KMM #13

52 12 13
                                    

Berulang kali Trisha mengecek ponselnya di tengah-tengah kelas yang sedang berlangsung karena pesannya tidak kunjung dibalas oleh Ben. Biasanya bagi Trisha, pesan yang gak dibalas bukanlah masalah yang besar, tapi masalahnya cowok itu, yang biasanya menjemput Trisha untuk berangkat ke kampus bahkan sarapan bersama di rumahnya, pagi tadi gak muncul sama sekali hingga membuat cewek itu khawatir, pagi tadi Trisha jadi pergi ke kampus sendirian menggunakan motornya yang biasanya menganggur di rumahnya itu.

"Trisha, kamu mau keluar apa saya sita handphone-nya?" Trisha terkejut ketika dirinya ditegur oleh dosen yang sedang mengajar sekarang. Kalau kalian ingat dosen yang pernah kasih Trisha nilai D, ya inilah dosennya.

"Maaf, bu."

"Saya tanya mau keluar apa saya sita handphone-nya?"

Trisha menghela napasnya, kalau ia pilih handphone-nya disita, bisa-bisa disita sampai sore, sampai dosen itu selesai mengajar, sedangkan Trisha gak bisa merelakan handphone-nya karena masih belum ada kabar dari Ben.

"Saya keluar bu," akhirnya itulah yang Trisha pilih, toh Trisha juga udah gak fokus untuk mengikuti pelajaran.

Katakan aja Trisha lebay, tapi kalau kondisi terakhir Ben baik-baik aja, Trisha rasa dia juga gak akan segininya, Trisha itu khawatir karena semalam, saat Ben mengantarnya pulang, suara cowok itu sudah bindeng, Trisha khawatir kalau Ben betulan sakit, apalagi penyebabnya adalah Trisha sendiri.

"Bagus, silakan keluar!"

Trisha mendapat tatapan heran Sena dan Yuri, mereka bingung dengan Trisha yang tumben sekali terlihat murung, dan tentu juga mereka terkejut mendengar pilihan Trisha yang lebih merelakan tidak ikut kelas ketimbang ponselnya disita.

"Yang lain jangan ditiru orang kayak gitu ya, udah bodoh, malas, culas, mau jadi apa dia nanti?"

Trisha cuma bisa tersenyum getir mendengar pesan dari dosennya pada teman-temannya itu ketika ia baru saja menutup pintu kelas setelah melangkah keluar.

Perkataan yang cukup pedas, tapi untuk sekarang Trisha gak ada waktu buat sakit hati. Wanita itu langsung pergi ke fakultas Ben, hendak mencari kekasihnya di sana, karena ditelpon pun gak diangkat juga.

Sampai di sana Trisha seolah menemukan sebuah harap ketika melihat Dharma di sana, tanpa pikir dua kali, Trisha pun langsung memanggil Dharma yang hendak masuk ke gedung kuliah.

"Dharma!" Pekik Trisha seraya berlari kecil menghampiri temannya Ben itu.

"Eh, Trish? Kenapa?"

"Liat Ben gak? Kok dia susah dihubungi ya? Tumben banget!"

"Tadi sih kelas pertama dia gak ada, Trish."

Trisha menggigit bibir bawahnya sendiri ketika tidak mendapat jawaban yang ia harapkan dari Dharma.

"Berarti dia emang gak masuk ya?"

"Kayaknya sih, gak ngabarin apa-apa juga."

"Ya ampun, kemana ya dia?"

"Loh? Trisha? Kok Di sini?" Trisha dan Dharma langsung menoleh ketika ada suara lain yang bergabung dengan mereka. Itu adalah.... Hana.

"Gue nyari Ben, Han," jawab Trisha.

"Ben bukannya sakit ya? Semalem dia ngomong sama gue."

Trisha mengerjapkan mata, "B-ben kasih tau lo kalau dia sakit?"

"Iya, tengah malem. Dia bilang kayaknya dia gak bakal masuk hari ini, sama dia juga bilang masih nitip mobil dia di rumah gue dulu karena dia belum bisa ambil. Emang Ben gak kasih tau lo?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kiss Me MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang