Hari-hari berikutnya, Raya dan Angin terus bertukar pesan. Setiap pesan membawa mereka lebih dekat, membuka sisi-sisi baru dari diri mereka yang sebelumnya tidak pernah mereka sadari. Raya mulai memahami betapa dunia di luar jendelanya memiliki banyak cerita yang menunggu untuk ditemukan, sementara Angin merasa bahwa ia akhirnya memiliki seseorang yang benar-benar mendengar isi hatinya.
Namun, suatu pagi, Angin tidak muncul di taman. Raya menunggu sepanjang hari, mengetuk kaca berulang kali, tapi tak ada tanda-tanda anak laki-laki itu. Pohon besar di taman terlihat sepi, tanpa pesan yang terselip di cabangnya.
Hari berikutnya, hal yang sama terjadi. Raya mulai merasa gelisah. Apa yang terjadi pada Angin? Kenapa ia tidak datang?
Merasa tidak tenang, Raya memutuskan untuk mengambil langkah besar. Ia menulis sebuah surat pendek dan menyelipkannya di cabang pohon tempat Angin biasa meletakkan pesan.
"Angin, aku khawatir padamu. Jika kamu membaca ini, tolong beri tahu aku kalau kamu baik-baik saja. -Raya"
Setelah itu, ia kembali ke rumah, berharap ada jawaban.
Beberapa hari berlalu tanpa kabar. Hingga akhirnya, pada suatu pagi yang cerah, saat Raya membuka tirai jendelanya, ia melihat seseorang berdiri di bawah pohon. Itu Angin!
Raya mengetuk kaca dengan penuh semangat, tapi kali ini Angin melakukan sesuatu yang berbeda. Ia melambaikan tangan dan menunjuk ke arah pintu depan rumah Raya. Raya tertegun. Apa maksudnya?
Dengan perasaan campur aduk, Raya membuka pintu depan untuk pertama kalinya tanpa keraguan. Angin berdiri di sana, memegang sebuah buku kecil di tangannya.
"Hei, Raya," katanya dengan suara lembut.
Raya terdiam, mencoba mencerna momen itu. Ini pertama kalinya ia mendengar suara Angin, suara yang selama ini hanya ia bayangkan dari pesan-pesan yang mereka tulis.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih," lanjut Angin. "Kamu membuatku merasa bahwa cerita yang kubawa berarti. Dan aku ingin kamu tahu, dunia di luar sana tidak seburuk yang mungkin kamu pikirkan. Itu indah, dan aku ingin kamu melihatnya sendiri."
Raya terdiam sejenak, lalu tersenyum. Ia tahu, ini adalah saatnya untuk benar-benar keluar dari cangkangnya.
Dengan langkah pelan tapi pasti, Raya berjalan keluar rumah bersama Angin. Mereka menuju taman yang selama ini hanya menjadi tempat yang ia lihat dari balik jendela. Di bawah pohon besar itu, mereka duduk bersama, berbagi cerita tanpa batasan kaca atau kertas.
Hari itu menjadi awal baru bagi Raya. Ia tidak lagi menjadi gadis yang terkurung di balik jendela. Bersama Angin, ia mulai menjelajahi dunia, langkah demi langkah, menikmati setiap momen dengan penuh rasa syukur.
Dan kini, setiap kali angin berhembus, Raya tersenyum. Angin tidak hanya membawa udara segar, tetapi juga membawa kenangan tentang persahabatan yang mengubah hidupnya selamanya.
Tamat.
YOU ARE READING
Hari-Hari di Balik Jendela.
Science FictionDeskripsi cerita untuk Hari-Hari di Balik Jendela: Hari-Hari di Balik Jendela bercerita tentang seorang gadis bernama Raya yang merasa terisolasi dari dunia luar. Setiap hari, ia menghabiskan waktunya di rumah, hanya mengamati dunia melalui jendela...