Dua Puluh Tujuh

13.1K 545 31
                                        

WARNING!!!
Untuk reader's kalo ga suka cerita author ga usah di baca!
Cerita ini dibuat karena author suka nulis dan baca, jadi kalo merasa bosen nunggu, bilang ceritanya ga jelas mending jauh-jauh deh, bikin orang badmood buat nulis tau ga!!
Ga tau aja seberapa pusing author mikir alur nya dan ngumpulin mood buat nulis🤪
Kalo ga bisa ngasih komen positif minimal diam aja deh!
Dan btw cerita baru author dibikin biar makin semangat lagiii, sayang kan punya mood nulis ga di tuangin, sedangkan nulis itu butuh mood dan idee lhoo😌
Tersinggung guee, ga usah baca cerita author kalo ga jelasss, minimal kasih solusi jangan komennya aja panjang lu!

Happy Reading!

Suara telapak kaki yg tergesa-gesa menggema di lorong rumah sakit. Beberapa pasien yg melihat menyingkir memberi jalan, seakan mengerti bahwa kondisi orang tersebut cukup parah.

"Dok tolong temen saya dok, dia tadi nafasnya sempat terhenti, dan sekarang makin lemah dok" Ucap Jauzan kepada seorang dokter.

"Serahkan kepada kami, sus bawak brangkar nya" Titah sang dokter.

Brangkar dorong yg ditempati Melinda didorong ke dalam ruangan. Jauzan dan Salsa hanya bisa berdoa dan menunggu di depan ruangan.

Salsa duduk dengan wajah pucat, ia mengusap keringat di dahinya. Pandangan Salsa beralih ke arah Jauzan, bajunya penuh dengan darah akibat menggendong Melinda tadi.

Terjadi keheningan beberapa saat.

Tap tap tap

"Salsa!" Sang empu menoleh.

Alzhe berlari ke arah adiknya diiringi kedua temannya. Bahkan Adrian dkk juga turut ikut, kedatangan mereka berhasil menyita perhatian orang-orang.

"Kamu oke kan sayang" Alzhe duduk di hadapan adiknya, ia memegang pundaknya.

Salsa tak menjawab, melainkan memandang sang kakak dengan intens.

"Ini ulah abang?" Tanyanya, Salsa bukan tak mengerti apa yg terjadi. Alzhe adalah seorang kakak yg sangat menyayanginya, tapi Salsa tidak akan lupa Alzhe adalah pria kejam yg bahkan bisa melenyapkan nyawa seseorang tanpa rasa ragu sedikit pun.

Alzhe paham kemana arah perkataan Salsa, bukannya menjawab Alzhe malah memeluk erat sang adik.

Salsa kesal, ia tak suka Alzhe seakan merasa biasa saja setelah hampir melenyapkan nyawa orang lain. Ia mendorong Alzhe hingga pelukan mereka terlepas.

"Jawab bang! Apa abang yg bikin Melinda kayak gini?" Tanya Salsa sekali lagi.

Alzhe memejamkan matanya, hingga tatapan yg biasanya lembut dan hangat berubah datar. Salsa menepis rasa takut yg tiba-tiba hinggap.

"Abang hanya memberinya sedikit teguran, apa salah? Bukannya dia sudah memfitnah mu dan hampir membuat mu kena masalah lagi" Alzhe dengan santai mengatakan itu.

Salsa tak habis pikir, apa-apaan itu. Apakah harus seperti itu? Jikapun Salsa mengakui Melinda terkadang menyebalkan bukan berarti nyawanya seakan tak berharga.

"Ini salah! Abang keterlaluan! Jika Melinda sampai meninggal abang akan menjadi seorang pembunuh!" Salsa menggigit bibirnya menahan isakan, matanya memanas.

Alzhe berdiri, ia mengusap wajahnya dan terkekeh.

"I don't care, selagi ia tak bisa mengganggu mu lagi, bukankah itu lebih bagus hmm? Abang tegaskan sayang" Alzhe mendekat dan berbisik lirih.

"Siapapun yg membuatmu menangis, maka bagiku nyawa adalah bayarannya" Seringainya. Alzeh pergi dari hadapan mereka.

Salsa tanpa sadar gemetar, ia takut. Kali ini Alzhe terlihat menyeramkan seakan bukan Alzhe yg ia kenal, bukan Alzhe yg selalu tersenyum dan menatapnya hangat.

Plot Twist Sang Figuran (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang