🏫 Sekolah Mini Bu Azma🧕

2 1 0
                                    

                    Karya :Nada Egan



HAPPY READING 🍒

"Acok!" Panggil Alang-----Ayahnya.

"Sudah jam berapa ini? Cepat pergi ke rumah Rasul. Lalu ke tempatnya ibu Azma, kerjakan PR-mu!"

  Acok mengerjap-ngerjapkan mata.Baru mengumpulkan semua nyawanya.Setelah lebur dalam lelap semalam suntuk. Semenjak Sekolah tatap muka dilIburkan karena pandemi Covid-19, bangun kesiangan sudah menjadi kebiasaan baru anak berusia 13 tahun itu.Acok bersekolah di sebuah Pondok Pesantren di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Bersama
sahabatnya, Rasul. Namun, seperti teman-teman Sekolahnya yang lain, Acok dan Rasul juga pulang ke kampung, karena pandemi ini.

  Mereka tinggal di sebuah pelosok desa bernama Marukangan, lebih pelosok lagi, di kampung yang namanya Belidan.
Semua tugas dari Sekolah, diberikan lewat daring.Dikirim kembali jawabannya juga melalui daring.Aplikasi WhatsApp menjadi harta paling berharga bagi keduanya, tentu selain ponsel pintar yang kondisinya sudah tidak
karuan, akibat keseringan dibuat main game.

   Tidak di semua tempat ada sinyal layanan internet. Di Rumah Bu Azma-lah, lokasi paling bagus. Karena wanita
yang juga seorang Guru itu, memiliki alat sejenis WIFI, disebut MIFI, yang bisa digunakan untuk menangkap dan
menguatkan sinyal. Tidak cuma itu, Bu Azma juga bersedia
membantu mengajari materi yang ditugaskan dengan sukarela.

  Pagi itu, pukul delapan. Acok dan Rasul datang.

“Assalamualaikum!” ucap keduanya bersamaan.

Mereka sama-sama naik ke Rumah panggung milik Bu Azma. Ini hari kedua mereka akan mengerjakan tugas Sekolah.

“Waalaikumsalam!” Bu Azma menjawab dari dalam dapur.

Karena jam segini, dirinya disibukkan mengurus kebutuhan pagi suaminya.

“Tunggu saja kalian di situ, Sebentar lagi Ibu selesai. Oi, Acok, kau nyalakan saja dulu alatnya. Masih menunggu soal masuk, kan?”

Seolah sudah terbiasa, Acok mencabut kabel cas Mifi, menekan bagian tengah, sampai ketiga lampu berwarna hijau menyala dengan stabil. Setelah itu memasukannya ke dalam botol bekas air mineral yang sudah dikaitkan
dengan tali tambang.

Terakhir, ia mengerek nya ke atas—
seperti mengerek sarang burung perkutut, sampai berada di tiang paling atas penyanggah yang terbuat dari bilah kayu itu. Mengikat talinya dengan benar, supaya tidak jatuh.

Rasul memeriksa ponsel pintar-nya. Memastikan sinyal sudah tersambung.

“Masuk sudah, Cok!” seru Rasul.

Acok juga segera memeriksa HP bututnya. “Oh iya, nih.”

  Mereka pun sama-sama memeriksa berbagai pesan yang masuk pada aplikasi Whatsapp-nya. Terutama yang
berkaitan dengan pelajaran Sekolah.

Bu Azma keluar dari dapurnya.
“Bagaimana anak-anak?Apa sudah ada tugasnya?”

“Masih menunggu, Bu,” jawab Rasul.

Bu Azma memeriksa ponsel pintarnya juga.Melihat waktu.
Sudah pukul sembilan lebih. Dalam hati ia sedikit mengeluh, Apa saja yang dikerjakan Guru-guru itu? Sampai
tidak tepat waktu mengirimkan soal.

KISAH DALAM LEMBARAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang