⭐⭐⭐⭐⭐
“Daddy, Afan senang deh bisa ke panti asuhan. Anak-anaknya ramah dan baik,” ucap Afan dengan ceria.
“Kamu itu senangnya kayak dapat mainan baru aja. Tadi kamu asyik banget tahu nggak sama anak-anak panti, sampai-sampai abang Kenzo nggak dianggap,” Kenzo menggerutu dengan nada kesal.
“Dih, lebay banget sih,” Rafa menyahut sambil mengangkat alis.
“Tau, sok sedih lagi,” Galen ikut menimpali.
“Maaf ya, abang Kenzo. Tadi Afan asyik dengar mereka cerita,” kata Afan sambil menunduk.
“Cerita apa sih emangnya? Kok tadi abang lihat kamu seru banget,” tanya Galen penasaran.
“Mereka cerita tentang kehidupan mereka sebelum tinggal di panti. Afan kaget banget, ada yang nasibnya mirip sama Afan. Dia juga dibuang sama keluarganya. Tapi dia lebih beruntung karena ketemu Bu Panti. Beda sama Afan yang harus capek cari makan ke sana-sini, harus kerja biar bisa makan, tidur di bawah jembatan, bahkan Afan nggak tahu siapa orang tua Afan dan kenapa mereka buang Afan,” cerita Afan dengan mata berkaca-kaca.
Deg.
Kata-kata Afan membuat semuanya terdiam sejenak.
“Abang janji kamu nggak bakal ngerasain itu lagi,” Kenzo berkata tegas.
“Orang tua mana yang tega buang anak selucu Afan,” tambah Rafa dengan nada sedih.
“Gue nggak bakal biarin mereka ngambil Afan,” Galen berkata dengan penuh keyakinan.
“Daddy nggak akan lepasin kamu, dan Daddy janji akan bahagiain kamu, baby,” ujar Felix sambil menggenggam tangan Afan.
“Saya nggak tahu seberapa susahnya Tuan Muda hidup di jalanan, tapi saya janji akan melindungi Tuan Muda, bahkan kalau nyawa taruhannya. Karena Anda adalah jantung dan hati keluarga Dirgantara,” kata Bodyguard 1 dengan penuh kesungguhan.
“Kok pada ngelamun sih?” Afan bertanya polos.
“Ah, nggak apa-apa kok, baby,” Galen buru-buru menjawab.
“Nanti kapan-kapan kita ke sana lagi ya, baby,” Rafa menyarankan.
“Iya, Bang. Nanti ajak yang lain ya,” ujar Afan sambil tersenyum.
“Iya, kita ajak yang lain,” Rafa mengangguk.
---
Di ᴍᴀɴsɪᴏɴ
“Daddy, abang Afan ke atas dulu ya,” pamit Afan.
“Iya, baby. Sana bersih-bersih. Nanti kalau sudah selesai turun ya untuk makan malam,” kata Felix.
“Siap, Kapten!” Afan menjawab dengan semangat.
Setelah Afan pergi, Galen mendekati Felix. “Dad, ada yang mau aku omongin.”
“Ngomong apa? Kelihatannya penting banget,” tanya Felix penasaran.
“Tadi pas di panti, ada yang ngawasin kita. Lebih tepatnya, ngawasin Afan,” ungkap Galen.
“Hah? Lo serius? Jangan ngarang deh,” Rafa menyela.
“Gue nggak salah lihat. Jadi tadi gini...”
On ғʟᴀsʜʙᴀᴄᴋ
“Kok kayak ada yang ngawasin ya,” gumam Galen sambil melirik ke arah sudut ruangan.
“Tapi siapa?” pikirnya.
“Len, lo liatin apaan?” Kenzo bertanya.
“Eh, Bang, coba lihat ke sana. Ada orang mencurigakan,” bisik Galen sambil menunjuk seseorang berjaket hitam dan memakai topi.
“Paling itu pengunjung atau pengurus panti,” balas Kenzo santai.
“Tapi gue yakin, Bang. Soalnya dia dari tadi liatin Afan terus,” Galen berkata serius.
“Perasaan lo aja kali, Len,” Kenzo mencoba menenangkan.
“Tapi gerak-geriknya mencurigakan,” Galen tetap bersikeras.
“Udah, jangan mikir macem-macem. Paling itu pegawai panti,” kata Kenzo mencoba mengabaikan.
“Eh, kalian ngobrolin apa sih?” tanya Rafa yang tiba-tiba mendekat.
“Ah, nggak apa-apa kok,” jawab Kenzo cepat.
“Oh yaudah, yok main lagi sama anak-anak panti,” ajak Rafa sambil tersenyum.
Off ғʟᴀsʜʙᴀᴄᴋ
“Terus kenapa?” Rafa bertanya setelah mendengar cerita Galen.
“Aku curigaan itu orang jahat, atau mungkin keluarga Afan,” Galen menjelaskan.
“Jangan ngaco deh. Mana mungkin itu keluarga Afan? Jelas-jelas mereka buang Afan gitu aja,” Kenzo menolak mentah-mentah.
“Tapi bisa jadi. Siapa tahu mereka nyesal dan mau ambil Afan lagi,” Rafa memberikan sudut pandang berbeda.
“Kalau iya, gue nggak bakal kasih Afan ke mereka. Mereka udah buat Afan menderita,” Kenzo bersikeras.
“Pokoknya kita harus awasi Afan. Daddy takut kalau itu benar keluarga Afan dan mereka mau ambil Afan. Daddy nggak akan tinggal diam,” tegas Felix.
“Kita jaga Afan 24 jam,” tambah Rafa dengan serius.
“Kenzo, kamu cari tahu siapa orang itu dan cari tahu tentang keluarga Afan,” perintah Felix.
“Siap, Daddy,” jawab Kenzo.
“Sekarang kalian bersih-bersih. Besok kita lanjut bahas ini lagi,” Felix mengakhiri diskusi.
“Iya, Dad,” jawab Kenzo, Galen, dan Rafa serempak.
---
Di ᴋᴀᴍᴀʀ ᴀғᴀɴ
“Ah, capek juga, tapi Afan senang lihat anak-anak panti senang,” gumam Afan sambil merebahkan diri.
“Hoaaahh, ngantuk. Tidur dulu deh,” katanya sambil memejamkan mata.
---
Di ᴍᴇᴊᴀ ᴍᴀᴋᴀɴ ᴍᴀʟᴀᴍ
“Malam, Daddy, Bang Kenzo, Bang Rafa,” sapa Afan ceria.
“Malam, baby/sayang,” jawab semuanya kecuali Galen.
“Yok makan. Laper nih, dari tadi gue belum makan nasi, cuma jajan aja,” Galen berkata sambil meraih piring.
“Tuh kan, gue udah bilang jangan jajan terus,” Rafa menyindir.
“Apa sih? Fitnah aja lo!” Galen membela diri.
“Tanya aja sama Bang Kenzo,” Rafa memancing.
“Iya,” Kenzo membenarkan.
“Tuh, kan!” Rafa tertawa.
“Udah-udah, makan. Nggak boleh makan sambil ngobrol,” tegur Felix.
---
Setelah makan malam selesai, suasana menjadi ringan dengan canda tawa. Tapi dari kejauhan, seseorang sedang memperhatikan mereka.
“Nikmatilah kebahagiaan kalian. Tunggu waktunya aku mengambil milikku,” gumam sosok misterius itu sebelum menghilang dalam gelap.
𝐂𝐮𝐦𝐚 𝐦𝐚𝐮 𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐞𝐭𝐢𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞𝐞 𝐲𝐚𝐚 🌟🌟🌟
𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐚 𝐡𝐞𝐡𝐞𝐡𝚃𝚊𝚢𝚙𝚘 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚗𝚊ஐ
Bayyy 👋😄
KAMU SEDANG MEMBACA
baby afan 👦
RandomMengisahkan seorang anak yg bernama afan yg harus hidup di jalanan karena kedua orang afan sudah meninggal saat afan berusia 3thun dan dri semenjak itu afan harus hidup di jalan Hingga suatu saat afan bertemu seseorang dan Seketika ke hidup afan be...