Author POV
Matahari yang terik membuat wanita penjaga perpustakaan bernama Mikaela itu menghela nafas karena merasa kepanasan, ia membuka jaket kulitnya dan hanya mengenakan kaus putih polos.
huh, siang hari panasnya bagaikan di padang pasir, pasti nanti sore hujan turun deras lagi. Batin Mikaela. Lalu ia meneguk es kopi itu dengan semangat.
"Seperti yang kau inginkan," Ucap pria berkepala empat, Evan. Yang tak lain adalah pemilik perpustakaan.
Mikaela menaruh gelas es itu di meja dan langsung meraih novel fiksi yang di berikan oleh Evan.
"Oh my-, Seriously? Novel ini bahkan baru launching hari ini, dan Oom udah dapet?" Mikaela bertanya dengan wajah berseri. Ya, fiksi yang diberikan oleh Evan adalah fiksi karya penulis misterius nasional yang sangat ditunggu setiap karyanya, terutama oleh Mikaela. Entah apa yang membuatnya sangat menyukai setiap fiksi dari Swirk muchill itu hingga ia sangat terobsesi kepada sang penulis.
"Of course, and just for you, honey!" Jawab Evan kepada putri sahabat karibnya itu.
Setelah itu mereka mengakhiri pembicaraannya karena pengunjung perpustakaan tengah membeludak, anak sekolah sedang sibuk mencari buku untuk tugasnya, ada juga yang mencari komik dan lain sebagainya.
Mikaela menghela nafas frustasi karena ia tak dapat membaca novel fiksi yang diberikan Evan, padahal ia ingin sekali membacanya hingga ia pernah sampai terbawa mimpi saat novel itu masih dalam tahap penggarapan oleh sang penulis.
"Mbak buku ekonomi dimana ya?"
"Mbak buku paket math nya koq ngga ada di rak 600?"
"Mbak buku yang aku pinjam kemarin hilang, denda nya gimana?"
"Mbak novel yang saya sudah pesan kemarin ada tidak?"
"Mbak jangan duduk aja dong, bantu aku cari buku geografinya."
"Mbak saya mau perpanjang kartu perpustakaannya sekarang"
Okay! Enough please. Kenapa anak sekolah ini berisik sekali?! Membuatku kesal setengah mati. Erang Mikaela dalam hatinya.
"Begini ya, kalian bisa tidak mengantri dengan teratur saat bertanya kepadaku? Ini sangat panas benar?" Dan membuatku muak. Ucap Mikaela se sopan mungkin. Mendengar itu membuat para ABG itu mengantri dan membuat lebih teratur.
Satu persatu pengunjung mulai sedikit dan haripun sudah sore, Mikaela membereskan barang-barang pribadinya ke dalam tas dan novel fiksi yang diberikan Evan siang tadi ia teng teng dengan wajah gembira, ia berencana membacanya di sepanjang jalan pulang.
"Sudah bersiap mau pulang?" Tanya Evan sembari memberikan minuman soda kepada Mikaela.
"Yeaah, dan menjalankan malam yang menyenangkan dengan membaca ini," Jawab Mikaela mengangkat novelnya, Evan tersenyum.
"I know, jadi segeralah pulang," Ucap Evan dengan tertawa yang langsung diangguki oleh Mikaela.
"Baiklah, aku pulang dulu Oom." Ucap Mikaela sebelum berlalu.
--
Mikaela tak melepaskan pandangannya dari kata demi kata yang tercetak dalam buku tebal itu, ia terhanyut dalam fiksi itu hingga tak sadar ia sudah sampai halte yang sudah sesak dengan para karyawan.
Mikaela membuka halaman demi halaman tanpa memperdulikan orang disekitarnya, hingga byurrr. Cairan berwarna hitam pekat itu membasahi novel miliknya, ia menggeram dengan kesal dan memberikan tatapan tajam kepada seseorang yang telah menumpahkan kopi tepat kepada novel yang hari ini menjadi kesyangannya. Ia bertemu tatap dengan pemilik mata berwarna cokelat itu, lelaki itu masih dengan wajah merasa bersalah dan memegang gelas kertas yang masih berisi sisa kopi yang tumpah."Maaf," Hanya itu yang bisa disampaikan oleh lelaki yang menumpahkan kopi.
"Maaf? Hanya itu? Setelah menumpahkan kopi mu kedalam buku ku?" Jawab Mikaela dengan kencang, membuat seluruh orang yang ada di halte itu menatapnya dengan pandangan aneh.
Lelaki ini, lelaki yang kemarin di cafe Joy's. Yang merelakan meja nya untukku. Dia baik, tapi tetap saja jika membuat novel yang baru saja Evan berikan itu menjadi hanya kertas dengan tinta yang meluber dan membuat itu tak lagi menjadi sebuah karya membuatku sangat kesal. Setelah menunggu waktu untuk membaca novel ini, dan dia baru saja membuatku harus gagal membaca akhir kisah ini?! Tak akan kubiarkan dia pulang dengan selamat!. Batin Mikaela bergemuruh panjang lebar.
"Hei, itu hanya sebuah novel, kau bisa membelinya lagi kan?" Ucap pria itu tenang dan datar.
"Ya, bagimu itu mungkin sebuah kata 'Hanya' ,tapi bagiku ini adalah 'segalanya'" Semprot Mikaela dengan kesal.
Pria itu tersenyum, tenang.
"Baiklah, mari kita membeli novel yang menurutmu itu segalanya. Sekarang." Ucap pria itu membuang novel yang sudah basah akibat ulahnya. Mikaela menatap nanar pada novel yang sudah bersatu dengan sampah-sampah makanan itu.
"Kau?! Novel itu baru launching hari ini! Dan seluruh pecinta fiksi Indonesia sudah menunggunya! Aku yakin seluruh toko buku sudah tidak mempunyai stocknya lagi," Ucap Mikaela dengan kesal dan hampir menangis.
Pria itu lagi-lagi hanya tersenyum. Tanpa merasa bersalah.
"Temukan aku disini besok, aku akan membawa novel yang kau inginkan." Ucap pria itu dengan tenang.
"Bagaimana jika kau hanya membual huh?" Ucap Mikaela tanpa fikir panjang.
"Kau ingat awal pertama kali kita bertemu? Saat itu aku menepati janji bukan?" Jawab pria itu dengan tenang dan mengingatkan Mikaela pada awal pertemuan mereka saat pria itu menepati janjinya untuk berpindah tempat duduk.
"Itu hanya hal kecil, dan mudah untuk kau tepati. Bagaimana jika besok kau tak menemukan novel itu dimanapun hah?!"
"Aku akan menemukannya dan menepati janjiku." Jawab pria itu tak tersulut emosi nya sama sekali. Lalu ia mengeluarkan kartu namanya dan memberikan kepada Mikaela untuk membuat Mikaela percaya.
"Cari aku jika besok aku tak berada disini." Ucap pria itu sembari menjejalkan jemarinya di saku celana jeansnya."Baiklah, awas saja kalau besok kau tak berada disini dan tak membawa novel itu!" Ucap Mikaela memasukkan kartu nama yang terpampang jelas nama 'Stefan Glard' itu kedalam tasnya.
"Bus ku sudah datang, besok jam 4 disini." Ucap Stefan seraya berlalu.
-----------------------------------------
"Pada akhirnya, kau akan bertemu dengan orang yang tak kau duga, dan mungkin saja kau juga akan jatuh cinta pada orang yang sama." - Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
RomanceKisah ini bercerita tentang obsesinya, obsesinya kepadaku tanpa dia sadari. Ia selalu membicarakan tentang aku di saat kami tengah menikmati senja, ia selalu menemuiku dengan wajah lelah dan kusut nya sepulang bekerja, datang membawa novel baru yang...