Akhir Cerita Cinta

922 6 2
                                    

Lala berlari cepat ke arah seseorang yang baru saja keluar dari pintu checkout bandara, rindunya pada pria itu sudah nyaris tidak terbendung biarpun hanya satu minggu mereka berpisah. Dimitria, seperti biasa pula melemparkan senyum yang membuat kekasihnya lupa bernafas.

"Kangen banget ya sayang?" goda Dimi pada Lala yang mendekap tubuhnya erat erat.

"Banget Dimsoy, emang kamu gak kangen apa sama aku?"

Dimi hanya tertawa kecil sambil mengelus puncak kepala Lala lalu menciumnya sekilas. "Enggak tuh, kan aku tinggal cari buah strawberry aja kalo kangen kamu."

"Aih, mentang mentang parfum aku wangi strawberry. By the way mana oleh olehnya?"

"Kamu bilang kangen cuma biar aku kasih oleh oleh?" Dimi memutar bola matanya dengan nada sarkartis membuat Lala mencubit perutnya.

"Yah jangan keras keras dong sayang, nanti dikira orang aku pacar yang matre."

Dimi tertawa terbahak, tangannya dengan sengaja mengacak rambut kekasihnya hingga gadis itu mengamuk. "Kalau mau oleh oleh berarti eneng harus anterin abang dulu sampe rumah"

"Siap abang jelek!" Lala menyeringai lebar berjalan kesisinya sebelum menggandeng tangan Dimi.

Tanpa gadis itu tahu, kekasihnya memikirkan oranglain disaat bersamaan.

***

"Kamu jadi kan anterin aku buat fitting baju nanti sore?"

Dimi tersentak dari lamunannya, "maaf La kenapa?"

Lala mengernyit heran, agak jengkel juga karena ternyata Dimi tidak menyadari ucapannya. "Nanti sore aku minta anter ke butik mami kamu."

"Hah ngapain kesana?"

"Mau ngamen!"

"Serius Laaaa,"

"Aku juga serius Yang!" Lala berdecak sebal. "Ya mau fitting baju lah, jangan bilang kamu lupa sama nikahan sahabat kamu sendiri."

Dimi berpikir sejenak. Astaga nikahan Rafka, bisa mati dia digorok sahabatnya kalau sampe lupa, bukan cuma Rafka tapi sama Viara, musuh bebuyutan Dimi yang ternyata sepupunya Lala.

"Kamu jam berapa mau ke butik?"

"Pulang kerja, yaudah gausah nanti sama Vivi aja." putus Lala ketus.

"Sama aku aja gapapa, tapi nanti aku mau ketemu sama orang juga di kafe deket butik mama."

"Orang?" sindir Lala terang terangan. "Biasa juga kamu cerita duluan kalau ada janji sama orang, kenapa sekarang aku gak boleh tau?"

"Yah bukan gitu sayang, masalahnya aku belum tau jadi apa enggak dan aku juga gak yakin kalau aku bilang sama kamu aku bakal diijinin ketemu."

Lala melotot, "Kapan aku pernah gak ngijinin kamu ketemuan sama orang? Bahkan kemaren sama mantan kamu juga aku ijinin kan."

"Kamu tahu Dim, sejak kamu pulang dari Bali kemaren kamu tuh berubah. Aku gak mau negatif thinking tadinya tapi dengan sikap kamu sendiri yang makin lama makin aneh jelas aja aku jadi curiga."

Dimi terdiam sementara Lala menumpahkan semua perasaannya.

"Kita pacaran bukan cuma sebulan dua bulan Dim! Tiga tahun bukan waktu sebentar, dan kita udah sama sama tahu luar dalam kita. Kamu salah kalau kamu pikir aku gak tahu kalau ada hal lain yang kamu pikirin."

Lala semakin kesal karena Dimi menunjukkan kalau semua ucapannya benar dengan diamnya. "Aku balik ke kantor duluan!"

Bahkan Dimi tidak mencegahnya pergi, pikir Lala. Ia meninggalkan Dimi di kafetaria gedung tanpa menoleh lagi ke belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang