Pagi ini Wendy kembali di sibukkan dengan Renjun yang tiba-tiba tidak mau mandi padahal di bawah Reno sudah menjemput anak manis itu."Sayang, Injun gak mau sekolah hm, kasian loh om Reno nya nungguin, nanti bebek nya di ambil moca moci" bujuknya namun sedari tadi Renjun terus menolak.
"Dak" gumam nya bahkan Renjun tidak mau membuka selimutnya sama sekali.
"Masih gak mau Wen?" Reno membuka pintu kamar Renjun, terlihat Wendy yang masih berusaha membujuk putra manisnya itu.
"Siapin keperluan nya aja sana, biar aku yang bujuk" pintanya.
Setelah melihat Wendy keluar dari kamar guna menyiapkan bekal untuk Renjun, Reno perlahan membuka selimut itu.
"Injun gak mau sekolah sama om, padahal hari ini banyak jajan loh di sana, kita mam ice cream nanti" bujuknya.
"Eehh katanya Injun mau belajar menggambar lagi ya, hari ini kan ada lomba katanya Injun mau ikut hm, atau ikut jadi juri sama om ya, mau" Reno tidak akan menyerah begitu saja membawa Renjun bersekolah.
Reno tersenyum senang melihat Renjun yang mulai duduk sembari terus menatapnya.
"Pinter banget sih keponakannya om, kan katanya mau sekolah sama yang lain, jadi Injun harus rajin belajar sama om biar bisa sekolah sama Nana Echan sama Nono nanti" gumam Reno.
Tapi memang benar saat Renjun tengah fokus melukis di ruangannya dia pernah iseng tanya Injun tentang sekolah seneng gak? Tapi jawaban anak itu membuat dirinya terdiam.
Dia masih ingat apa yang anak itu katakan.
"Jun mau kolah ama Nono Nana Echan om, injun beda, Jun cacat atanya, Jun dak cacat om, tata mama Jun pintal, anti kolah ama Nono Nana Echan, Jun kolah ama om cekalang"
Mungkin Renjun tidak sadar mengatakan itu, tapi ingatan Renjun sangat kuat apapun yang dia ajarkan selalu di ingat, namun yang membuat Reno terdiam siapa yang mengatakan Renjun cacat sampai anak itu tidak melupakannya hingga sekarang.
Itulah yang membuat Reno semangat mengajarkan Renjun segala hal walaupun ada beberapa ajarannya yang membuat orang emosi mungkin.
Seperti yang di janjikan Reno, sebenarnya proses mengajar hari ini hanya setengah hari karena akan ada bazar siang harinya di aula dalam, lihatlah yang tadi tidak mau sekolah sekarang justru berlarian mengunjungi setiap stand makanan yang menurutnya tertarik.
"Om Jun mau" Renjun menatap om nya yang memang memegang uangnya.
Tadi Chanyeol sudah memberikan uang saku padahal biasanya enggak, hanya bekal tapi berhubung ada bazar makanan buatan muridnya sehingga Chanyeol terpaksa memberikan uang saku yang di titipkan pada Reno.
"Coba bilang sendiri gimana?" Ujarnya.
"Pelmisi Jun mau catu yang ni" tangan gempal Renjun menunjuk corn dog yang menarik perhatian.
"Ini ya untuk dedek gemes, gratis" ujar gadis yang menjaga stand tersebut namun Reno langsung menggelengkan kepalanya.
"Bayar aja, ini berapa?" Ujar Reno.
"Eehh gak apa apa pak, khusus kok, tapi kalau maksa gak kami terima, satunya 10.000" ujarnya.
"Ayo uang 10.000 yang mana" Reno menunjukkan beberapa uang yang memang hasil dari kembalian selama mereka keliling membeli makanan tadi.
"Yan ni dua" ternyata dugaan Reno salah, dia mengira Renjun akan mengambil uang 10.000 langsung ternyata 5000 an.
"Mau jajan apa lagi, tangan om udah pegel nih" godanya saat melihat Renjun yang sepertinya masih tertarik dengan berbagai makanan di sekitarnya.
"Udah om, nanti dak abis, pelut Jun dak muat" ujarnya melihat banyaknya makanan yang mereka beli.
"Pinter, ayo kita balik keruangan om, saatnya kita makan besar" ujar Reno membuat Renjun langsung berlari senang menuju ruangan om nya itu.
Renjun udah hafal jalan dan lorong menuju ruangan om nya karena kadang dia kalau kelamaan nunggu om nya Renjun suka keliling sendiri.
"Pak Reno bentar pak"
Reno menghentikan langkah nya saat ada yang memanggil nya.
"Ada apa ya bu?" Ujarnya melihat guru seni yang biasanya menemani Renjun melukis.
"Saya ada brosur pak, siapa tau berminat, saya melihat kemampuan melukis Renjun tuh sudah bagus banget, dan ini tadi saya dapat ada lomba melukis tema bebas dan umum, kebetulan saya dapat dari keponakan saya yang udah kuliah, dia juga mau daftar dan akhirnya saya minta brosur nya, pak bakat Renjun gak bisa di pendam" ujarnya menyerahkan brosur tersebut.
Reno sendiri masih terdiam melihat brosur tersebut, hadiah nya memang gak seberapa tapi bisa juga menjadi ajang latihan untuk Renjun berada di tempat umum.
"Nanti saya coba bicarakan dengan orang tuanya dulu ya bu, makasih informasinya" ujar Reno sebelum pamit untuk mengejar keponakannya yang sudah tidak terlihat.
"Om yama"
Baru membuka pintu tapi Reno sudah melihat keponakannya yang sudah cemberut.
"Iya iya maafin om ya, ini nih jajanan Injun, awas gak habis loh" Reno menata berbagai jajanan yang tadi mereka beli.
"Jun abis om" ujarnya sedangkan Reno hanya pura pura percaya saja dari pada anaknya ngambek nanti.
"Iya iya om percaya kok" gumam Reno.
"Ehem, yang namanya ada di urutan satu dua, gak niat gitu traktiran nya" sindir Alan namun sepertinya Chenle dan Jisung tidak sadar.
"Hei, Alan lagi nyindir kalian tuh" ujar Dian.
Chenle dan Jisung hanya saling lirik saja.
"Cuma di kelas kan, bukan seangkatan, lagian di sini gak bisa bayar pake kartu, terus uang saku kita juga udah di jata sama papa, adanya uang bulanan nih di kartu, jadi gak bisa neraktir" ujar Chenle.
"Kalian di kasih uang bulanan, terus masih di kasih uang saku juga?" Tanya Alan membuat Chenle dan Jisung kompak mengangguk.
"Kata papa uang bulanan itu untuk keperluan kita, misal kita pengen apa apa atau butuh sesuatu untuk di beli baru pake uang bulanan, kalau saku beda lagi dan emang di jata sesuai porsinya, tadi aja cuma di kasih 20.000 karena kita bawa bekal" gumam Jisung.
"Enak juga ya, jadi pengen" gumam Dian.
"Pengen apa?" Jisung langsung menatap Dian yang kini terdiam.
"Ya pengen kayak kalian, nih ya kalau kita tuh gak ada yang namanya uang bulanan kayak gitu, setiap hari harus malak dulu sama bapak" ujar Dian sedikit terkekeh pelan.
"Renjun, Renjun kenapa sayang, bilang sama om Renjun kenapa?" Reno panik sendiri saat tiba-tiba Renjun terus meminta pulang padahal tadi anak itu baik baik saja.
"Puyang hiks om puyang om puyang" histerisnya bahkan beberapa siswa kini menatap mereka.
Reno masih berusaha menenangkan Renjun yang tiba-tiba seperti ini, wajah anak itu sangat ketakutan tapi dirinya tidak tau apa penyebabnya.
"Iya iya kita pulang, tapi Injun tenang dulu nak" Reno sedikit kualahan menangani Renjun yang seperti ini, dan ini juga baru pertama kali dia melihat Renjun yang kambuh.
"Chanyeol dobrak pintunya hiks"
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...