KMM #9

72 19 12
                                    

Setelah makan malam yang berakhir dengan bersitegang tadi, kini Trisha sedang membantu mama Amira untuk membereskan semuanya, tapi Trisha bagian cuci piring aja sih.

Emang Ben doang yang bisa caper sama camer? Trisha juga bisa kok.

Saat Trisha dan Amira sedang membereskan bekas makan malam mereka, Ben dan Papinya tampak sedang mengobrol di sofa entah membicarakan apa, tapi yang pasti Trisha bisa lihat Ben yang berbeda dari Ben yang selalu ia lihat ketika cowok itu mengobrol dengannya. Ben tampak kaku, padahal lawan bicaranya adalah papinya sendiri.

"Kamu sama Ben udah berapa lama?" Pertanyaan Amira mengejutkan Trisha yang sedang mencuci piring.

"Dua tahun lebih kayaknya tante, dari kita semester 1 sih," jawab Trisha.

"Oh, gitu. Ben tuh emang dingin gitu ya anaknya?"

Trisha menyatukan alis, dingin dari mananya? Yang ada keenceran deh kalau sama dia.

"Enggak sih tan kalau sama aku."

"Wah berarti sama keluarganya aja ya? Paham sih saya, itu semua karena masalah di keluarga ini. Saya tuh pengen deket sama Ben, tapi gimana ya? Anaknya kayak tertutup banget sama saya."

Trisha mengangguk, "Maafin Ben ya tante, dia kayak gitu karena udah terlalu banyak nyimpen sakitnya sendiri."

Amira mengangguk paham, "Padahal dia bisa anggap saya kayak ibunya aja, dan bagi apapun sama saya."

"Mungkin belum waktunya aja, tan."

"Heem, semoga ya suatu saat."

"Ben aslinya anak baik kok, tante."

"Saya tau kok."

"Kalau tante deket sama kedua kakaknya Ben?"

"Ya lumayan, kita tinggal bareng juga kan, jadi saya suka nyiapin mereka sarapan, kita sering makan bareng juga di sini, sering ngobrol, kadang tuh saya suka sedih keinget Ben yang sendirian di kosnya." Trisha mengangguk-anggukan kepalanya sambil membilas piring yang ia cuci.

"Kalau Ben yang di sini, Ben yang sedih tan," balas Trisha..

"Iya sih. Maafin Bram dan Bela ya Trisha? Saya paham kesakitan mereka juga kehilangan maminya tapi gak seharusnya mereka naruh dendam sama adiknya yang bahkan gak bersalah."

"Susah tante. Mereka udah jahat banget sama Ben."

Mama Amira paham kalau memaafkan dua kakaknya Ben tidaklah mudah, Trisha sebagai kekasihnya Ben tentu gak terima Ben diperlakukan seperti itu sama dua saudara kandungnya.

"Iya saya ngerti sih, gak mudah buat kamu, apalagi Ben ya?"
"Selama dia jauh,  titip Ben dan jagain dia ya Trisha."

Trisha tersenyum, "Pasti, tante."

"Sha? Udah beres belum?" Trisha menoleh ketika mendengar suara Ben memanggil namanya, cowok itu sudah berdiri dan tampaknya sudah selesai bicara dengan papinya.

"Bentar Ben."

"Kalau udah nyusul ke kamar ya," pinta Ben.

"E-eh? I-iya Ben." Meskipun kikuk akhirnya Trisha mengiyakan.

"Biar saya aja yang lanjut, tinggal dibilas aja nih, kamu samperin Ben gih!"

"Eh gapapa tan, tanggung ini."

"Gapapa, santai aja, kamu temenin Ben aja."

Meskipun gak enak, akhirnya Trisha pun mengikuti ucapan Amira, dia mencuci tangannya dan menarik diri dari tempatnya mencuci piring tadi.

Kiss Me MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang