•|• 01 •|•

47 8 1
                                    

"𝙿𝚊𝚑...𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚔𝚞 𝚊𝚙𝚊?"
-𝚁𝚎𝚊𝚗𝚍𝚊 𝚉𝚊𝚗𝚎 𝙰𝚍𝚑𝚢𝚝𝚊𝚖𝚊

"𝚂𝙰𝚈𝙰 𝙶𝙰 𝚂𝚄𝙳𝙸 𝙿𝚄𝙽𝚈𝙰 𝙰𝙽𝙰𝙺 𝙿𝙴𝙼𝙱𝙰𝚆𝙰 𝚂𝙸𝙰𝙻 𝚂𝙴𝙿𝙴𝚁𝚃𝙸 𝙰𝙽𝙳𝙰!!"
-𝙰𝚍𝚛𝚒𝚊𝚗 𝙿𝚛𝚊𝚗𝚊𝚓𝚊 𝙰𝚍𝚑𝚢𝚝𝚊𝚖𝚊

_______________________

Didalam rumah megah bertingkat tiga, ada empat orang yang sedang duduk dikursi meja makan masing-masing dengan damai. Yang pada akhirnya ada salah satu anak perempuan yang turun dari tangga, ia memperhatikan keempat anggota keluarganya itu yang sedang sarapan dengan candaan, ia menahan sesak yang menyergap dadanya secara tiba-tiba.

"Pa,jessica menang juara 1 lomba IPA loh," ucap anak dari istrinya itu.

"Oh ya?? Bagus kembangkan bakat kamu lagi Jessi, kamu boleh minta apa pun sama papa," ucap Adrian kepada anak tirinya itu.

"Serius pa??!!" ucap jessi dengan mata yang berbinar.

"Iya," jawab Adrian dengan senyum tipisnya itu.

Ezra sang kakak yang melihat itu hanya diam tampak tak tertarik dengan topik yang sedang dibahas. Selalu saja begini saat anak tirinya itu memenangkan juara pasti selalu mendapatkan hadiah, sedangkan ia dan adik kandungnya apa? Mereka tak pernah mendapatkan apa-apa selain suruhan untuk mempertahankan apa yang telah diraih olehnya maupun adik kandungnya.

Tanpa mereka sadari ada anak perempuan yang melihat mereka dari tangga, dengan genangan air dimatanya yang siap meluncur bebas. Sungguh ini tidak adil baginya, kenapa papanya begitu lembut dengan anak tirinya dibandingkan ia yang merupakan anak kandungnya.

Ia mendongakkan kepalanya ke atas menghalau air mata yang akan segera meluncur. Lalu ia pun menyemangati dirinya sendiri sebelum akhirnya kembali berjalan menuruni anak tangga untuk ke meja makan.

Tiba-tiba mereka semua sunyi saat ia bergabung duduk di meja makan. Ia menundukkan kepalanya, karna tak berani menatap wajah ayahnya yang teramat dingin dihadapannya. Sang ayah tiba-tiba berdiri dan langsung pergi begitu saja meninggalkan anggota keluarganya tanpa berpamitan.

"Dasar perusak suasana!" ucap Gisel dengan mata sinis, kemudian pergi dari sana mengikuti langkah suaminya kedepan.

"Lo bisa ga sih gausah bikin suasana buruk sehari aja!!" ucap jessi dengan muka marahnya kemudian membanting kasar sendok dan garpunya, lalu keluar untuk segera berangkat sekolah.

Rea terdiam melihat itu semua, baginya sudah hal biasa mendapat kata-kata seperti itu dari ibu maupun saudara tirinya. Lagipula tak ada untungnya ia menangis, ia sudah cukup lelah kemarin hanya untuk belajar semalaman karna hari ini disekolah akan melaksanakan ulangan.

Tapi tetap saja, ia juga seorang manusia yang mempunyai hati. Kenapa ayahnya begitu benci terhadapnya sampai tak pernah mau berinteraksi dengannya. Kalaupun ayahnya berbicara pasti tak jauh-jauh dari nilai yang didapatnya disekolah.

Ezra yang berada disana hanya bisa menghela nafas lelah, selalu saja begini entah kenapa ia merasa kasihan dengan adiknya itu. Walaupun ayahnya juga menekannya dalam soal nilai pelajaran tapi yang dialaminya tak separah apa yang ayahnya lakukan terhadap adiknya. Ia segera beranjak dari kursinya, mendekati adik perempuan satu-satunya itu dan berkata "Gapapa Rea gausah dipikirin omongan dua benalu itu, kamu masih punya kakak," ucap Ezra sambil memeluk adiknya.

REATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang