Sorry for the late update nya ya guys. Enjoy💙-
Lucy sangat bersemangat menceritakan kisah-kisahnya padaku. Kisah-kisah mengenai apa yang terjadi di sekolah ini. Mulai dari cerita bertema horror tentang ruang musik di lantai 3 yang pada malam hari konon terdengar bunyi gitar akustik sedang dimainkan, hingga cerita tertangkap basahnya seorang guru dan murid melakukan 'sesuatu' di salah satu ruang janitor.
"Itu Frank, dia dijuluki Supertramp (Gelandangan Super) disini karena gaya pakaiannya." Kata Lucy menunjuk salah seorang lelaki yang sedang tertawa bersama temannya. "Dia bisa menggunakan pakaian yang sama selama satu minggu penuh." Lanjut Lucy. Aku memperhatikan laki-laki itu. Tampaknya apa yang dikatakan Lucy memang benar. Pakaian laki-laki itu memang terlihat sangat kotor dan aku yakin baunya dapat tercium jika aku berada lebih dekat dengannya.
Kantin yang ramai dan sangat luas ini tampaknya menjadi objek dan bahan omongan Lucy. Mata Lucy tertuju pada setiap sudutnya. Menceritakan setiap murid dengan kisah-kisah mereka sendiri. Aku mendengarkan dengan seksama sembari melahap makan siangku. Kadang aku terkikih pelan bersamanya jika menyangkut hal-hal memalukan.
"Itu Jessica Parker. Dia berasal dari keluarga yang sangat kaya. Begitupun dengan ketiga 'ekor'nya, Donna, Patricia, dan Emma." tunjuk Lucy pada gerombolan perempuan berambut pirang yang baru saja melangkahkan kaki mereka memasuki kantin sekolah. "Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Ya, dengan kekasih-kekasih tampan mereka yang tampaknya hanya ingin mengincar uang mereka. Sungguh bodoh, gadis-gadis itu bahkan tidak menyadarinya." Lanjut Lucy.
Jessica dan gerombolannya duduk di kursi yang tak terlalu jauh dari kursi kami. Aku memperhatikan mereka. Gaya mereka memang terlihat glamor dan modis. Barang-barang mahal yang mereka kenakan membenarkan pernyataan Lucy.
"Mereka bisa dibilang yang paling terkenal disini. Saat tahun pertama di sekolah, Jessica mengadakan pesta yang sangat besar. Membuatnya menjadi dekat dengan para senior dan sempat berkencan dengan beberapa diantaranya." Kata Lucy tampak tak suka. "Ya, dia memang cantik. Tapi bisakah dia berhenti menghamburkan uang hasil jerih payah orang tuanya? Dan cobalah kau lihat warna rambut mereka yang sama. Ya Tuhan." Lanjutnya.
Jessica dan gerombolannya tertawa begitu keras sehingga kami kembali melihat ke arah mereka. Kali ini pandanganku tak beralih dari mereka. Seorang laki-laki yang tak lagi asing bagiku mendatangi mereka.. Tentu saja, siapa lagi.. Laki-laki kereta bawah tanah itu.. Hatiku kembali berdegup kencang. Tampangnya yang datar itu terlihat jelas. Ia menyapa mereka dan mencium gadis bernama Jessica itu. Tunggu dulu. Menciumnya. Ya. Tepat di bibir. Tanpa kusadari aku merasa sedikit kesal. Aku mengalihkan pandanganku dari mereka dan mencoba meminum minumanku yang tampaknya sudah habis. Ya ampun, ada apa denganmu Nadine? Sadarlah!
"Umm, Lucy" Sapaku pelan.
"Hmm?" Jawab Lucy dengan mulut yang penuh makanan.
"Laki-laki disana, yang memakai topi abu-abu ke arah belakang dan mengenakan jaket merah marun, siapa dia?" Tanyaku pelan. Lucy melihat ke arah gerombolan Jessica lalu menelan habis makanannya.
"Oh dia. Dia Ethan McKenzie." Jawab Lucy. Namanya Ethan. Ethan McKenzie. Mendengar namanya hatiku berdegup kencang. Ya Tuhan, itu hanya sebuah nama Nadine! "Memangnya kenapa?" Tanya Lucy mengalihkan pandanganku dari Ethan. Apa yang harus kukatakan?
"Uhm tidak apa-apa. Hanya saja tampaknya dia begitu dekat dengan Jessica Parker itu." Jawabku
"Tentu saja. Mereka sepasang kekasih." Ujar Lucy. Tentu saja Nadine. Mereka berciuman. Teman tidak akan melakukan hal seperti itu kepada satu sama lain. Apakah dia hanya ingin mengincar uang Jessica seperti yang dikatakan Lucy? Tidak, tidak. Dia tidak boleh menjadi sosok seperti itu. Rasa kecewa muncul dalam diriku. Aku yakin aku sudah terlalu menyukainya. Yup, berawal dari kemarin! Ya ampun, jangan bergurau Nadine! Baru kemarin kau melihatnya untuk pertama kali dan kini kau menganggap dirimu menyukainya. Apa yang salah denganmu? Tetapi tenang saja. Dalam beberapa hari kau akan segera melupakannya. Lagipula kau kan harus menghindar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM
RomanceBelum sampai ke tempat duduk disebelahnya, dia membuka matanya dan melihat ke arahku. Aku terkejut. Senyumku hilang perlahan. Langkahku terhenti. Aku berada di tengah gerbong kereta, berdiri sendiri. Diantara banyaknya kursi kosong. Menghadap ke ara...