***
Matahari pagi menyinari jendela, menciptakan suasana hangat yang di pagi hari, diiringi dengan aroma harum dari roti panggang yang baru keluar dari toaster. Suara gemericik telur yang sedang digoreng terdengar dari dapur, di mana seorang wanita, itu adalah ibu nya Kimura, dengan apron bergaris biru-putih, sibuk menyiapkan sarapan pagi. Rambutnya diikat rapi ke belakang, dan raut wajahnya memancarkan kesibukan khas seorang ibu.
Sementara itu, dari arah tangga terdengar langkah kaki yang malas. Kimura, dengan rambut yang sedikit berantakan namun sudah berseragam rapi turun dari lantai atas. Ia langsung menuju meja makan yang terletak tak jauh dari dapur. Dengan gerakan santai, ia mengambil sepotong roti panggang dari piring dan menuangkan segelas susu dingin.
"Tumben kamu bangun pagi" ujar ibunya tiba-tiba, tanpa melirik sambil membalikkan telur dadar di wajan.
Kimura hanya menoleh sebentar dan mendehem pelan, seolah malas menjawab.
Ia kemudian menggigit roti panggang itu perlahan, matanya sedikit kosong seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Coba tiap hari kayak gini, kaya kakakmu noh" tambah ibunya, kali ini dengan nada sedikit lebih serius.
"Enggak males-malesan, bangun pagi, rajin bantuin mamah di rumah."
Kimura yang mendengar kata-kata itu tiba-tiba terlihat tak mood. Ia menatap ibunya sekilas, lalu kembali memusatkan perhatian pada rotinya. Komentar seperti itu sudah terlalu sering ia dengar.
Tidak lama kemudian, seorang pria dengan memasuki ruang makan. Itu adalah Xorizo, kakak laki-laki Kimura, yang selalu terlihat rapi dan juga energik.
"Wih Kim, tumben udah bangun segini pagi!" ucapnya sambil tertawa kecil.
Ia kemudian duduk di kursi sebelah Kimura dan meraih roti panggang untuk dirinya sendiri.
Kimura mengunyah pelan sebelum menjawab
"Serba salah tinggal di sini tuh. Bangun pagi salah, kesiangan apalagi" ujarnya dengan nada datar tapi penun sindiran.
Xorizo sedikit terkejut dengan jawaban itu, tapi mencoba menanggapi dengan santai. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, suara ibu mereka memecah suasana.
"KIMURA! Enggak sopan banget ngomong kayak gitu sama kakakmu!" tegur ibunya sambil mematikan kompor dan menatap Kimura tajam.
"Mah, udah, enggak apa-apa" kata Xorizo mencoba menenangkan.
Tapi ibunya tampaknya sudah terlalu kesal.
"Enggak bisa! gaboleh kayak gini terus, dia harus diajarin sopan santun!!" omel ibunya lagi, sambil kembali sibuk di dapur.
Kimura meletakkan sisa roti panggangnya di piring dengan gerakan cepat. Ia juga menaruh gelas susu yang baru setengah diminum di meja. Dengan ekspresi datar bercampur lelah, ia berdiri dan berjalan ke pintu depan tanpa sepatah kata pun.
"KIMURA! Mau kemana kamu!? Duduk lagi!!" teriak ibunya dari dapur.
Tapi Kimura tidak menoleh sedikit pun. Ia meraih sepatu dari rak lalu memakainya dengan cepat, kemudian keluar rumah sambil mengangkat helm motornya.
