Chapter 42 : Tenggelam Dalam Ego

227 46 10
                                    

Boboiboy milik Monsta, meminjam karakternya saja untuk kepentingan cerita.

Alur cerita murni dari pemilik akun

Rate : T 17+

Genre : action, family, brother sibling, friendship, Hurt/Comfort.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, tidak berhubungan dengan cerita original.

***

"Kau tahu apa yang hebat darimu ketika mengalami kegagalan berkali-kali? Ya, kau tidak memilih untuk menyerah."

***

Halilintar bertanya-tanya, apa ketika dia berhasil mengalahkan Retak'ka apa takdirnya akan sedikit berubah? Tapi, jika diingat bahkan sebelum mereka berpecah, dan Retak'ka berhasil dikalahkan Boboiboy pada akhirnya takdirnya ada di titik ini kan?

Jadi darimana dia harus memperbaikinya? Bagian mana yang harus diperbaiki?

"Bisa jadi apa yang kamu pikir salah bukan itu penyebabnya, karena walau sekuat apapun kamu berusaha memperbaiki kesalahanmu, namun bukan disitu letak salahnya, semuanya akan berakhir sama, memunculkan penyesalan yang berulang, dan hanya akan menciptakan luka baru."

Kata-kata tok Aba yang satu itu selalu muncul dalam ingatannya, ah kesalahan ya, rasanya Halilintar melakukan banyak kesalahan sampai bingung untuk memilihnya.

Beberapa meter ketika tubuhnya akan membentur tanah angin lembut datang padanya, menjadi bantalan agar tubuhnya tidak bertabrakan dengan kerasnya lantai ruang persidangan yang sebagian besar hancur.

Halilintar merasakan seluruh tubuhnya kesemutan, membuatnya saat itu tak bisa menggerakan tangan, dan kakinya, kekuatan tahap tiga memang tidak cocok digunakan oleh pengguna yang masih terlalu muda, stamina mereka tidak akan mampu menahan kekuatan besarnya.

"Kapten, kau baik-baik saja?"

Di posisi terlentangnya Halilintar melihat manik pusaran biru yang menatap khawatir padanya, tatapanya begitu lekat pada mata pemilik kekuatan angin di atasnya.

"Aku tidak apa-apa," jawab Halilintar pelan.

"Hanya tubuhku saat ini mati rasa," lanjut Halilintar tersenyum tipis pada Beliung.

Mendengar balasan sang kapten membuat Beliung membalas senyuman Halilintar, dan ikut terjatuh di sampingnya.

"Aku juga Kapten, tahap tigaku memang sulit dikendalikan, tapi aku dapat melakukannya dengan baik kali ini kan?" tanya Beliung pelan.

Halilintar berusaha menolehkan kepalanya ke samping untuk bertemu dengan Beliung yang tak jauh darinya, dengan posisi yang sama dengannya.

"Kau melakukannya dengan baik," balas Halilintar.

"Apa Kapten bangga padaku?" tanya Beliung tertawa pelan menahan rasa ngilu di punggungnya.

"Ya, aku bangga padamu, selalu, dan selamanya," lirih Halilintar.

Halilintar tahu kondisi tubuhnya saat ini kelelahan, tapi kenapa rasanya kesadarannya akan menghilang, bukan karena akan pingsan, sesuatu seperti menarik dirinya dari dalam, ini berbeda.

"Kapten, kalau kau benar-benar harus di keluarkan dari Tapops, atau bahkan di penjara di Gur'latan, biarkan aku selalu ikut bersamamu ..." gumam Beliung pelan menutup matanya.

Dua Batas Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang