Prolog

22 12 4
                                    

Hallo...
Emm, kenalan kuy, aku Rumputl1ar.

Cerita ini adalah karya pertama aku, aku ingin mengabadikan kisah hidup seseorang sebagai pembelajaran bagi orang lain. Cerita ini sudah di beri banyak micin tentunya, jadi jika ada kesamaan nama, tempat, dan latar belakang mohon di maafkan dan kalau ada banyak kesalahan dalam kepenulisanku, men-temen boleh beri aku kritik, tapi sertai sarannya juga, ya? Karena aku butuh pengalaman dari kalian yang berpengalaman.

Happy reading guys

Banyak hal yang tidak kita tahu bagaimana perjalanan seseorang sampai kepada titik baik-baik saja.

Dont judge a book by the cover

Mungkin itu adalah quote yang tepat untuk seorang ibu bernama Mawar, wanita yang seharusnya menjadi tulang rusuk malah menjadi tulang punggung keluarga.

Mawar menikah di usia 19 tahun, pernikahan sederhana yang diadakan dengan Hasan yang notabenenya adalah guru ngaji Mawar sendiri. Berjarak 5 tahun lebih tua darinya membuat Mawar beranggapan bahwa Hasan mampu membimbingnya menjadi wanita yang sholehah. Namun setelah kelahiran anak pertama bukannya bahagia yang ia dapatkan dalam rumah tangganya melainkan penderitaan yang tiada ujung.

Sampailah suatu ketika lahir seorang anak perempuan yang mereka beri nama Hira Akshaya, kelahirannya membawa sedikit perbaikan dalam rumah tangga mereka. Anak itu begitu mereka sayang, begitu pula Arfis anak pertama mereka yang sangat senang dengan kelahiran adik perempuannya. Hira seperti anak emas yang selalu di perhatikan keluarganya, beruntung sekali memiliki keluarga cemara seperti itu. Namun semua tidak bertahan lama sampai saat lahir anak ketiga bernama Almaaru yang membuatnya merasa tak di sayang, perhatian ayahnya hanya kepada adik perempuannya itu, sementara ibunya lebih menyayangi abangnya.

Ketika Hira berusia 8 tahun, Mawar seperti hilang kendali. Mudah marah dan meledak-ledak, melampiaskan semua emosinya kepada Hira. Ia juga mendidik Hira dengan sangat keras, kasar, dan penuh tuntutan, satu saja kesalahan yang di lakukan Hira maka Mawar tak segan memberi hukuman yang bukan kapasitas anaknya. Bersyukur masih ada Masari, yaitu neneknya Mawar yang tinggal di samping rumahnya. Sejak usia 6 tahun Hira tinggal dengan neneknya Mawar, hanya Masari itulah yang peduli dengan Hira, selalu membela dan melindungi Hira dari lepas kendali cucunya.

"Yut, apa Hira anak tiri? Kok ibuk jahat sama Hira?"

"Ibuk gak jahat, Hira. Ibukmu itu ibuk yang baik, mungkin dia cuman capek aja. Makanya jangan di pancing-pancing marahnya, ya?"

Entah berapa kali pertanyaan dan jawaban itu terucap. Meski lebam dan memar di tubuh Hira, ia meyakini dan mempercayai ucapan uyutnya bahwa ibunya hanya capek, dan dia cukup penuhi permintaan ibunya tanpa membantah agar tidak menerima perlakuan buruk.

11 tahun berlalu, sebuah tragedi membuat Hira ingin mencari tau apa yang telah terjadi di masa lalu ibunya,  ia berniat membentuk karakter ibunya menjadi ibu yang ia inginkan.

Mampukah seorang Hira Akshaya membawa kembali sifat keibuan yang hilang dari ibunya?







To be continued.

Bahagia itu IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang