11

179 43 6
                                    

Enjoy

(⁠⊙⁠_⁠◎⁠)

Perpustakaan,

Caine dan Rion sedang berada di perpustakaan sekarang. Karena ketahuan ulangan nyontek dari handphone Rion tadi, jadinya mereka terkena hukuman membersihkan perpustakaan.

Memang lagi apes, biasanya padahal jarang ketahuan.

"Abang itu lah, sudah tau mau liat google malah suaranya ga dipelanin," Cibir Caine.

Malu dia tuh, pas lagi waktu sunyinya tiba-tiba suara 'Bedasarkan pencarian..' terdengar, mana khas banget, ga ada yang ga asing sama tuh suara.

"Hush, namanya juga manusia ga jauh dari kesalahan." Jawab Rion seadanya. Ia menendang asal buku yang tergelak di bawah hingga sampai ke kolong lemari. "Nyemakin." Gumamnya malas.

Caine mendengus, memilih melanjutkan merapikan buku-buku.

Rion terpikirkan tentang Caine yang bertemu dengan Elang dkk. "Dek, lo kenapa bisa sampe ke atas? Nyari perkara atau gimana?" Celetuknya.

Caine mengernyit dan menatap Rion sengit, "Apa-apaan sih bang? Gausah dibahas lagi bisa ga?"

"Ga, gue mau tau cerita adek gue nih yang bisa nyampe main ke rooftop. Padahal jelas-jelas di bagian atas tuh tempat tongkrongannya si Elang, apa mau caper?" Sarkas Rion. Sebenarnya ga enak hati mau ngomong, cuma kebiasaan asbun jadi gitu.

Krak

bugh

"Shit," Ringisan Rion terdengar yang terlihat memegangi kepalanya yang berdenyut akibat dipukul pakai buku dengan si bayi.

"Tuh! Makan tuh caper!" Seru Caine geram. "Emang Elang pemilik rooftop? Iya? Sampe aku ga boleh ke atas gitu?" Imbuhnya dengan menggebu-gebu.

Rion berdecak kesal, ia menarik tangan Caine mendekat. "Gue cuma gamau lu ada hubungan sama tuh orang, apalagi sampe deket, wuih.. bakal langsung suruh Papa pindah sekolah." Ucapnya dengan nada rendah.

Rion benci sekali dengan rombongan Elang itu, mulutnya kaya cah wedok kabeh.

Kalau Elang nya engga, cuma Rion malesnya Elang sering kalau ketemu dia pasti selalu memgancamnya dengan kata-kata 'Jaga Caine baik-baik yon, sebelum nanti gue bakal jadiin dia adik gue'.

Walau dia tau itu tidak akan pernah terjadi, tetapi dia takutnya di Caine, adiknya sendiri, sifat Caine ini kadang mudah lengket kalau udah luluh.

Ibaratnya kaya kucing yang sering diberi makan jadi nganggap itu babunya. Ya ga jauh beda, kalau Caine nganggap sebagai penghasil cemilannya.

Soalnya kalau dirumah Caine jarang dibolehin ngemil, takut entar ga mau makan nasi lagi anaknya.

"Suka suka Abang deh," Caine mengerucutkan bibirnya. Abangnya terlalu lebay untuk dirinya yang banyak tingkah.

"Yah, bibirmu tuh makin maju aja, mau dicium?"

"Mau dipukul lagi?"

"Gausah makasi." Kata Rion ngicir pergi. Niatnya nyari kemoceng, buat perlawanan.

Rion juga berniat melamakan di perpustakaan, tinggal lambatin sampe waktu jam pulang datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 19 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Caine C. Kalandra (slow up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang