—"Reruntuhan kenangan itu masih berdiri; setiap kata yang tak terucap menjadi serpihan tajam, menikam luka yang belum sempat sembuh. Dalam sepi, ia belajar menerima—meski hati tahu, melupakan adalah ilusi yang paling kejam."
• • • •
Biru melangkah perlahan di koridor fakultas kedokteran, bayang-bayang lelah menggelayuti wajahnya. Kuliah terakhir hari itu telah usai, tetapi pikirannya masih bergemuruh, berisi pecahan-pecahan soal OSCE dan ujian blok yang menunggu di tikungan waktu.
Semester akhir ini seperti labirin tanpa ujung, penuh tekanan yang menyesakkan dada. Ia berhenti sejenak, mencoba meredakan pusing yang menggantung di kepalanya, lalu menoleh tanpa alasan yang jelas.
"Biru!"
Di ujung koridor, berdiri sosok yang begitu ia kenal, sosok yang pernah menjadi pusat semestanya. Jeanendra, mahasiswa teknik sipil, berdiri di sana—tak jauh, namun terasa mustahil terjangkau. Fakultas teknik memang hanya beberapa langkah dari gedung kedokteran, tetapi kehadiran Jean di sini seperti kebetulan yang menusuk.
Biru menarik napas panjang, seolah berharap udara bisa menelan bulat-bulat segala sesak yang mendesak dadanya. Namun, saat lelaki itu melangkah mendekat, nyalinya runtuh. Ia ingin menangis, ingin melarikan diri dari kenyataan yang terlalu pahit untuk ditelan.
Jean, lelaki yang selalu memenuhi pikirannya, lelaki yang pernah ia yakini sebagai takdir. Tapi Biru tahu—ia tahu terlalu dalam hingga menoreh perih di hatinya—bahwa dirinya hanyalah mainan di mata Jean.
Senyuman Jean yang memikat, perhatian sesaat yang menipu, semua itu hanya umpan yang membuatnya terjerat lebih dalam. Akankah perasaannya yang terjaga selama bertahun-tahun akan menemukan balas? Atau ini hanya akan menjadi cerita yang terhenti di titik yang tak pernah ia harapkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallingout | Jungwon
Fanfiction✦[Local Story] Jeanendra menyadari bahwa cinta mereka perlahan berubah menjadi keheningan yang menyakitkan. ©hidrangeasz 2024