Stay 3

22 0 0
                                    

  "Kae, kenapa wajahmu suntuk sekali?" Evan yang baru datang dengan membawa buku-buku dari para penerbit untuk koleksi perpustakaannya, bertanya kepada Mikaela.

  "Aku terlihat seperti itu?" Ujar Mikaela yang dibalas anggukan oleh Evan. "Hm, itu karena.."

  "Tidak mungkin aku mengatakan kalau novel yang Evan berikan telah terbuang dengan sangat indahnya ke tong sampah. Mungkin berbohong tidak terlalu buruk." Batin Mikaela.

  "Mungkin hanya perasaan Oom saja," lanjut Mikaela.

  "Ya mungkin. Sore ini aku dan istriku akan merayakan ulang tahun pernikahan kami, kau mau ikut, honey?" Tanya Evan dengan secercah senyum hangatnya. Evan sebenarnya tahu bahwa keadaan hati Mikaela sedang buruk, hanya saja ia tidak tahu apa penyebabnya.

"Tentu, kalau kalian tak merasa terganggu." Jawab Mikaela dengan senyum tipisnya.

"Baiklah, setelah perpustakaan tutup, kau boleh langsung datang ke rumah kami, ini perayaan kecil-kecilan saja sebenarnya." Jelas Evan.

"Ya aku akan langsung datang, tepat waktu" jawab Mikaela dengan mantap.

---

Sore pun datang, Mikaela sudah membereskan buku - buku ke setiap raknya dan disusun dengan rapih, ia langsung bergegas membereskan barang milik pribadinya dan menutup perpustakaan.
  Mikaela berjalan dengan santai menuju kediaman Evan, ia mendengarkan dan menikmati lagu dari earphonenya. Lima menit kemudian ia sampai, kediaman Evan memang tidak jauh dari perpustakaan, alasannya karena ia bisa dengan mudah mengontrol perpustakaan kapanpun ia mau.
  Mikaela sudah disambut oleh pemilik rumah yang tak lain adalah istri Evan. Meskipun tidak muda lagi, pasangan ini tetap menjadi pasangan yang paling di favoritkan oleh Mikaela karena kemesraannya.

  "Lama tak bertemu kau, Kae." Ucap Erni, istri Evan dengan memeluk Mikaela, yang langsung disambut oleh Mikaela.

  "Ya, perpustakaan akhir-akhir ini memang sangat penuh oleh anak sekolah, jadi aku tak bisa datang kesini." Jawab Mikaela.

  "Ya, Evan juga mengatakan hal yang sama ketika aku bertanya tentangmu," jelas Erni dengan tawa rendahnya.

  "Kau pasti sudah lapar kan? Mari kita menikmati masakan lezat buatan istriku." Evan yang sejak tadi masih di dalam rumahnya, keluar menyambut Mikaela.

"Sangat.." Jawab Mikaela dengan tawanya, mereka masuk ke dalam rumah. Di meja makan sudah tersedia masakan kesukaan Mikaela, seperti cumi, sup ikan, dan makanan penutup yang tak pernah ia lewatkan.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Erni ketika Mikaela menikmati makanannya.

"Enak, sungguh. Ini ulang tahun pernikahan kalian yang ke berapa?" Tanya Mikaela. Erni dan Evan saling berpandangan. Ini bukan perayaan ulang tahun mereka, tentu saja. Evan hanya ingin memperbaiki suasana hati Mikaela dengan menyuruh Erni untuk memasakkan makanan favorit Mikaela.

"Dua puluh," jawab Evan singkat, kerutan di kening Mikaela menunjukkan ia merasakan kejanggalan.

"Benarkah? Rasanya.." Ucap Mikaela ragu.

"Ah sudahlah, itu tidak penting Kae. Sekarang makanlah" Jawab Evan .

      -----

Di tempat lain, dibawah rintikan hujan, seorang pria dengan wajah datarnya duduk di halte memegang sebuah novel. Ia menunggu dengan fikiran kosong, mencari inspirasi untuk fiksi selanjutnya, tapi nihil. Sudah beberapa menit ia bahkan tak terfikirkan untuk menulis satu kalimat pun.

Hujan semakin lebat, gadis yang ditunggunya tak kunjung datang, ia menghela nafas dengan kasar. Hingga malam telah tiba, waktu sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Dan itu berarti ia sudah menunggu lebih dari dua jam, sampai akhirnya lelaki itu memutuskan untuk kembali.

"Pembual," Ucapnya lirih sebelum bersiap untuk bergegas pergi.

"Tidak! Aku disini. Maafkan aku karena melupakan janji kita, tapi akhirnya aku berada disini." Mikaela masih dengan nafas terengahnya.

"Sekarang.." Ucap Mikaela. "Berikan novel itu padaku," lanjutnya.

Stefan memberikan novel itu dengan malas, giginya mulai bergemelutuk karena ia kedinginan.

"Aku pulang dulu." Ucap Stefan.

"Tunggu," Mikaela mengeluarkan krim penghangat pribadinya dari dalam tasnya. "Kau membutuhkan ini, ambilah dan hangatkan dirimu dirumah." Ucap Mikaela sembari menyodorkannya.

"Masukan saja lagi, aku lebih membutuhkan mie kari pedas dibandingkan krim itu, traktirku?" Tanya Stefan. Mikaela sedikit berfikir sebelum akhirnya mengatakan iya.

---------------
Grrrr update juga, gaada ide plis, tpi selamat membaca. Dan hargai karya orang lain minimal dengan vote atau comment guys🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang