jika aku salah bertanya."

Alvindy memalingkan muka menyadari dia hampir lepas kontrol, ia mengusap wajahnya dengan kasar lalu kembali memandang Fira dengan ekspresi lembut dan polos.

" Maaf, aku terbawa perasaan. Dia adalah orang yang telah menghamili Adikku hingga Adikku putus asa dan bunuh diri." Suara Alvindy terdengar menyedihkan seakan ribuan jarum mengiris hati.

Fira tersentuh dengan ucapan Alvindy, ia pun membayangkan andai dirinya menjadi seorang Kakak pasti sangat membenci Roni.

"Kenapa Adikmu bisa sampai bunuh diri? Kenapa tidak meminta pertanggung jawaban dari Roni?"

"Adikku sangat mencintai Roni, aku sudah melarangnya untuk bersama Roni. Tapi dia malah kabur bersama Roni, namun saat pulang Adikku hamil dan Roni berselingkuh darinya." Alvindy pura-pura sedih dan tidak berdaya, sesungguhnya dalam hati ia sangat murka dan ingin menghabisi Roni saat ini juga.

"Lalu? Apa sekarang Mas ingin minta Roni bertanggung jawab?" Fira ingin tahu apa yang dipikirkan oleh Alvindy.

"Aku bukanlah orang yang memiliki kekuasaan, Roni adalah anak dari orang kaya. Dia memiliki kuasa, apakah menurut mu orang seperti ku bisa menuntut keadilan?" Alvindy menjawab dengan ekspresi wajah putus asa.

Fira mengangguk mengerti, ia sangat tidak tega melihat pria rupawan itu terlihat menderita atas kehilangan saudarinya."Kamu sabar saja, Tuhan pasti akan membalas semua perbuatan Roni."

Alvindy mengangguk, saat pandangan Fira meninggalkan dirinya, pancaran mata Alvindy berubah tajam penuh dengan aura pembunuhan yang mendalam."Kamu terlalu polos, Nona. Malam ini, pria sialan itu akan ku kirim pada Adikku di sana." Dia berkata dalam hati.

Fira kembali mengalihkan perhatian pada Alvindy."Mas Alvin, sebentar lagi kelas dimulai."

"Iya ... Oh iya, kamu sudah punya pacar belum?" Alvindy tidak terlalu lama menjalankan rencananya, langkah pertama untuk masuk ke dalam keluarga David Santoso adalah menjadi pacar Fira, dengan begitu dirinya bisa lebih dekat dengan gadis itu dan mengawasinya.

"Belum, memang kenapa?" Fira tidak mengerti kenapa Alvindy tanya seperti itu.

Alvindy menatap Fira cukup lama, membaca isi pikiran gadis itu dalam pancaran sinar mata kecoklatan miliknya, terlihat sekali kalau Fira bukan orang yang suka berfikir buruk bahkan bisa terbilang terlalu baik hingga mudah dibohongi.

Alvindy tidak memiliki perasaan khusus terhadap Fira, jangankan cinta bahkan rasa kasihan saja dirinya tidak memiliki, yang ada dalam hati Alvindy hanyalah kebencian serta dendam terhadap keluarga David Santoso yaitu orang tua Fira.

"Jadilah pacarku." Saat mengatakan itu, Alvindy bahkan ingin muntah membayangkan dirinya akan menjalin hubungan khusus dengan gadis cantik dan polos tersebut.

Alvindy lebih menyukai wanita glamor dengan pakaian seksi serta bisa diajak bersenang-senang tanpa harus ribut dengan urusan perasaan.

Fira terkejut mendengar pertanyaan dari Alvindy, Fira tidak berani menatap mata Alvindy, dari saat pertama bertemu ia sudah suka pada paras tampan dengan kulit putih susu milik pria itu.

Jantung Fira berdebar dengan nafas tercekat saat mendengar pengakuan dari Alvindy, ia begitu lugu dan polos hingga tidak menyadari bahwa Alvindy bukan serius mencintainya tapi ingin memanfaatkan dirinya untuk balas dendam.

Alvindy menggosokkan jari jempol pada jari telunjuk dan jari tengah, ia sering melakukan itu tanpa sadar saat memikirkan rencana keji yang akan dilakukan pada siapapun yang membuatnya marah.

"Fira, kamu mau bukan jadi pacarku? Aku suka kamu, aku sayang kamu." Alvindy kembali memainkan perasaan Fira menggunakan kata -kata cinta dengan suaranya yang lembut bagaikan melodi cinta yang menggoda.

Fira mengangguk bahkan tanpa rasa sayang dalam hati hanya dengan perasaan kagum pada sosok rupawan Alvindy.

Alvindy tersenyum memalingkan muka tidak ingin gadis itu melihat ekspresi wajah dirinya saat meremehkan dan merendahkan Fira, bagi Alvindy Fira terlalu mudah dan terperdaya, ia yakin kalau Fira adalah wanita bodoh yang haus akan cinta.

Alvindy kembali memalingkan muka pada Fira dengan senyum manis seakan dia adalah pria polos dengan sejuta cinta untuk satu wanita, nyatanya ia adalah seorang pria kejam dan tidak akan segan-segan untuk melenyapkan orang lain atau mengambil kehormatan seorang gadis.

Alvindy mengeluarkan ponselnya lalu meminta nomer ponsel salah satu pacarnya."Berikan nomer telepon mu, sayang. Mulai sekarang jangan panggil aku mas, panggil Sayang. Atau yang lain juga boleh, yang penting beda dari yang lain."

Alvindy sengaja memainkan peran kekasih manja pada Fira untuk membuat gadis itu semakin jatuh cinta padanya dan mempermudah proses balas dendamnya pada keluarga David Santoso.

Dengan malu-malu Fira mengangguk, dalam hati sangat berbunga-bunga karena merasa mendapatkan seorang pria tampan seperti Alvindy, tanpa berfikir bahwa ini adalah awal kehancuran dari keluarga sendiri.

Fira memberikan ponsel miliknya agar Alvindy bisa menulis sendiri nomer telpon miliknya, setelah itu dia menyimpan kembali ponsel tersebut.

"Ya Allah, aku sungguh tidak menyangka kalau aku bisa memiliki pacar sangat tampan seperti Alvindy," kata Fira dalam hati. Diam-diam dia mencuri pandang pada Alvindy, ia sangat mengagumi sosok mahluk ciptaan Tuhan.

Kelas pun dimulai dengan studi filsafat, Alvindy sama sekali tidak mengerti meski ia tergolong cerdas namun sangat tidak menyukai pelajaran apapun tentang agama, baginya hidup di dunia ini tidak membahas tentang agama melainkan tentang dirinya yang akan menyingkirkan semua orang-orang yang telah berani membuat hidupnya menderita.

Berkali-kali Alvindy mengusap wajah bosan, tapi dia tetap bertahan demi . mendapatkan gelar sebagai mahasiswa teladan.

My beautiful little girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang